Ester dan Kaktus
Just a story about how crazy and sweet memories that have been happen in high school.. this is about my soulmate, me, and her first love.
we can only see the past but we can't go back to that time anymore...
.
.
.
beberapa nama sekolah yang di tulis disini adalah nama-nama sekolah yang ada didalam manga dan anime Kuroko no Basuke karya Tadatoshi Fujimaki. Penulis sama sekali tidak mengambil keuntungan dari hal tersebut.
.
.
.
Chapter 2
.
.
.
"Nyali kamu besar juga ternyata," seorang cewek tiba-tiba muncul dari tengah kerumunan senior yang tadi tertawa-tawa geli "Salut deh sama, kamu, kalo gitu kamu kakak kasih hadiah deh..." dan setelah adegan itu berlangsung si Ester kembali ke gugus kami dan menceritakan semuanya ke gue sambil memamerkan sebuah bungkusan coklat kecil pemberian senior cewek yang udah merintah dia tadi.
"Kakak cewek tadi namanya Madu, dia baik banget ngasih gue coklat," si Ester senyam-senyum sendiri mandangin coklat batangan yang ga gede-gede amat ditangannya itu dengan takjub. Anak ini di sogok pake coklat aja udah luluh. 'Padahal lo dari tadi di jadiin 'budak liar' sama tuh senior, Ter!' Inner gue memekik prihatin.
Tepat pukul 12:00 kegiatan dihentikan sejenak untuk melaksanakan Sholat zuhur dan makan siang. Selesai sholat, kami berkumpul lagi dan diberikan pngarahan untuk hari selanjutnya beserta informasi perlengkapan yang akan kami bawa besok. Pokoknya gitu aja terus sampe 7 hari berturut-turut.
Hari trakhir MOS adalah hari yang mendebarkan mungkin bagi setiap siswa baru, karena pada hari ini kami akan di bagi dalam kelas-kelas yang berbeda. Gue sih ngarepnya sekelas lagi sama si Ester, soalnya gue ngerasa udah klop banget sama anak ini, dan selama idup gue belum pernah ketemu manusia kayak dia, itung-itung nambah pengalaman hubungan pertemanan gue dengan makhluk unik untuk dibagikan kepada anak cucu gue kelak.
Kami dikumpulkan lagi dihalaman upacara seperti saat upacara pembukaan MOS. Setelah menunggu beberapa menit, upacara penutupan masa orientasi dimulai dan kami melewatinya dengan khidmat. Seorang bapak guru berpakaian panitia MOS naik ke atas mimbar Pembina upacara dan memberikan kami pengumuman.
"Anak-anak! Kalian secara tertib memasuki area sekolah dan carilah nama kalian masing-masing pada daftar nama yang sudah bapak tempelkan di depan kelas-kelas. Ruang kelas sepuluh adalah disebelah kanan, jadi setelah melewati meja resepsionis kalian belok kesebelah kanan, nanti kakak senior yang akan membantu. Ingat! Kalian harus tertib, sekarang kalian sudah dewasa, bukan siswa SMP lagi, MENGERTI!"
"MENGERTI, PAK!"
Setelah bapak guru tersebut turun dari mimbar Pembina upacara, kami mulai berjalan dengan tertib meninggalkan lapangan. Jantung ini makin berdebar, penasaran dengan kelas yang akan di tempati selama satu tahun kedepan.
"Ester, lo deg-degan ga?" Tanya gue iseng pada seorang wanita boncel disebelah kanan gue
"Ga, emang kenapa? Lo deg-degan? Kayak mau nembak orang aja.." respon si wanita boncel itu
Ingin rasanya gue nabok kepala si Ester sampai dia puyeng dan pingsan terus diinjek-injek ratusan siswa baru yang sedang kebingungan cari kelas, tapi sayang gue masih punya sisi baik yang lebih dominan dari sisi jahat sehingga niat busuk itu gue batalin.
