Kelas Baru!
Just a story about how crazy and sweet memories that have been happen in high school.. this is about my soulmate, me, and her first love.
we can only see the past but we can't go back to that time anymore...
.
.
.
beberapa nama sekolah yang di tulis disini adalah nama-nama sekolah yang ada didalam manga dan anime Kuroko no Basuke karya Tadatoshi Fujimaki. Penulis sama sekali tidak mengambil keuntungan dari hal tersebut.
.
.
.
Chapter 3
.
.
Bel pulang siang itu berdentang tepat waktu, pukul 14:30 membuat semua siswa dikelas bernapas lega. Jam pelajaran terakhir adalah Pendidikan Kewarganegaraan dan pelajaran itu sukses membuat aku dan Ester ngantuk berat.
"Tus, gue nebeng pulang ya," kata Ester setengah melek dan setengah merem saat guru didepan sedang ceramah panjang lebar tentang status kewarganegaraan seseorang, kalau tidak salah aku mendengar kata-kata ius sanguinis, dan ius-ius yang lain, tapi pelajaran terakhir ini sama sekali tidak nyangkut di otakku yang memorinya cuma seberapa ini.
"Oke," jawabku dengan mata yang nyaris tertutup
TEEEEETTTT!!!!
YOSHA! Akhirnya bel pulang berbunyi juga. Aku segera bangun dengan kesadaran 120%, berkemas dan siap untuk pulang.
"Anak-anak, sekian pelajaran kita pada hari ini, jangan lupa Tugas yang ibu kasih tadi dikerjakan ya,"
Ester langsung menatapku dengan tatapan mengandung sejuta makna "Tugas apa? Kita kan dari tadi tidur, jadi ga denger,"
"Kung, emangnya tugas apaan?" tanyaku pada Bakung yang duduk disebelah kanan mejaku.
"Tugas yang ada di LKS, semua soal yang ada di bab 4, 5, 6, 7, 8, dikerjakan dan jawaban essay di tulis dikertas, minggu depan dikumpul,"
"What the hell!?" umpatku kesal
"Kan masih seminggu lagi," kata si Bakung sok-sok-an.
"Kalo sampai minggu depan lo masih nyontek sama Ester, dan bilang ga ada waktu buat ngerjain, gue botakin kepala lo sampe licin!?" kataku berang. Ini tugas apa musibah sih?.
"Oi, oi, santai, Tus, semua akan selesai kalau dikerjakan," Ester berceramah. Gue Cuma bisa diem sudah males berkomentar.
Sekarang kami sudah berada di parkiran yang mirip dengan gudang pabrik motor karena menyediakan segala jenis motor mulai dari yang keluaran tahun 90-an sampai yang baru bulan kemaren di pajang di show room.
"Ter lo beneran ada ide buat mengamankan posisi lo di pemilihan ketua OSIS nanti?" tanyaku saat kami sudah melaju dijalan raya
"Sebenernya belum sih, tadi itu gue bohong, abis ada si Bakung sama Mariyana sih, kalo gue terlihat bego didepan mereka kan malu," sahut Ester dari jok belakang motorku.
"Astaga! Gue kira lo beneran ada ide," rasanya gue emang pingin nabok kepala anak ini deh "Ngomong-ngomong pegangannya ga usah kenceng-kenceng banget deh, jijik gue... mana perut gue sesek lagi," protesku. Si Ester emang suka peluk sembarangan kalo boncengan sama siapapun di atas motor. Semua yang sudah pernah boncengan sama dia pasti langsung kapok dan males boncengin dia lagi, hahaha.
"Nanti gue semedi dulu di bawah shower, kali aja beneran dapet petuah,"
"Gue harap lo ga mati mengkerut dibawah air sementara petuahnya tak kunjung datang,"
Seminggu setelah desas-desus akan diadakannya pemilihan ketua OSIS SMA kami, pihak panitia yang merupakan anggota OSIS periode yang sedang menjabat memberikan pengumuman resmi terkait berita tersebut. Memang benar, kalau akan di adakannya pemilihan ketua OSIS yang baru dan setiap kelas mengirimkan dua wakilnya untuk bertanding di ajang ini. Kelas kami sudah resmi menunjuk Ester dan Shiba sebagai calon ketua OSIS yang mewakili kelas X-5 dan untungnya ide Ester yang di dapatnya saat bersemedi 1 jam dibawah Shower pun akhirnya di terima para penghuni kelas.
