The Power of Love - Sulizlovable

[There should be a GIF or video here. Update the app now to see it.]


"Aku tidak menyesal kehilangan kekuatanku, meski hal itu membuatku tak bisa kembali ke tempat asalku. Namun, apa yang kulakukan akan sebanding dengan pengorbanannya selama ini."
Dania Fredella Britya

🌙🌙🌙

Di suatu pagi. Seorang lelaki mengenakan 1)armor lengkap dengan alat panah yang menggantung tepat di bagian punggungnya, baru saja melewati sebuah dimensi ruang dan waktu.

Lelaki itu menatap aneh ke sekeliling ruangan, setelah keluar dari sebuah cermin. Ia menyadari sedang berada di sebuah ruangan minim cahaya, berdebu dan penuh dengan barang-barang tak terpakai.

"Jadi ini, tempat tinggal Tuan Putri sekarang," gumamnya pelan.

Sejurus kemudian, seorang gadis baru saja keluar dari sebuah cermin yang sama seperti dirinya. Lelaki itu menyipitkan sebelah matanya ketika sang gadis melihat tepat ke arahnya.

"Hey, gadis panda. Kenapa kamu ikut ke sini?" tanyanya dengan wajah datar.

"Haish, kenapa kamu masih memanggilku dengan sebutan seperti itu?" Yang ditanya justru tidak mengindahkan gerutuan sang gadis, dan memutuskan untuk ke luar meninggalkan tempat tersebut.

"Sakti!" panggil Sekira seraya mengejar si lelaki. Sakti menoleh lalu menghentikan langkahnya. "Kita harus mengubah penampilan lebih dulu kalau mau tinggal di dunia manusia," katanya memberi saran.

"Apa itu perlu?" tanya Sakti polos.

"Tentu saja, kamu mau dijuluki makhluk aneh dengan memakai armor seperti itu?"

"Lalu di mana, aku harus menaruh armor dan alat panahku?"

"Jangan khawatir, itu tugasku. Diamlah! Aku akan mengubah penampilanmu." Sekira mulai mengucapkan sebuah mantra yang akan mengubah penampilan mereka berdua.

"2)Distancia 3)Magic!" Sekira melayangkan tongkatnya ke udara, lalu mereka berubah dalam sekejap. Kini keduanya sudah mengenakan seragam milik Soul Revolution High School lengkap dengan ransel masing-masing.

"Pakaian macam apa ini?" tanya Sakti aneh melihat penampilan barunya.

"Ini fashion di dunia manusia, apa kamu tidak pernah membacanya? Bukankah setiap pagi burung pengirim surat memberikan selebaran ke setiap penduduk?"

"Entahlah," desah Sakti lelah menghadapi gadis cerewet seperti Sekira. Saat ini Sakti sudah tidak sabar ingin bertemu dengan tuan putrinya. Sakti harus melakukan tugasnya sebagai 4)kingsguard kerajaan Iceland.

"Kamu mau ke mana?" tanya Sekira saat melihat Sakti berjalan menuju pintu lift.

"Tentu saja mencari Tuan Putri," sahutnya kesal.

"Tunggu dulu!" Sekira menarik ransel milik Sakti, sehingga membuat lelaki itu mundur dan menubruk tubuhnya. Sejenak, gadis itu melamun karena membuat jarak mereka terlalu dekat.

"Apa lagi?" Pertanyaan Sakti menghentikan lamunan indahnya.

Sekira mendadak gugup. "Ah itu ... Kita harus menemui penjaga portal lebih dulu."

"Siapa penjaga portal?"

Sekira sudah bisa menguasai dirinya lalu menggeleng tidak percaya, apa yang dilakukan Sakti di negeri Souland. Mungkinkah ia hanya berlatih memanah dan menjaga kerajaan. Kenapa Sakti tidak tahu apa-apa?

"Sudahlah, ikut aku! Nanti juga kamu tahu," katanya seraya berjalan menuju ruangan milik sang penjaga portal.

