TERKUAK!
Satu bulan hampir berlalu sejak pertama kalinya gosip itu disebarkan. Namun, tak ada sedikitpun kemajuan dalam usahaku untuk meminta maaf kepada Ester sekaligus membuktikan bahwa Ligan sedirilah yang merupakan dalang dari semua ini.
"Ter, pinjem penggaris dong," kataku saat kami sedang mengerjakan tugas matematika menggambar titik koordinat disuatu pagi yang mendung.
"Maaf lagi kupake," katanya cuek. Selama kurang lebih tiga puluh hari ini aku dan Ester hanya berkomunikasi seperti ini. Kaku. Layaknya orang yang baru kenal saja.
"Oh gitu," kataku lesu "lo ga capek, Ter, marah sama gue terus?"
"Nggak," katanya masih sambil menulis "gue ga marah kok sama lo, Tus. Ngapain juga gue mesti marah. Ligan kan bukan siapa-siapa gue, terserah dia mau suka sama siapa saja. Itu hak dia,"
"Mulut lo bisa aja bohong, Ter, tapi gue tau hati lo nggak bisa bohong," gue menoleh kearahnya. Menatapnya intens "kalau lo ga marah ga mungkin lo diem, nyuekin gue sampai kayak gini,"
"Gue Cuma lagi ga mood, gue capek, gue harus memperbaiki nilai gue yang anjlok, gue harus belajar, ga berguna ngurusin lo sama Ligan. Terserah kalian aja,"
"Gue ga ada hubungan apapun dengan Ligan, Tus. Percaya sama gue sekali aja kenapa?!"
"Iya, gue tau,"
"Terus?"
"Terus apa?"
"Kenapa lo nyuekin gue? Jawab gue!"
Ester terlihat jengah. Dia balas menatapku balik. "Gue lagi males liat wajah lo." Katanya datar kemudian memalingkan wajah dan kembali menulis
"Kalau gitu kenapa lo masih mau duduk sebangku sama gue?"
"Ga ada pilihan lain. Semua orang di kelas ini benci sama gue yang aneh ini,"
"Dan lo tau Cuma gue yang ga benci sama lo, 'kan?"
"Mungkin. Soalnya gue ga tau juga isi hati lo, bisa jadi sebenarnya lo benci sama gue tapi ga bisa pindah ke tempat lain karena emang ga ada meja,"
Gue tau Ester itu aneh, tapi aku nggak pernah menyangka kalau dia seaneh ini "Kalau gue benci sama lo ga mungkin gue masih disini, Ter, duduk disebelah lo, berusaha minta maaf. Lo adalah sahabat terbaik gue sampai detik ini," kataku
"Kalau memang lo bisa membuktikan kalau lo emang ga nembak Ligan waktu kalian kerja kelompok di rumah lo sebulan yang lalu itu, lo bakalan gue maafin,"
"Oke. Nanti gue suruh Ligan yang langsung bilang ke lo,"
"Gue tunggu hasilnya,"
Sepertinya gue emang harus ngomong langsung sama si Ligan sialan itu deh hari ini. Gue harus konfirmasi ke dia langsung. Harus!
Bel istirahat pertama berdering. Gue melirik kearah Ligan yang membersekan bukunya diatas meja, siap-siap meninggalkan kelas. Ester sudah sejak tadi meninggalkan kelas. Dia pergi ke kantin seorang diri.
"Ligan, tunggu!" kataku saat anak itu sudah berdiri diambang pintu "gue mau ngomong penting,"
"Gue laper, nanti aja ngomongnya,"
"Ini penting,"
"Yaudah, ngomong aja,"
Gue menarik napas sejenak "Lo sengaja fitnah gue ya?"
