Peraturan Racun Tikus

Just a story about how crazy and sweet memories that have been happen in high school.. this is about my soulmate, me, and her first love.

we can only see the past but we can't go back to that time anymore...


beberapa nama sekolah yang di tulis disini adalah nama-nama sekolah yang ada didalam manga dan anime Kuroko no Basuke karya Tadatoshi Fujimaki. Penulis sama sekali tidak mengambil keuntungan dari hal tersebut.


Chapter 7

Ester di kelas XI adalah pribadi yang semakin labil. Dia semakin menggebu-gebu tak menentu. Jika dia punya target maka dia akan mengejar target itu dengan seluruh kekuatan nya baik lahir maupun batin. Mungkin perubahan ini terjadi akibat liburan kenaikan kelas yang sangat singkat, membuat otak nya yang seharusnya di refresh lebih lama ternyata belum ter-refresh dengan sempurna.

Dalam sesi pencalonan ketua kelas, Ester lagi-lagi kebagian jadi wakil. Karena kata wali kelas kami, bu Kecipir, Ester adalah seorang wanita (boncel) dan kodrat wanita adalah sebagai makmum, bukan imam. Makanya dia ditolak jadi ketua kelas padahal lumayan banyak yang milih dia, akhirnya yang jadi ketua kelas XI IPA-3 ini anak cowok yang dulunya dari kelas X-3, sebut saja namanya Suplir.

Suplir orangnya baik, tapi dia kurang tegas. Yah, pokonya mudah banget di kibulin sama anak-anak lain. Suplir duduk di bangku yang ada di depan kami, sebangku sama anak cowok lain, sebut saja namanya Bengkoang. Suatu hari saat kami sudah 1 bulan resmi jadi anak kelas XI, Suplir meminta Ester membuat sebuah peraturan baru untuk di terapkan di kelas ini, supaya anak-anak kelas jadi disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ester sih mau-mau aja, apalagi sekarang dia lagi sering cari muka di depan Ligan hahaha.

"Jadi, peraturan gimana yang lo maksud?" tanya Ester disuatu sore saat rapat internal ketua kelas dan wakil ketua kelas di kelas kosong saat jam sekolah telah selesai (yah, kalau ini bisa dibilang rapat sih). Gue sebagai pelayan pribadinya nyonya Ester yang terhormat (sebenenya najis gue nulis beginian tapi karena di paksa ya udah lah, daripada gue nyari ribut sama bogel yang satu ini) rela terlambat pulang demi jadi saksi kesepakatan antara Ester dan Suplir—antara ketua kelas dan calon ketua kelas yang ga jadi ini.

"Gue, dikasih amanat sama bu Kecipir untuk bikin peraturan kelas yang fungsinya membuat seluruh warga kelas jadi disiplin dan ga banyak yang bolos-bolos saat jam pelajaran," kata Suplir menjelaskan

"Kenapa lo malah nyuruh gue yang bikin? Kan lo yang disuruh, gue kan Cuma wakil, you know?" Ester menekan kata Cuma wakil dengan ekspresi datar

"Itulah masalahnya, Ter.. gue ga bisa kalau disuruh bikin peraturan kayak gitu.. gue takut anak-anak pada ga setuju," Suplir mulai mengeluarkan keluh kesahnya. Pendapat gue, dia salah banget berkeluh kesah soal 'ketakutan' di depan Ester si ratu kata-kata makian. Ini sama aja namanya mancing di air comberan.

"Lo, takut?" Ester mulai terpancing. Bener kan kata gue.

"Ya, sejenis itu lah," kata Suplir mengangguk-ngangguk "Gue tau, lo bisa, makanya gue minta lo aja yang bikin, nanti gue bilang sama bu Kecipir. Tenang aja,"

"Lo laki-laki apa banci, disuruh bikin peraturan aja takut," kata Ester "Tapi kalau lo udah nantangin gue, akan gue terima tantangan dari lo,"

"Gue laki-laki lah, masa' banci sih, kalo ngomong biasa aja dong, Ter," Suplir mulai risih

"Kalau lo marah sama gue, kesepakatan kita batal," Ester kemudian berdiri dari tempat duduknya "Kaktus, ayo kita pulang aja,"

Gue udah berdiri dari tempat duduk gue untuk siap-siap nyusul si boncel.