Sesampainya di asrama putra, Sakti memperhatikan dengan serius kediaman sang penjaga portal. Ruangan ini begitu luas bagaikan rumah pribadi, meski desain interior di dalamnya terlihat kuno.

Setelah keduanya menceritakan maksud dan tujuannya datang ke dunia manusia. Sakti dan Sekira diminta menandatangani sebuah kontrak yang berisi perjanjian dan peraturan selama hidup di dunia ini. Panji memberikan kertas lawas serta mantra untuk keduanya. Dan sebelum pergi, Sekira mendekat ke arah Panji ─ penjaga portal.

"Ternyata tampang kamu tidak sekeren yang dibicarakan oleh mereka, di negeri Souland!" ledek Sekira.

"Jangan bicara sembarang! Lihat saja nanti, kalau kamu sampai terpana dengan ketampananku. Baru tahu rasa kamu!"

"Tidak akan!"

"Jangan terlalu yakin!"

"Tentu saja aku yakin. Aku sudah punya idola sendiri."

"Pengawal itu?" sindir Panji sembari menoleh ke arah Sakti yang sudah ke luar dari ruangan miliknya.

"Sejak kapan dia tertarik dengan gadis selain Tuan Putri? Jangan menyakiti diri sendiri!"

"Tutup mulutmu!"

Sekira berbalik arah lalu keluar dari kediaman Panji. Ternyata Panji sudah beradaptasi dengan baik di dunia ini, terlihat dari cara bicaranya yang sudah fasih. Tapi kenapa lelaki itu membuat mood-nya berubah buruk?

"Haish, dasar Panji si muka bantal!" Sekira mengentak-entakkan kakinya kesal. Kemudian ia menyisir selasar gedung di sekolah, sudah banyak sekali murid-murid yang berlalu lalang. Apa ia akan betah tinggal di sini?

Aku harus bisa menyesuaikan diri demi menjalankan misiku.

Sekira terus mencari keberadaan Sakti, sampai akhirnya ia melihat lelaki itu kembali berjalan menuju gudang. Tempat di mana mereka berdua pertama kali datang ke dunia ini.

"Kamu, kenapa kembali ke sini?"

"Aku mengikuti Tuan Putri," sahutnya tanpa memutus pandangan ke arah gadis di depan. Ada tiga orang yang mereka lihat sedang berada di hadapan cermin. "Kita harus mengikuti Tuan Putri!"

Dania merasa hari ini banyak keanehan yang terjadi terhadapnya. Pertama, sewaktu di dalam gudang. Kenapa ia bisa ikut masuk ke dalam sebuah cermin dengan Gabriel, sedangkan Velove tidak bisa? Kedua, tangannya selalu merasa dingin meski cuaca begitu terik. Dan ketiga, ia merasa ada yang mengikutinya sejak tadi.

"Kalian siapa?" tanya Dania menoleh tiba-tiba, membuat kedua makhluk yang mengikutinya terkejut dan berhenti melangkah.

"Saya Sekira Brunella, penyihir dari negeri Souland," jawab gadis berambut cokelat itu tanpa senyum.

"Saya Sakti Raymond, Tuan Putri. Saya bertugas menjaga Anda di dunia ini." Lelaki dengan postur tubuh yang tinggi, namun kaku dalam hal berbicara itu menunduk hormat kepadanya.

Dania terdiam di tempatnya berdiri, mencoba mencerna ucapan kedua makhluk di hadapannya.

"Apa yang kalian bicarakan, aku sama sekali tidak mengerti," ujar Dania bingung seraya kembali berjalan.

Sepanjang pelajaran sekolah, Sakti dan Sekira terus saja mengikuti kemanapun Dania pergi. Keduanya sudah diperkenalkan secara resmi oleh Mr. Fredy, kepala sekolah SRHS sebagai murid baru. Dan kebetulan yang janggal mereka satu ruangan dengannya yaitu di kelas 11B.

