Ketika Cinta Datang - PrasetyoPeuru
"Kebahagiaan adalah hal yang paling kucari dalam dunia ini. Selain itu aku ingin terkenal dan tercatat dalam sejarah sebagai orang yang berpengaruh positif."
-Prasta Peruru-
:-:-:
Angelica Kirana Hiola atau akrab disebut Liza, merupakan Ketua Klub Jurnalistik di Soul Revolution Highschool. Diam-diam dia menyukai Prasta Peruru yang merupakan Sekretaris OSIS di SR Highschool.
Prasta Peruru merupakan siswa yang sangat aktif di sekolah. Selain sebagai Sekretaris OSIS, Prasta juga mengikuti banyak ekskul di Sekolah, yakni: Ekskul Teater, Paduan Suara, Futsal, Bola Basket dan Taekwondo.
"Pras!" panggil Liza.
"Yaaa? Ada apa Liz?" Tanya Prasta pada Liza yang memanggilnya.
"Nanti jam empat sore, gua boleh wawancara lu ya? Bisa?"
"Yah ... jam 4 ntar gua ada latihan Paduan Suara, Liz."
"Yaudah deh gua tungguin sambil liatin lu nyanyi."
"Yaudah. Cuman sejam juga kok. By the way gua ke Ruang OSIS dulu ya."
"Oke. Gua juga mau ke ruang klub Jurnalistik. Sampai jumpa ya ...."
"Iya."
Liza pun mengurus editing artikel yang dibuat anggotanya untuk diperiksa olehnya.
"Liz, gua baru selesai foto Andra yang lu minta buat jadi foto cover majalah sekolah bulan ini," ucap Dion Andrea, anggota klub jurnalistik yang bertugas sebagai fotografer.
"Mana gua liat."
"Gimana?"
"Bagus. By the way, ntar lu ikut gua wawancara Prasta ya. Ambil gambar yang bagus," ucap Liza.
"Oke," jawab Dion singkat, "oh iya, sekarang gua ke kantin dulu ya. Laper," lanjutnya. "Eh iya, wawancara Prasta ya jam berapa?"
"Jam 5."
"Oke." Balas Dion.
Dion pun pergi meninggalkan Liza.
"Aduh gua lupa minta file fotonya," ucap Liza.
"Elga ... sini dulu!" panggil Liza pada Elga Niana yang merupakan anggota klub Jurnalistik kelas 1.
"Ada apa ketua?" Tanya Elga polos.
"Pergi ke kantin dan minta memori kamera sama Dion. Bilang ke dia, gua mau ngambil file fotonya yang tadi," terang Liza.
"Oke. Siap, ketua!" balas Elga.
Elga pun pergi menuju tempat Dion, mengambil memori kamera dan kembali ke ruangan klub Jurnalistik serta menyerahkan memori ke Liza.
Beberapa jam kemudian.
Liza menonton Prasta yang sedang menyanyi bersama teman-teman klub Paduan Suara-nya sambil merekam video dengan Smartphone-nya.
"Prasta keren sekali. Udah ganteng, suaranya bagus, pinter, juara kelas, hebat di Organisasi, jago olahraga, komplit banget sih kamu," ucap Liza dalam hati sambil terus merekam video saat Prasta bernyanyi.
Akhirnya ekskul Paduan Suara selesai.
"Sorry, lama ya nunggunya?" tanya Prasta pada Liza yang menunggunya.
"Enggak kok. Malah asik denger suara asik kalian, jadi gak bosan," balas Liza.
"Lihat dong video yang lu rekam!" seru Prasta.
"Oh, oke." Liza pun menunjukkan rekaman videonya ke Prasta.
Beberapa saat kemudian Dion datang. "Maaf sedikit telat," ucap Dion.
"Gak apa-apa. Gak gitu telat kok datangnya," balas Liza pada Dion.
"Oke kita mulai wawancaranya ya!" seru Liza.