"Gue ga marah kok sama lo—" Suplir meralat perasaan hatinya—mungkin dia menyesal hahaha. Ini Cuma spekulasi gue aja sih.

"Iya, gue tau kok, Sup, lain kali kalau bikin kesepakatan sama gue jangan suka nyela apa yang gue omongin ya," Ester tersenyum dengan sedikit gigi yang menonjol keluar dari bibir. Anak ini, udah jelek sadis, batin gue.

"Iya, iya.. tapi lo ya yang bikin... gue serahin semuanya sama lo,"

"Oke, gampang. Ayo Tus, kita cabut!"

Gue nyusul Ester yang sekarang sudah berada di luar kelas. Gue tau sebenernya si Suplir pengen banget ngasih Ester pelajaran bela diri (semacam tinju mentah di rahang sampai tulang gigi pada retak). Tapi dia masih pikir panjang sebelum bertindak. Gue sih udah biasa dikata-katain dengan kalimat-kalimat sadis, tapi kalau orang lain kan belum tentu bisa terima. Dengan kejadian ini julukan gue buat dia nambah satu lagi, yaitu Ester bocah bermulut comberan. Yah, mungkin itu yang paling cocok.

Seminggu setelah kesepakatan itu terjadi, Ester dan Suplir ketemuan secara pribadi untuk yang kedua kalinya. Tempat dan waktunya tetap sama kayak pertemuan pertama yaitu di kelas saat jam pelajaran berakhir dan gue masih aja disuruh ikut buat jadi saksi kunci, kata Ester sih gitu. Gue ga masalah dan ikut aja apa permintaannya.

"Ini, apa yang lo minta," Ester menunjukkan beberapa lembar kertas hasil print out peraturan kedisiplinan buatannya untuk anak kelas XI IPA 3.

Suplir menerima kertas-kertas itu dengan wajah berbinar, nampaknya dia cukup senang

"Baca dulu, mungkin ada yang ga lo setujuin," kata Ester sambil melipat tangan di dada. Sumpah, ini adalah gaya ter-sok yang pernah gue liat.

"Point ke empat, terlambat masuk kelas saat pergantian jam pelajaran tanpa alasan yang jelas, siswa diminta untuk menyebutkan unsur-unsur kimia golongan A dengan lancar di depan kelas, jika tidak mampu, maka siswa tersebut harus menggantikan tugas siswa piket membersihkan kelas di akhir jam pelajaran," Suplir manggut-manggut sambil membaca point demi point yang tertulis di kertas tersebut

"Hukumannya lumayan ringan kan?" tanya Ester bangga

"Iya, lumayan sih untuk point ini... coba gue baca lagi point selanjutnya," Suplir kemudian melanjutkan kegiatan membacanya

"Point ke enam, terlambat membayar uang kas siswa diminta untuk membayar uang kas bulanan dua kali lipat dari yang seharusnya, jika tidak sanggup siswa tersebut harus mentraktir makan siang seluruh warga kelas," Suplir menyerenyitkan keningnya, kayaknya dia sedikit keberatan dengan peraturan itu. Tapi apa yang selanjutnya keluar dari mulut anak laki-laki berjerawat tersebut, membuat gue meralat dugaan gue sebelumnya.

"Nice! Peraturan ini bagus banget! Gue suka..." Suplir tersenyum puas

"Terima kasih," kata Ester santai "Ini juga berkat bantuan dari kaktus," tambahnya

"Enak aja, gue ga pernah bantuin lo nulis satu point pun tau!" gue langsung protes

"Sorry ya Sup, Kaktus emang gitu orangnya, ga suka menampakkan diri kalau dia berhasil membuat suatu gebrakan besar,"

Kurang ajar nih anak, kalau aja gue ga inget dia temen gue udah gue banting dia biar tulangnya pada remuk. Sabar, Tus.. sabar... gue terus-terusan ngelus dada.