"Maksud lo?" dia memasang wajah (sok) kaget
"Lo sendiri kan yang nyebarin berita kalau gue nembak lo waktu kita kerja kelompok tempo hari," kataku to the point
Ligan tersenyum sinis "Kalau iya kenapa? Lo mau marah sama gue juga?" katanya mencibir "gue benci sama Ester, benci banget. Dia cewek paling aneh yang pernah gue temuin selama ini dan gue ga suka dia naksir gue. Ini adalah cara untuk membuat dia hancur dan berenti suka sama gue sekaligus kehilangan sahabat karibnya,"
"Busuk banget hati lo,"
"Kenapa? Gue ga sudi dia suka sama gue. Mendingan gue jomblo seumur hidup gue daripada berakhir sama cewek aneh dan jelek kayak Ester,"
PLAK!
Gue menampar wajah Ligan saat itu juga. Seisi kelas yang belum keluar istirahat seketika menoleh kearah kami. Gue ngerasain muka gue memerah menahan marah yang menggebu-gebu, jantungku berdetak sangat kencang bahkan rasanya nyaris merobek kulit dadaku. Telapak tanganku terasa panas setelah beradu dengan pipi kiri Ligan. Dasar lelaki sialan!
"PUAS LO JELEK-JELEKIN SAHABAT GUE? PUAS? DASAR LAKI-LAKI BANGSAT LO!"
Ligan memegang pipi kirinya sambil meringis "Untung lo cewek, kalau bukan udah gue tinju muka lo sampe remuk," katanya setengah mendesis marah "Lo bilang ke temen lo itu kalau ga usah mimpi mau jadi pacar gue, udah jelek, pendek, aneh lagi. Oh, iya jangan lupakan satu hal; dia juga sok bossy. Suka ngatur-ngatur seenaknya di kelas ini,"
Kemudian dengan santainya Ligan berlalu dari hadapan gue.
"Udah selesai lo ngehina gue?" sebuah suara muncul dari belakang punggungku. Rupanya Ester telah berdiri tepat di depan Ligan. "Sudah keluar semua unek-unek lo?" tanyanya santai
Sontak gue langsung memutar balik badan gue menghadap kearah mereka berdua.
Ligan membeku selama beberapa detik. Sebelum akhirnya kembali berkata dengan nada yang tidak kalah santainya "Baguslah kalau lo denger sendiri semua omongan gue dari awal tadi, sekarang lo udah tau sendiri betapa menyebalkannya hidup lo, sebaikya lo segera sadar diri sebelum lo jadi jomblo seumur hidup,"
"Makasih ya buat sarannya," kata Ester sambil tersenyum (oh tidak dia menyeringai) "oh iya gue punya satu hadiah perpisahan buat lo,"
BUGH!
Ester meninju rahang bawah Ligan dengan cukup kuat. Lelaki itu terhuyung ke belakang. Hampir seluruh anak-anak kelas kami telah membentuk kerumunan mengelilingi kami bertiga. Kulihat beberapa siswa dari kelas lain pun mulai berlarian menyaksikan pertempuran Ligan vs Ester yang berlangsung live dari teras kelas kami.
"KURANG AJAR LO SETAN!" baru saja Ligan akan menyerang balik Ester beberapa siswa lain langsung sigap menahan tubuhnya.
"Sakitnya bogem mentah dari gue itu ga seberapa dibandingkan luka hati gue akibat kata-kata penghinaan yang lo kasih ke gue," ujar Ester dingin "perlu lo tau yang setan sebenarnya itu lo bukan gue," lalu Ester menarik tangan gue buat pergi dan menjauh dari kerumunan itu. Gue cuma bisa speechless dan bengong menyaksikan kejadian barusan. Otak gue belum bisa memproses peristiwa apa yang sebarnya barusan terjadi. Semuanya berlangsung sangat cepat secepat kilatan cahaya halilintar.
"Ester....." gue memanggil namanya pelan. Ragu. Gue ga yakin dia bisa dengar suara gue atau enggak.