Dania tidak mengenal Sakti dan Sekira, tapi kenapa mereka memanggilnya dengan sebutan tuan putri?

Selesai pelajaran terakhir, Dania segera berlari menuju asrama. Ia tidak ingin kedua makhluk yang mengaku dari negeri Souland itu kembali mengikutinya. Namun, keinginannya hanya sebatas impian, Sakti dan Sekira bahkan sudah berada di depan pintu asramanya.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Dania geram menyaksikan tingkah keduanya. Setelah berhasil membuka pintu asrama, gadis itu masuk ke dalam. Sakti dan Sekira masih mengekor di belakang.

Merasa lelah bersikap terus menolak kehadiran keduanya, Dania berusaha membuka hati dan pikirannya. Dania juga harus mengetahui maksud dan tujuan mereka mengikutinya.

"Jadi begitu ceritanya."

Dania puas mendengarkan Sekira bercerita tentang negeri Souland. Negeri yang entah ada di mana dan seperti apa bentuknya. Menurut penuturan keduanya, ia merupakan putri keenam dari kerajaan Iceland di bawah pimpinan Raja Britya yang tak lain merupakan sang ayah. Adalah Dania Fredella Britya, nama miliknya.

Sedikit tidak percaya karena yang Dania tahu, dirinya sudah yatim piatu. Dan ia bisa masuk ke Soul Revolution High School dengan bantuan dari Mr. Fredy. Hanya itu yang Dania tahu tentang asal usulnya.

Menurut keduanya, alasan Dania berada di dunia ini karena dirinya sedang diamankan. Dania diramalkan akan menghancurkan negeri Souland setelah berumur 17 tahun. Namun ingatannya terpaksa dihilangkan yang tak lain untuk mengontrol tindakannya, dan juga agar tidak ada yang curiga bahwa ia sebenarnya adalah seorang putri.

"Jadi karena aku diramalkan akan menghancurkan negeri kalian, oleh karena itu aku berada di sini? Dan banyak yang ingin membunuhku?" Kedua makhluk di depannya mengangguk.

Dania jadi berpikir tidak ada salahnya menampung keduanya di sini, toh ia juga hanya sekamar dengan Velove. Dania menerima keduanya untuk tinggal di asrama dengannya. Nanti Dania akan meminta izin kepada Mr. Fredy tentang hal ini.

Tapi mengingat asrama putra dan putri harus tinggal terpisah, ia jadi bingung sendiri.

"Tuan Putri tidak perlu mengkhawatirkan Sakti, saya akan minta bantuan kepada Panji. Mungkin dia akan berbaik hati berbagi tempat tinggal dengan Sakti," saran Sekira.

"Baiklah kalau begitu," sahut Dania setuju.

Seminggu berlalu, Dania mulai terbiasa dengan kehadiran Sakti dan Sekira. Bahkan tadi siang Sakti menolongnya dari makhluk aneh yang tiba-tiba muncul di permukaan danau.

Sepertinya ucapan Sakti yang merupakan kingsguard di kerajaan Iceland benar adanya. Dania bisa melihat kemampuan lelaki itu dalam hal memanah, yang ternyata memang sudah tidak bisa diragukan lagi.

"Mau kubantu mengobati lukamu?" tanya Dania ramah. Ia membawa Sakti ke UKS ditemani oleh Sekira.

"Tidak perlu Tuan Putri, saya bisa sendiri."

Dania tidak tega melihat memar di wajah Sakti, luka tersebut ia dapatkan setelah melawan putri duyung berwarna hijau gelap. Menurut Sekira, duyung itu benama Ryn. Ia memang sering mencari masalah dengan bangsa lain, bahkan terhadap kawanan duyung sekalipun.

"Apa yang akan Anda lakukan?"

"Hemp ... Aku hanya ingin menaruh ini di atas meja." Dania hendak menyingkirkan alat panah milik Sakti yang tergeletak sembarangan di atas brangkar.