"Iya, ga apa-apa kok, Tus," buset dah! Si Suplir sok-sok-an nenangin gue juga, cih!

"Terserah kalian deh, yang pasti itu peraturan murni dibuat sama Ester Qwerty, gue ga ada nyumbang satu ide pun sama sekali,"

"Bebeb, jangan sinis gitu dong... kan gue Cuma bercanda..." Ester menggosok-gosokkan kepalanya di bahu gue, kebayang kan? Kalau ga kebayang yaudah ga usah dibayangin hahaha.

"Makanya beb, jangan suka bohong..." kata gue cuek. Suplir Cuma bisa cengo' melihat interaksi kami. Akhirnya setelah rapat internal yang kedua ini berakhir diputuskan bahwa besok adalah hari penyerahan dokumen peraturan tersebut kepada bu Kecipir sang wali kelas untuk mendapatkan persetujuan, dan jika bu Kecipir setuju maka peraturan tersebut akan resmi di berlakukan di dalam kelas XI IPA-3 yang tercinta ini.

Tanpa banyak adu argumentasi maupun adu otot, peraturan kedisiplinan buatan Ester atas nama Suplir tersebut resmi diberlakukan ditandai dengan di bubuhinya tanda tangan bu Kecipir pada naskah peraturan tersebut. Berbagai macam reaksi kecaman dari penduduk kelas mulai nampak seiring dengan diberlakukannya peraturan kedisiplinan setengah perbudakan itu. Ada beberapa siswa yang protes secara terang-terangan namun ada juga siswa yang protes secara sembunyi-sembunyi macam maling yang mau ngambil sandal di teras masjid.

"Ini peraturan kedisiplinan atau racun tikus sih? Setiap gue baca peraturan ini gue rasanya mau mati," komentar seorang salah seorang cewek siswa kelas XI IPA-3 ini, yang kalau gue ga salah inget namanya Bugenvil dari kelas X-2.

"Iya nih, jijik banget gue bacanya. Siapa sih yang buat peraturan ini? Kayak dia paling sempurna aja di kelas ini, cih!" timpal seorang wanita lain. Wanita ini memiliki ciri-ciri fisik bertubuh kurus cukup tinggi, wajahnya lumayan rapi (istilah lain dari kata cantik) tapi sayang ada kumis-kumis tipisnya gitu (mungkin dia adalah anggota paguyuban WaBerKum—wanita berkumis—yang diketuai oleh penyanyi dangdut wanita dari kampung sebelah yang juga memiliki ciri khas kumis tipis namun manis tersebut).

Kuping gue jadi panas dengerin ocehan mereka ini.

Belum sempat gue beranjak buat pindah tempat duduk biar ga deket-deket mereka yang secara ga langsung menjelek-jelekan Ester bersama peraturan aneh buatannya, tiba-tiba datanglah seorang pria muda dengan beberapa butir jerawat di pipinya ikutan gabung dengan dua wanita penggunjing tadi.

"Hei, siapa sih yang sok-sok'an bikin peraturan kedisiplinan yang bikin perut jadi mules kayak gini?" pria muda berwajah manis dan berjerawat tersebut ikutan mengomentari peraturan yang dibuat oleh Ester.

"Ga tau deh, kayaknya sih si Suplir.. tapi mana berani Suplir buat peraturan kayak gini? Gue tiup pake lobang idung gue aja dia udah mental kali," celoteh si Bugenvile takabur. Gue sebagai pendengar setia Cuma bisa diem sambil terus mendengarkan dengan khusyuk (sholat aja gue ga khusyuk, dengerin gossip malah khusyuk. Maafkan hamba ya Tuhan).

"Kayaknya bukan Suplir deh yang buat," WaBerKum alias wanita berkumis bernama samaran Strawberry ini mengemukakan pendapatnya "yang bikin peraturan kayak gini pasti orangnya songong ga ketulungan, sok jadi raja, dan pasti sok pinter," dia mulai menganalisa

"Setelah kurang lebih sebulan jadi salah satu siswa dikelas ini, dan berinteraksi dengan semua anak-anak kelas, gue punya satu orang yang cocok dijadikan kanditat terkuat sebagai pembuat peraturan stress kayak gini, ga salah lagi, pasti dia orangnya," Bugenvile mulai menemukan titik terang, gue bisa melihat bola lampu menyala di ubun-ubunnya.