"Maksud gue, lo deg-degan ga mau masuk kelas apa.. gue sih berharap ga sekelas sama lo," sungguh pandai saya berdusta
"Gue sih ga deg-degan, Cuma sedikit gugup aja.. dan gue juga ga berharap sekelas sama lo," dan seketika itu juga ulu hati gue terasa bagai disiram air es pegunungan Himalaya
"Gugup itu kata lain dari deg-degan, dan serius lo ga mau sekelas sama gue?" aku meminta kepastiannya, nyesel juga sih tadi bohong
"Iya beneran, soalnya kamu tampangnya pas-pasan sementara gue cantik, nanti kita disangka pasangan pelayan dan majikan kalo kita terus berteman," kata Ester dengan lancar dan menusuk
"Emang sih tampang gue kayak maid* yang cantik dan imut, sementara lo kayak Smeagol*," balas gue tak kalah menusuk
"Nah, tu tau... eh stop! Ini kelas X-5 dan wait... ada nama kita disini!" dia berjingkat melihat daftar nama dan nyaris melompat kegirangan di tengah kerumunan siswa lain yang sedang melihat daftar nama juga.
Dan benar sekali, daftar nama yang terpampang indah di depan pintu kelas X-5 itu menuliskan namaku di urutan ke 23 sementara si Ester di urutan 9
9. Ester Qwerty
Dan
23. Kaktus Backspace
Tanpa sadar aku memeluknya. Aku rasa dunia indah sekali saat itu....
"Eh, tunggu dulu! Anterin gue liat kelasnya Ligan doong.." rengeknya "Please, ya.. kalo gue sudah tau kelas dia dimana kan hati gue jadi adem gitu.." dia mengeluarkan tatapan memelasnya padaku
"Oke.. oke.. tapi kita belum nyari tempat duduk nih.. kalo kebagian di tempat yang nggak strategis gimana?" kataku berusaha menyadarkannya. Anak ini udah nelen pelet si Ligan kali ya?
"Itu urusan gampang," katanya "Ayok Tus, cepet!" dia menarik tangan gue dan kami melaju dengan kecepatan penuh menuju kelas-kelas lain di sepanjang koridor
Setelah muter-muter keliling nyari kelasnya si Ligan-pujaan hati Ester-kayak emak-emak muterin pasar, akhirnya disinilah kami berada, duduk di bangku nomer dua dari belakang di samping jendela dan tepat didepan dua anak cowok yang nakalnya melebihi tante-tante girang-maksudnya melebihi batas kewajaran alias nakal banget ga ketulungan-dengan ekpresi wajah yang abstrak karena kelelahan dan kepanasan. Kami sudah menemukan kelas Ligan, dia masuk kelas X-3 duduk paling depan bersama teman sebangkunya yang juga teman masa SMP nya, gue tau itu dari si Ester. Setelah melihat keadaan Ligan yang luar biasa baik Ester bisa balik ke kelas dengan tenang dan damai.
"Selamat siang anak-anak!" seorang ibu guru masuk ke kelas kami, membuat aku tersadar dan kembali ke alam nyata-tadi sempat nyasar di alam lamunan soalnya. Ibu guru itu tampangnya serem, tapi ga serem-serem amat sih. Tatapannya menusuk, kacamatanya diatas hidung-dia menatap kami dari atas bingkai kaca matanya itu dengan tatapan yang seolah mengandung makna 'Hayo, siapa yang berani melawan saya, maju sekarang juga!' dan mental kami langsung kempet kayak balon bocor.
"Perkenalkan nama ibu Tulip Capslock, ibu adalah wali kelas kalian untuk 1 tahun ini, ibu akan mengajar mata pelajaran Matematika di kelas X dan Kimia di kelas XI dan XII, ada pertanyaan?"
"Siapa yang akan mengajar Kimia kelas satu bu?" Tanya seorang anak cewek berambut lepek dari bangku depan, sepertinya dia anak yang kritis.
"Yang akan mengajar kimia kelas X itu bapak Euphorbia, ada pertanyaan lagi?"