"Jadi, no absen 1 sampai 18 bertanggung jawab atas suara untuk saya-Ester Qwerty-sementara no absen 19 sampai 36, bertanggung jawab atas suara untuk Shiba Nine. Saya harap teman-teman semua konsisten dan tetap berpegang teguh pada janji kelas kita sebelumnya, bahwa kita adalah keluarga X-5 kelas tersolid yang pernah ada, dan tentunya akan bangga jika memiliki ketua OSIS dari kelas ini, setuju?" Ester berorasi di depan kelas bersama Shiba Nine yang berdiri tanpa peran berarti di samping kanannya. "Shiba kamu mau ngomong sesuatu?" Tanya Ester setelah menyadari kalau sebanyak 99% dari jalannya orasi hanya dia yang berkoar-koar.
"Nggak, udah cukup," tolak Shiba halus.
'Untung Shiba orangnya baik,' batinku dalam hati
"Kalau begitu, saya mohon dengan sangat teman-teman dapat memahami perasaan kami, dan membantu kami, kalau seandainya ada yang keberatan dan akhirnya tidak ingin memilih kami, menyebabkan suara kami hanya tinggal beberapa orang saja, lebih baik kami mundur, karena jujur, saya ga tahan menanggung malu,"
"Iya, iya, nanti juga kami pilih elo kok, ga usah panik kan gitu juga kali," sahut anak perempuan berambut lepek yang kemarin bertanya dengan sotoy nya mengenai guru Kimia yang akan mengajar di kelas X.
"Udah-udah, yang penting semuanya sudah sepakat, jadi mohon bantuannya ya teman-teman," Shiba menengahi dan orasi pun berakhir dengan tanpa adanya baku hantam.
"Ternyata kalo lagi serius lo bisa juga ya, Ter, orasi didepan orang," kataku saat menemani dia mengambil formulir pendaftarannya di ruang OSIS
"Jangan ngeremehin gue kali, gini-gini gue muridnya Angling Dharma* dan Mak Lampir*, loh," yaelah, dia ngebanyol lagi.
"Gue yang muridnya ki Joko Bodo aja gak sombong," timpal gue santai
"Wajar lo ga sombong, ilmu lo aja belum setinggi ilmu gue,"
"Kampret lo!" dan akhirnya perdebatan kami berakhir tepat di di depan pintu ruang OSIS.
Batas pengembalian formulir pendaftaran calon ketua OSIS adalah minggu ketiga bulan September dan pelantikan akan di laksanakan sebulan setelahnya, atau minggu ketiga bulan Oktober. Semua Nampak antusias menyambut pemilihan ini (temasuk si Ester). Dalam beberapa hari terakhir menjelang kampanye didepan seluruh warga sekolah si wanita boncel ini ga bosen-bosennya latihan didepan cermin, katanya biar kelihatan wibawa, begitu. Gue ga ngerti, emang sih si Ester badannya boncel dan ga lebih tinggi dari gue tapi entah kenapa aura dia tuh bisa banget buat yang lain pada dengerin kalo dia ngasih suatu instruksi.
Ester kebagian no urut tiga, dan berita yang lebih mengejutkan lagi adalah si Ligan juga ternyata mencalonkan diri sebagai ketua OSIS, itu artinya mereka berdua saingan! Gue Cuma bisa berdoa semoga Ester bisa menang dari gebetannya itu. Amiin.
"Pas gue tau Ligan nyalon juga jadi ketua OSIS gue nyaris menitikkan air mata," kata Ester sok mendramatisir perasaannya saat ini kami sedang menikmati makan siang di kantin ditemani dua mangkok mie rasa bawang goreng (cita rasa mie favorit kami memang cukup anti mainstream) dan seorang anak laki-laki bernama Choa-kami biasa memanggilnya kecoak-yang beberapa minggu terakhir ini selalu menguntil dimanapun aku dan Ester mangkal.
"Kenapa kok nyaris? Seandainya aja air mata lo ngalir deres kayak sungai buat latihan arung jeram, pasti lebih seru," timpal Choa dengan santainya sambil tersenyum memandang Ester.
"Diem lo kecoak busuk! Lo nggak punya temen cowok ya? Akhir-akhir ini demen banget ngintilin kita, lo banci?" Ester membeo. Perkataannya cukup pedas dan mampu membuat air liur nyaris meluncur dari sela bibir.