"Ya, ya, ya... gue juga udah feeling dari awal, pasti dia," Strawberry mendukung pernyataan Bugenvile

"Emang siapa sih?" Tanya pria berjerawat tersebut penasaran. Asal kalian tahu, pria berjerawat yang gue maksud adalah pujaan hati si Ester, siapa lagi kalau bukan Ligan! Dia beneran ga tau atau pura-pura ga tau, sumpah! Gue beneran penasaran apa reaksi dia waktu Bugenvile memberi tahu siapa yang kemungkinan nulis peraturan kedisiplinan ini.

"Udahlah, Ligan.. anak-anak kelas juga kayaknya udah pada tahu, dan semuanya udah jadi rahasia umum, kalau kemungkinan besar yang buat peraturan ini si Ester wakil ketua kelas yang punya mulut kayak mercon itu loh, tau kan?" Bugenvil memberi tahu Ligan dengan menggebu-gebu

"Wanita bermulut mercon?" Ligan tampak terkejut mendengar julukan untuk si Ester yang diciptakan oleh wanita bernama lengkap Bugenvile Amburegeul itu "Aku baru tau kalau Ester punya julukan kayak gitu... emang sih dia itu sok bossy sama anak-anak kelas. Udah keliatan sejak SMP, dulu kan gue sempet sekelas sama dia waktu kelas IX,"

"Ya ampuuunn... kamu sempet sekelas sama dia? Ga botak kan pala lo, Gan?" tanya Strawberry yang bernama lengkap Strawberry Asoy Geboy itu dengan hiperbola "Kalau gue mungkin udah minta pindah kelas kalau seandainya udah tau sifat dia kayak gini, tapi sayangnya gue belum ada pengalaman sekelas sama dia,"

"Mulai sekarang kita harus jadi kelompok Kontra Ester," Bugenvile meracuni pikiran Ligan dan Strawberry busuk—maksudnya Strawberry Asoy Geboy "Kalau dia bikin kebijakan—apapun itu—kita harus jadi tim yang kontra, setuju?"

"Gue sih setuju-setuju aja," Ligan dengan bodohnya termakan bujuk rayuan monyet betina macam Bugenvile

"Apalagi gue, Vile, gue paling benci kalau diatur-atur," timpal Strawberry semangat

"Kalau gitu, mulai sekarang, kita menyebut diri kita Trio KonTer—oke? Trio kontra Ester, paham?" Bugenvile memang biang keladi dari semua ini

"Setuju," Ligan menutup kesepakatan yang mereka lakukan dengan apik.

"Loh ada Kaktus juga disini ya?" tiba-tiba Strawberry menyadari kehadiranku yang duduk ga jauh dari tempat mereka duduk, dengan pandangan sedikit shock bin kaget. Gue cuma tersenyum manis sambil berdiri dan berjalan meninggalkan mereka. Sebelum jauh gue sempet denger Ligan menggumamkan sesuatu yang kedengarannya seperti "Sejak kapan dia ada di dekat kita?"

Dan gue berlalu dengan santai. Dalam hati gue udah tau kalau si Ester bakalan punya banyak haters di kelas ini. Walau demikian gue akan tetap terus berada disamping Ester, mendampinginya, menjaganya dan membelanya sebagai sahabat yang setia.

.

.

.

bersambung

note : kalau ditanya apa kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, maka penulis akan mengakui bahwa ada beberapa kejadian yang menginspirasi penulisan tulisan ini. Tapi tidak seluruhnya, karena ini mengandung sedikit unsur dramatisasi agar penulis merasa senang hahaha (loh kok malah penulisnya yang senang?) ya bodo amat lah ya~ *ditabok*

Banding Agung, Ranau, 150720

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top