Seluruh kelas hanya diam
"Baik, kalau begitu langsung saja kita memilih pengurus kelas.. ada yang mau mencalonkan diri menjadi ketua kelas? Minimal 5 orang,"
Tak kusangka tak kuduga Ester mengacungkan tangannya ke udara
"Saya buk! Ester Qwerty no absen 9,"
Dan masih ada 4 anak cowok lain yang mengacungkan tangannya.
Setelah proses kampanye singkat-Ester menjanjikan keamanan dan kenyamanan kelas kalo dia yang jadi ketua kelas-dan menurutku itu adalah iming-iming kampanye yang ga nyambung sama sekali, kami akhirnya melakukan voting, maka terpilihlah Shiba Nine sebagai ketua kelas dan Ester harus puas berada di posisi wakil. Untuk jadi pejabat kelas sepertinya gue belum tertarik, masalahnya gue ga suka ngurusin kepentingan orang banyak sementara kepentingan gue sendiri aja masih belum bisa gue beresin. Hahaha..
Minggu demi minggu berlalu dengan aman. Kami berkenalan dengan penghuni kelas yang lain dan semuanya terlihat baik. Ada beberapa yang berasal dari SMP diluar kota dan ada beberapa yang berasal dari SMP yang sama denganku juga, tapi kebanyakan yang diterima di SMA ini adalah dari SMP Teiko dan SMP Kirisaki Da Ichi yang memang satu wialyah dengan SMA ini.
"Denger-denger bakalan ada pemilihan Ketua OSIS nih," kata teman sekelas kami yang menjabat sebagai koordinator seksi kebersihan, Raden Mas Bakung Siswacerdaso Sundulala kepada kami suatu siang di kelas. Konon kabarnya si Bakung ini masih keturunan bangsawan, oleh sebab itu diberi embel-embel kebangsawanan di depan namanya.
"Iya, gue juga denger berita itu," sahutku "Katanya minimal 2 perwakilan dari tiap kelas,"
"Kira-kira siapa ya yang bakal maju?" Ester ikutan nimbrung
"Kamu aja noh, sama si Shiba," celetuk Mariyana dari meja sebelah "Duet ketua kelas sama wakil," tambahnya
"Gue sih mau-mau aja," jawab si Ester, dalem hati gue mikir, ini anak mau jadi ketua OSIS, kampanye di kelas aja dia ga nyambung apalagi mau kampanye di lapangan sekolah. Aku menyangsikan kemampuannya, maaf teman.
"Ter, inget, kita siswa baru, susah nyari suara. Ga usah lah lo yang nyalon, nanti malu kalo yang milih Cuma gue doang," aku berusaha membuatnya mengubur imajinasinya "Biar si Mariyana aja yang nyalon, ngapain juga dia nyuruh-nyuruh orang,"
"Hei, ga boleh gitu beb.." si Ester menatap gue tajam "Itulah gunanya kelas, nanti urusannya serahin sama gue. Malu itu kalo Cuma lo yang milih gue, kalo misal 17 orang yang milih gue, ga malu-malu amat kan?" dia menyenggol bahu gue
"Yah, terserah lo deh, gue Cuma ga mau lo malu di depan seluruh penghuni SMA ini, masa' sudah capek-capek kampanye yang milih Cuma gue kan kasian lo nya," aku masih berusaha menyadarkannya
"Tenang aja, Tus.. gue tau aturan mainnya," Ester tersenyum penuh misteri.
Gue, Bakung dan Mariyana langsung merinding seketika.
"Terserah lo aja deh," ujarku pasrah
.
.
.
bersambung
note :
* Maid >> pelayan yang memakai seragam imut biasanya banyak terdapat di dalam anime.
* Smeagol >> mahluk buruk rupa yang ada di dalam Novel trilogi The Lord Of The Ring karya J.R.R. Tolkien.
kalau ditanya apa kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, maka penulis akan mengakui bahwa ada beberapa kejadian yang menginspirasi penulisan tulisan ini. Tapi tidak seluruhnya, karena ini mengandung sedikit unsur dramatisasi agar penulis merasa senang hahaha (loh kok malah penulisnya yang senang?) ya bodo amat lah ya~ *ditabok*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top