Liza pun mewawancarai Prasta sambil merekam percakapan dengan smartphone miliknya. Dion bertugas merekam video dengan kameranya ketika Liza mewawancarai Prasta.
Wawancara sore itu pun selesai dengan lancar.
Sepulang sekolah, Liza mengedit video wawancara untuk dimasukan ke KauTube, di channel Jurnalistik SR Highschool. Selain itu juga semalaman Liza mengetik untuk membuat artikel terkait wawancaranya dengan Prasta. Setelah selesai membuat artikelnya. Jam 1 tengah malam, Liza pun tidur sambil mendengar suara rekaman video paduan suara Prasta di Komputer miliknya yang dibiarkan menyala terus.
Di sekolah beberapa hari kemudian, akhirnya majalah sekolah telah terbit. Cover Majalah SR Highschool diisi dengan foto Andra Krisna, pemenang lomba catur Nasional yang masih kelas 1. Sedangkan tajuk utama berita berisi tentang artikel dari Prasta Peruru, Sekretaris OSIS Soul Revolution Highschool.
Ada kutipan menarik dari artikel tersebut yang diucapkan oleh Prasta, "Kebahagiaan adalah hal yang paling kucari dalam dunia ini. Selain itu aku ingin terkenal dan tercatat dalam sejarah sebagai orang yang berpengaruh positif."
Melihat hal tersebut, banyak siswa yang merasa lucu dengan statement Sekretaris OSIS, Prasta. Namun mereka memaklumi dan mendoakan yang terbaik untuk Prasta.
Saat membaca Majalah tersebut, Prasta pun pergi menemui Liza.
Ketika tiba di ruangan klub Jurnalistik, Liza sedang asik di depan Laptop miliknya.
"Selamat siang Liza," ucap Prasta mengagetkan
"Eh ... Prasta." Liza sedikit kaget.
"Lagi liat video apaan?" Tanya Prasta kepo.
"Oh ini ... rekaman video wawancaramu kemarin," balas Liza gelagapan.
"Lu merhatiin gua?" tanya Prasta iseng.
"Ahh ... ini cuman buat mastiin gak ada yang salah berita dari artikel yang ku bikin." Liza agak panik.
"Oh gitu. By the way makasih ya buat artikel tentang gua yang udah kesekian kalinya. Artikel terakhir ini lebih unik dari artikel sebelumnya. Haha ...." ujar Prasta.
"Iya, sama-sama. Ini artikel ke lima tentangmu yang kubuat ya? Kelas 1, dua artikel di bulan November 2017 dan bulan Maret 2018. Kelas 2, 3 artikel di bulan Agustus 2018, Oktober 2018 dan hari ini, Februari 2019. Habisnya kamu keren dan penuh dengan prestasi sih, jadi bahan tentangmu untuk dijadikan artikel banyak sekali," terang Liza kepada Prasta.
Prasta hanya tersenyum senang pada Liza yang cukup berjasa untuknya.
"Liza ...," panggil Prasta.
"Ya?"
"Ntar sore sepulang sekolah, mau jalan sama gue nggak?"
"Eh? Gua gak salah dengar?" Tanya Liza yang pipinya memerah dan seakan gak percaya dengan apa yang barusan diucapkan Prasta.
"Gak kok. Lu gak salah denger. Mau gak?" Tanya Prasta mendesak.
"Eh? Iya gua mau. Ini sama aja nge-date 'kan?" Liza jadi serba salah.
"Iya ini nge-date," terang Prasta sambil tersenyum.
"Gua ke kelas dulu ya. Sampai jumpa ntar!" seru Prasta.
"Oke," balas Liza.
Seperginya Prasta, Liza langsung melompat kegirangan.
"Yeay gua nge-date sama Prasta. Yeay!!" Liza sangat senang dengan apa yang baru didengarnya.
Tanpa disadari, ada Dion dan Elga yang di ruangan memperhatikan Liza sedang melompat histeris.