"Jangan mengangkatnya! Anda tidak akan kuat. Biar saya saja," kata Sakti sebelum Dania menyentuh benda tersebut.

"Ehem," dehaman terdengar jelas dari mulut Sekira yang menyaksikan interaksi keduanya sejak tadi.

"Kamu kenapa gadis panda? Butuh obat batuk?" Pertanyaan Sakti terdengar seperti sebuah sindiran untuk Sekira.

"Kenapa kamu memanggil Sekira dengan sebutan gadis panda?" Dania ikut penasaran, pasalnya ia sering sekali mendengar sebutan itu dari mulut Sakti.

"Karena aku pernah melihat dalamannya yang bergambar panda," sahut Sakti polos, mengabaikan wajah Sekira yang sudah merona berusaha menutupi rasa malu.

"Haish, dasar Sakti menyebalkan!" gerutunya kesal, diikuti langkah kakinya ke luar dari UKS.

Malam harinya, Sakti dan Sekira berniat untuk bermalam di asrama milik gadis itu, keduanya beralasan ingin melindungi Dania. Itu karena, malam ini merupakan malam di mana Dania tepat berumur 17 tahun. Kebetulan Velove sedang mengerjakan sesuatu di lab kimia dan akan bermalam di sana.

Namun nyatanya Sekira berniat lain, gadis itu diam-diam hendak memakaikan sebuah gelang pada Dania. Sang putri sudah tertidur, dan ini kesempatan bagi Sekira untuk menjalankan misinya.

"Apa yang kamu lakukan gadis panda?" tanya Sakti curiga, ketika melihat gerak-gerik aneh Sekira.

"Aku hanya memakaikan gelang ini untuknya," cicit Sekira gugup, namun ia berhasil memakaikan gelang tersebut di lengan Dania.

Sakti masih tidak percaya dan terus menyudutkan Sekira dengan beberapa pertanyaan.

Kilauan cahaya yang berasal dari arah jendela, menghentikan perdebatan di antara keduanya. Tiba-tiba saja Dania membuka matanya lalu bangun, namun tubuhnya langsung berjalan melewati Sakti dan Sekira.

"Kemarilah Tuan Putri!" seru seseorang yang baru saja muncul dari kilauan cahaya tersebut.

"Master Valter!" sebut Sekira sangat terkejut. Raut wajahnya memancarkan kebingungan yang mendalam.

"Kerjamu bagus sekali Sekira," puji makhluk itu.

"Apa maksudmu?"

"Kamu sudah meringankan pekerjaanku dengan memasangkan gelang ini kepada Tuan Putri. Dengan kekuatan Tuan Putri, aku akan mendapatkan negeri ini. Setelah Iceland dan Coalland berada di genggaman tanganku."

"Master, Anda menipu saya?" Sekira berubah geram mendengar ucapan Valter.

Valter Henrique, seorang lelaki yang dijadikan guru besar oleh Sekira. Master Valter, begitu sebutannya. Valter merupakan hereditary witch, yakni penyihir yang mendapatkan kekuatannya dari keturunan nenek moyang. Selama ini, Valter banyak membantu Sekira mendalami ilmu sihir.

"Distancia 5)Apparate," sebut Valter. Lalu sang master hilang membawa Dania.

"Apa maksud semua ini? Ke mana dia membawa Tuan Putri?" tanya Sakti cemas.

Sekira menajamkan pendengarannya, berusaha melacak keberadaan Valter dan Dania.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita harus segera menolong Tuan Putri!"

Sekira mengajak Sakti pergi ke tempat Valter berada menggunakan sihirnya, dan dalam hitungan detik keduanya sudah berpindah ke gerbang utara bangunan SRHS.

"Sihirmu semakin bagus, Sekira. Bagaimana kalau bergabung denganku?" Valter berkata sombong.

"Kita akan mendapatkan dunia manusia. Di sini banyak sekali benda-benda canggih yang berjalan."

"Tidak akan!" tolak Sekira yakin.