"Oi, Oi Ester. Kalo ngomong jangan kayak sambel petasan dong!? Udah pedes, meledak-ledak, lagi," gue menengahi mereka berdua sebelum terjadi baku hantam di kantin yang ramai ini. Bisa-bisa pamor calon ketua OSIS langsung redup kayak nyala lampu 5 watt yang dicolokin dengan tegangan 110 volt. (perumpamaan gue absurd banget, sumpah). Dalam hati gue membatin, ini kah sifat asli dari Ester yang badannya cebol, giginya tonggos, dan hidungnya pesek ini? Kalau sudah ga suka sama seseorang bisa ngeluarin kata-kata sakarstik tanpa belas kasihan?
"Gue emang banci, puas lo!" Choa menyalak seperti anjing cihuahua yang bulunya habis direbonding "Emang syarat jadi temen kalian harus banci ya?" dia menambahkan
"Banci absolute, homo dan anti wanita!" kata Ester setengah ngotot
"Kalian bukan wanita?" Choa meluncurkan sebuah pertanyaan yang semu. Detik berikutnya sesuatu terjadi...
"ADUH!" kepala seorang anak laki-laki bernama Choa Aglonema beradu dengan telunjuk dengan panjang minimalis yang mendorongnya sampai nyaris terjengkang kebelakang. Beberapa siswa di kantin menatap kami dengan horror. Aku hanya tersenyum-senyum manis seolah tidak terjadi sesuatu yang melanggar peri kemanusiaan. Untuk catatan, jangan pernah beradu mulut dengan wanita aneh dan setengah gila seperti Ester kalau masih sayang dengan harga diri anda.
"Kami wanita, makanya jangan deket-deket dengan kami, aku ga suka kamu menjadi orang ketiga dalam pertemanan ini,"
"Aku tidak menyangka, kamu menolak seseorang yang datang dengan niat untuk menjalin pertemanan," Choa memasang wajajah murung "ternyata calon ketua OSIS dari kelas X-5 memang tidak cocok untuk dipilih," dia kemudian berdiri dari tempat duduknya berniat pergi sebelum sebuah tangan mungil menarik pergelangan tangannya
Semua itu terjadi cepat sekali. Hanya selama sepersekian detik.
"Maafin aku, Choa... aku cuma bercanda kok," dengan efek angin dan kelopak bunga-bunga imajiner yang bertaburan Ester meminta anak laki-laki itu untuk mengurungkan niatnya.
Aku hanya bisa melongo dan membuka mulut seperti ikan yang di terlantarkan di daratan kering. Mangap-mangap sambil menahan mual akibat melihat perubahan sikap mendadak dari si boncel bergigi tikus yang duduk di depanku ini.
"Jadi, sebagai imbalannya kau harus mengajak teman-temanmu untuk memilihku, tapi itupun kalau kamu punya teman," Ester berkata sambil tersenyum manis-coret!-mengerikan, mirip psychopath kelas kakap kearah Choa yang mulai terintimidasi
"Ba-baik, gue akan bantu lo, jadi, sekarang kita berteman ya," Choa kembali duduk manis. Lalu kami lanjut menyantap mie rasa bawang goreng yang nyaris terabaikan di atas meja tanpa banyak bicara.
Dari poster kampanye yang banyak di tempel di setiap sudut sekolah, di mading, dan ada beberapa juga yang ditempelkan pada tiang-tiang yang berbaris di sepanjang teras kelas diketahui bahwa yang mencalonkan diri untuk menjadi ketua OSIS ada 12 orang. Setelah terseleksi secara alami (seleksi berkas dan wawancara) di dapatkan 5 orang terkuat sebagai kandidat yang akan melalui tahap kampanye di hadapan seluruh warga sekolah.
Salah satu dari lima orang itu adalah Ester Qwerty.
Dan...
Ligan Krisan Serojadiguna
.
.
.
bersambung
kalau ditanya apa kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, maka penulis akan mengakui bahwa ada beberapa kejadian yang menginspirasi penulisan tulisan ini. Tapi tidak seluruhnya, karena ini mengandung sedikit unsur dramatisasi agar penulis merasa senang hahaha (loh kok malah penulisnya yang senang?) ya bodo amat lah ya~ *ditabok*
mohon komentarnya~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top