Gadis ini berjalan cepat sekali. Sambil terus menarik tanganku kami berjalan menuju ke belakang bangunan sekolah yang sepi. Setibanya kami di bawah pohon mangga yang berdiri kokoh di belakang sekolah, dia lalu melepaskan genggaman tangannya dari tanganku kemudian berjongkok. Bahunya yang mungil nampak bergetar, tak lama isakan terdengar dari balik punggung itu. Selama kami berteman belum pernah sekalipun aku melihat Ester serapuh ini, kata-kata yang terlontar dari mulut busuk Ligan telah menghancurkan hatinya berkeping-keping.
"AAAAAAAAAAARRRRRGGGGGGHHHHH!!!! GUE TAU GUE JELEK!! IYA GUE TAU!! GUE TAU GUE ANEH!!! IYA GUE TAU!! GUE TAU GUE PENDEK, BAU, BOSSY, MISKIN!! IYA GUE TAU!!" Ester berteriak kencang melepaskan sesak di dadanya di sela-sela isakan yang menyayat hati.
"Tapi, apa pantas semua kekurangan gue itu lo sebut dan lo umumin kesemua orang, Gan? Sehina itu gue dimata lo....." tangisannya benar-benar pecah sekarang. Gue ikut berjongkok di sebelahnya merangkul bahunya hangat. Kuusap rambut kepang duanya itu dengan lembut tak terasa air matapun ikut mengalir di pipiku.
"Maafin gue, Ter. Belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo," kataku pelan "tapi kalau lo butuh gue, gue selalu siap di samping lo," Dia memutar bahunya mengahadap ke arahku. Gue langsung memeluknya erat. Sahabat baikku, maafin gue ya. Maaf...
Kubiarkan dia menangis sepuasnya di sisa jam terakhir sekolah hari itu. Biarkan pohon mangga ini menjadi saksi betapa rapuhnya hati Ester si Wanita Super yang tidak banyak orang tau.
Setelah kejadian pertarungan yang menggemparkan hampir seluruh sekolah itu Ligan dan Ester dapet skorsing dari sekolah. Mereka diliburkan paksa selama satu minggu. Hingga akhirnya Ligan memutuskan untuk pindah sekolah karena malu kalah berkelahi melawan cewek.
Papanya marah-marah ke sekolah dan meminta sekolah mengeluarkan Ester. Beruntung pihak sekolah tidak bersedia mengabulkan permintaan Papanya si Ligan sebab kesalahan yang dilakukan Ester bukanlah sesuatu yang sangat fatal sehingga hukuman skorsing dirasa sudah sangat cukup untuk membuatnya jera dan menyesali perbuatannya.
Setelah masa skorsing nya berakhir Ester kembali melakukan aktivitas seperti biasa di sekolah. Hanya saja dia sekarang mendapat julukan Ester si wanita super dari seluruh siswa sekolah.
Semuanya jadi takut untuk membuat perkara dengan dia. Persahabatan kami pun kembali baik seperti semula. Gue dan Ester sepakat untuk melupakan semua yang telah terjadi, dia juga sudah minta maaf ke gue dengan tulus sambil mentraktirku makan Pizza yang harganya dua ratus ribuan padahal saat itu dia lagi nggak punya uang dan terpaksa membobol celengan ayam kesayangannya.
Sebuah kisah persahabatan yang unik dengan orang yang unik pula. Sekarang kami telah sama-sama menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri yang berbeda. Ester mengambil jurusan Statistika sementara gue mengambil jurusan Animasi. Tak ada yang berubah dari kami berdua, dia tetap cewek unik yang galak sementara gue cewek yang kelihatan kalem dari luar padahal nggak juga hahaha...
ending TT___TT saya tau ini tidak pantas disebut ending karena digarap dengan sangat cepat dan kurang nendang. Iya saya tau T______T
makasih buat yang sudi baca. Meskipun saya sadar mengkin yang buka tutup book ini ya saya sendiri juga wkwk dan keitung jadi viewer XDD ga apa-apa lah yaa, namanya juga usaha...
Gracias, Bye...bye...
sssttt siapa tau ada paralel endingnya...
siapa tau loh ya.. hihihi :))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top