"Ahh ... ada kalian." Liza jadi malu dengan tingkahnya yang dilihat teman anggota klub Jurnalistiknya.
"Semoga sukses ya!" ujar Dion dan Elga yang kemudian keluar dan tertawa melihat tingkah Ketua mereka.
Liza jadi malu sendiri.
Sepulang sekolah Liza tak langsung ke asrama. Sesuai janji, ia berjalan menuju gerbang. Di sana sudah ada Prasta yang menunggu dengan motor sport miliknya. Menilik Prasta masih menggunakan seragam yang sama, Liza tahu mereka tak akan pergi jauh dan lama dari sekolah. Karena mereka tinggal di asrama, diharuskan untuk pulang kesana tepat waktu.
"Hai Liza!" seru Prasta. "Ayo naik!"
"Iya," ucap Liza memerah lalu naik ke atas motor Prasta.
"Kita mau jalan kemana?" Tanya Liza.
"Aku mau ngajak kamu ke Taman Bermain Aquila, kan gak terlalu jaug dari sini. Gak apa-apa 'kan?" Jawab Prasta.
"Wah udah lama aku gak kesana. Ga apa-apa kok, santai," balas Liza.
"Baguslah," ucap Prasta singkat.
Merekapun menuju Taman Bermain Aquila. Taman yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolah dan asrama mereka.
"Liza peluk gue!"
"Eh?"
"Gua mau ngebut!"
"Umm ... oke!" Liza memeluk Prasta perlahan dari belakang.
"Mimpi apa gue semalam?" ucap Liza dalam hati. Kedua pipinya tampak memerah.
Mereka pun tiba di Taman Bermain Aquila. Sore hari di saat itu, Prasta mengajak Liza naik Bianglala yang ada di taman itu.
Saat di dalam Bianglala berdua, Liza tampak gugup dan bahagia. Kemudian Prasta menunjukkan pemandangan sunset yang begitu indah yang bisa dilihat hanya pada sore hari dari tempat itu.
"Lihat Liza. Keren 'kan?"
"Wahh indahnya ... Selama beberapa kali kesini, gua baru liat ini sekarang loh!" seru Liza.
"Bagus banget ya?"
"Iya."
"Foto bareng yuk?" Ajak Prasta.
"Oke ... tapi kalo arah cahayanya kemari, malah jadi gelap loh!" terang Liza.
"Tenang. Hape gua canggih." Sambil menunjukkan smartphone barunya pada Liza.
"Wih itu kan hape keluaran terbaru yang kameranya bagus dan speknya mantap juga," seru Liza.
"Ini kubeli pake uang sendiri loh," ucap Prasta gaya di depan Liza.
"Sombong!"
"Bukan maksud mau sombong loh," balas Prasta.
"Hahaha ... Gak kok becanda," ujar Liza.
"Oke-oke."
Mereka berdua pun selfie bersama di Bianglala yang mereka naiki. Kemudian.
"Liz ...,"
"Ya?"
"Gua suka sama lu."
Liza hanya terdiam.
"Mau gak jadi pacar gua?" Tanya Prasta terus terang.
Prasta menunggu jawaban Liza yang memiliki nama lengkap, Angelica Kirana Hiola.
"Iya aku mau," balas Liza pada Prasta.
Merekapun resmi jadian.
Salah satu mimpi Prasta untuk bahagia terwujud. Yakni Liza yang membuat hidupnya berwarna. Gadis yang disukainya sudah sejak lama sebenarnya. Dan ternyata Liza juga sudah menyukai Prasta sejak lama.
Takdir akhirnya mempersatukan mereka. Walaupun kisah masa remaja sering disebut sebagai cinta monyet. Tidak masalah. Love will fine the way.
[end]
Luwuk, 28 Februari 2019.
Story by Prasetyo Peuru Henry Putra.
Salam,
SR Agent.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top