Sekira menyesal telah membuat Dania berada dalam masalah. Ternyata ramalan yang didengarnya selama ini hanyalah kabar burung, yang dibuat Valter untuk mengalihkan niat jahatnya. Sekira merasa sangat bodoh, bahkan ia sempat mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan kembali gelang yang sempat hilang itu.

"Jadi itu pilihanmu?" tanya Valter sinis.

"Baiklah, Tuan Putri. Ciptakan naga merah untukku!" Dania dalam pengaruh sihir langsung menuruti perintah Valter.

"Tidak peduli seberapa kuat sihirmu, Valter. Kita para penyihir tetap memiliki kelemahan." Valter justru tertawa menanggapi kalimat yang diucapkan Sekira.

Naga merah yang sangat besar muncul menghadang Sakti dan Sekira. Sementara Dania dibawa ke sebuah kastil di atas kepala naga. Kemudian naga merah membawa mereka pergi menuju Evergreen ─ hutan perbatasan.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Naga itu akan lebih mudah diserang dari dua arah, dan penyihir dengan fisik lemah akan menghilangkan konsentrasinya. Penyihir butuh waktu untuk merapalkan mantranya, aku hanya tinggal memperkecil jarak saja."

"Aku akan meluncurkan anak panah tepat ke kepala naga itu, kamu alihkan dia saja!"

"Baiklah," sahut Sekira setuju. Sakti hendak berlari mengejar naga yang membawa Dania, namun Sekira menghentikannya. "Tunggu! Kamu belum mengenakan armor. Aku melakukan ini demi menolong Tuan Putri," katanya seraya membaca mantra untuk mengubah penampilan Sakti.

Armor yang dikenakan Sakti memiliki: arm guard, finger tab, dan chest guard. Itu karena ia adalah seorang pemanah.

"Aku tahu, terima kasih." Sakti mengacak rambut Sekira cepat, dan hal tersebut membuatnya merasa hangat.

Sakti sudah lengkap dengan armor dan panah sebagai senjata ampuhnya untuk mengejar naga merah, Sekira mengekor di belakang menggunakan sapu terbang miliknya.

Keduanya sudah sampai di Evergreen, naga merah sedang menyemburkan apinya ke pelbagai pohon dan tumbuhan yang ada di sana.

"Kalau begini, Evergreen bisa musnah." Sakti bergumam.

"Valter, lepaskan Tuan Putri!" teriak Sekira.

"Kalian ingin menyerangku secara frontal? Bodoh sekali, akan kuhantam setelah anak panahnya mengenai perisaiku," desis Valter. "Kalian menginginkan Tuan Putri? Kemarilah!"

Sakti mulai bertarung dengan naga merah dibantu oleh Sekira, dengan cara mengalihkan perhatian sang naga. Cukup sulit menjinakkan naga merah, sampai akhirnya ekor naga tersebut berhasil membelit tubuhnya sendiri. Ini merupakan kesempatan mereka, Sakti mulai berdiri lurus sejajar dengan garis vertikal. Sebelum mengangkat busur, ia melakukan teknik 6)nocking.

Kini saatnya menarik tali busur, Sakti menggunakan mata dominan yakni menutup sebelah matanya. Mata dominan jauh lebih dapat diandalkan ketika membidik sasaran. Dan busur tersebut meluncur dengan sempurna, mengenai kedua bola mata si naga merah.

Seketika naga tersebut jatuh ke tanah, Valter membawa Dania keluar kastil. Perjuangan mereka tidak sampai di sana, kini Valter sudah berubah menjadi monster yang menyerupai zombie dengan memiliki dua kepala.

"Distancia 7)Fogo!" sebut Sekira ke arah Valter. Namun sihirnya salah sasaran yang justru membakar ohon di belakang.

"Kalian akan mati karena kekuatan Tuan Putri," cibir Valter seraya tertawa. Sekira berniat melayangkan sebuah pohon di samping Valter dengan menggunakan sihirnya.

"Distancia 8)Ar!"

Gagal kembali. Pohon tersebut justru mengenai dirinya, karena Valter berhasil menghindar. Hal itu membuat Sekira jatuh tersungkur.

"Sakti, selamatkan Tuan Putri!" Sakti mengangguk lalu mulai menyerang Valter.

Tak berapa lama Sakti ikut melemah, itu karena Valter mencekiknya dengan sangat kuat hingga kakinya menendang-nendang ke udara berusaha memberontak. Sekira hendak membantu, namun entah kenapa sihirnya tidak berfungsi sama sekali. Ia menggeram kesal.

Sakti berusaha sekuat tenaga menghindar, ia mengambil busur panah dari punggungnya lalu menancapkan di pundak Valter. Penyihir itu menghentikan aktivitasnya sesaat. Sakti memanfaatkan kesempatan itu untuk membisikkan sebuah mantra di telinga Dania, yang sebelumnya sudah diberitahu oleh Sekira.

Dania kembali sadar dan ia merasa bingung karena berada di Evergreen. Ditambah Sakti dan Sekira yang terlihat lemah seperti habis bertarung. Ingatan Dania juga sudah kembali. Ingatan sebagai putri keenam dari kerajaan Iceland.

"Tuan Putri, ayo kita pergi!" Belum sempat menarik tangan Dania. Valter kembali melancarkan aksinya, ia melempar sihirnya ke arah Sakti. Dengan reaksi cepat, lelaki itu langsung memuntahkan darah lalu terkulai di tanah.

"Sakti!" teriak Dania histeris. Jantungnya bertalu-talu melihat Sakti tidak sadarkan diri.

"Tuan Putri," panggil Sekira setelah menyaksikan kejadian itu. Sekira masih terbaring lemah karena kehilangan sihirnya. "Gunakan kekuatan pada gelang itu untuk menghancurkan Valter. Dengan begitu, Sakti dapat tertolong." Sekira meminta.

"Bagaimana caranya?" tanya Dania bingung, bahkan ia belum pernah menggunakannya sama sekali.

"Hanya tinggal mengangkat tangan ke udara lalu niatkan hati Anda untuk melenyapkan makhuk itu," katanya. "Tapi satu hal yang perlu Tuan Putri tahu. Anda tidak akan bisa kembali ke negeri Souland setelah menggunakan kekuatannya."

"Apa?"

"Karena gelang itu milik Valter yang mempunyai kemampuan menyerap energi. Kekuatan Tuan Putri akan hilang. Lihatlah, sihir saya juga sudah hilang," katanya mencoba menggerakkan tangan ke udara.

Dania merasa gamang. Di satu sisi ia ingin menyelamatkan Sakti, namun di sisi lain tentu ia ingin kembali ke tempat asalnya. Dania memejamkan matanya sesaat, berusaha memantapkan pilihannya.

"Ini akan sebanding dengan pengorbananmu selama ini, Sakti." Dania bergumam sambil menitikkan air matanya.

Dania mulai merentangkan tangannya ke udara, mengikuti arahan yang dikatakan oleh Sekira tadi. Kekuatan tersebut bercahaya biru.

Dania mengeluarkan kekuatan berupa es dan berhasil membuat Valter beku hanya sebatas leher bagian bawah. Valter masih berusaha memberontak dengan menjulurkan lidahnya menjadi sangat panjang.

Dania mencoba menghindar, lalu ia meraih busur panah milik Sakti dan mengarahkan busurnya pada leher Valter.

Dania tentu mengerti cara memanah dengan baik, itu karena ia merupakan seorang putri yang sudah diajarkan seni bela diri. Dania juga tahu kelebihan panah milik Sakti, oleh karena itu ia ingin membidik dua leher sekaligus.

Bruk!

Valter jatuh tak bernyawa. Dania bisa bernapas lega. Kemudian ia melihat ke arah pergelangan tangannya, gelang itu sudah lenyap sama seperti pemiliknya.

Kini semuanya sudah berakhir.

Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian itu. Dan akhir-akhir ini, Dania senang mengunjungi danau SRHS. Dania merasakan embusan angin yang menerpa wajahnya dengan lembut, seolah membuat hatinya lebih tenang.

"Bagaimana lukamu?" tanya Dania saat Sakti menghampirinya lalu duduk di samping kirinya.

"Sudah baikan, ini berkat mantra si gadis panda." Dania mengangguk paham. Ia bersyukur sihir Sekira sudah kembali, karena gadis itu tidak ada apa-apanya tanpa sebuah sihir.

"Berhentilah membuatnya marah, Sakti!" Lelaki itu tidak menanggapi ucapan Dania sebab pandangannya lurus ke arah danau.

"Tuan Putri, tentang keputusan Anda ...."

Ucapan Sakti langsung diputus oleh Dania. "Sudah kubilang, tidak perlu memanggilku dengan sebutan itu lagi. Ini di Indonesia bukan Souland!"

"Baiklah," putus Sakti mengalah. "Dania!" Sakti mengulang panggilan, sembari menatap gadis pemilik netra coklat itu. "Maaf atas hilangnya kekuatanmu karena menolong kami."

"Aku tidak butuh kekuatan itu," tukas Dania tak acuh, kendati gejolak di dalam hatinya bergetar hebat.

"Tapi karena hal itu kamu tidak bisa kembali ke negeri Souland," lirih Sakti begitu khawatir.

"Tidak masalah, aku senang di sini. Kamu tahu Velove? Dia adalah teman baikku meski sifatnya aneh. Aku juga sudah betah di sini. Kamu tahu? Di sini banyak makanan enak. Kamu juga ketagihan 'kan makan gorengan?" cerocos Dania sambil tertawa, meski begitu Sakti tahu gadis di sampingnya sedang menahan tangis.

"Jangan membohongi diri sendiri! Kalau suka katakan suka. Kalau sedih katakan saja!"

Sakti membawa Dania ke dalam pelukannya. Gadis itu langsung menangis tersedu, meluapkan kesedihan yang sudah berusaha dipendamnya. Dania harus bisa menerima kenyataan, bahwa hari ini adalah waktu terakhir ia bertemu dengan Sakti.

"Aku bahagia meski kehilangan kekuatanku," ucapnya dengan napas tercekat.

Dania bahagia, setidaknya ia bisa melakukan sesuatu untuk lelaki itu. Selama ini Sakti selalu menjaganya dengan baik, bahkan rela mengorbankan nyawa demi dirinya. Kalau sudah begini, Dania tidak akan menyesal kehilangan kekuatannya.

Dania mengantar Sakti dan Sekira yang akan pergi melewati cermin. Sebelum itu Sakti memberi hormat layaknya pengawal terhadap sang putri.

Dania berusaha menahan air matanya meskipun tetap saja gagal. Sakti berjalan menuju cermin dengan senyum yang terpancar untuk Dania, tuan putrinya.

Kekuatan cinta milik Dania akan selalu Sakti ingat sampai kapanpun, meski keduanya dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu.

[end]

🌙🌙🌙

Author Note :
1. Armor : baju baja, biasa digunakan untuk bertarung.
2. Distancia (jis-ten-sia) : sihir untuk menggerakkan sesuatu atau benda.
3. Magic : sihir untuk mengubah benda atau penampilan.
4. Kingsguard : pengawal kerajaan yang terpilih.
5. Apparate : sihir untuk berpindah tempat secara mudah dan cepat.
6. Nocking : gerakan dasar memanah dengan menempatkan atau memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali busur, serta meletakkan gandar (shaft) pada sandaran yang telah disediakan.
7. Fogo : elemen api, sihir untuk membakar.
8. Ar : elemen udara, sihir untuk menggerakkan sesuatu ke udara atau atas.

Salam,
SR Agent.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top