Chapter 9
Sebelum mulai melanjutkan perjalanan ke inti Gunung Jiri, Jia dan Daera istirahat terlebih dahulu. Dari Gurye memerlukan waktu hampir satu jam menuju ke rumah tua tersebut, ditempuh dengan berjalan kaki. Pukul setengah dua mereka sampai di Gurye dan langsung mencari penginapan terdekat dari jalur yang ditempuh. Tubuh Jia sempat bergetar, ia takut Baewhang bisa menemukannya kembali. Ia sangat ingin terbebas, ia tidak mau lagi tubuhnya dikuasai oleh Baehwang.
"Terima kasih telah membantuku," kata Jia.
"Tidurlah, beberapa jam lagi kita harus bangun!" Jia menghela napas, selama mengenal Daera memang gadis itu tidak banyak bicara. Ia sempat mengira Daera tidak menyukainya.
Pukul 5.30 KST, alarm Daera berbunyi, segera ia mematikan lalu membangunkan Jia agar bersiap-siap. Mereka harus cepat, ia tidak tahu berapa lama Juno akan bertahan menjaga segel.
Masih terlalu pagi untuk sarapan, tetapi mereka harus makan terlebih dahulu mengingat perjalanan kaki ini cukup memakan waktu. Tidak ada percakapan, sungguh Daera adalah gadis berdarah dingin. Ternyata berada di dekat Daera jauh lebih menakutkan ketimbang berada di dekat Baehwang.
Beberapa waktu lalu Baehwang berkata jika hantu itu takut dengan Daera karena memiliki tatapan yang sama dengan Baeji. Hanya saja yang membedakan, Daera tidaklah selembut Baeji. Mata tajam saja yang sama, untuk keseluruhan tidak. Baeji anggun di setiap melakukan apa pun, semangka Daera lebih tomboi walau tidak sepenuhnya. Sikap dingin dan kasar Daera berlawanan dengan Baeji.
Mereka melewati jalanan setapak, hawa dingin menusuk tulang. Kabut masih menutup sebagian hutan, menciptakan keadaan mencekat di sekitar. Pepohonan rimbun serta semak belukar tampak berpenghuni. Mereka seperti memiliki kehidupan yang mengendalikan. Daera tidak begitu peduli, ia telah berhadapan dengan banyak hantu. Namun, jika kebetulan bertemu dengan hewan buas inilah yang harus ditakuti. Kekuatan spiritualnya tidak diperuntukkan mengusir hewan. Kekuatannya murni hanya untuk mengusir hantu.
Ada yang mengawasi mereka, tetapi lebih memilih berpura-pura untuk tidak melihat. Si pemburu hantu tengah berada di hutan Gunung Jiri. Makhluk-makluh yang berada di sana lebih baik tidak mengganggu, meski ada beberapa yang tertarik ingin merasuki tubuh Jia dan memilikinya agar hidup kembali. Namun, nyali mereka menciut setelah melihat siapa gadis di depan Jia.
Eksistensi Daera di dimensi lain cukup menyeramkan dan memberikan kesan tersendiri. Gadis itu tidak pernah gagal dalam menjalankan tugas. Jika ia menemukan hantu berkeliaran yang menganggu manusia, ia akan mengirim hantu itu tanpa mau mendengar alasan apa yang sudah membuat mereka berbuat sedemikian. Sudah sepatutnya, mereka yang telah mati tidak lagi hidup berdampingan dengan manusia.
Jalan semakin licin di depan, mereka harus berhati-hati jika tidak ingin tergelincir. Daera memperingatkan Jia agar memsfokuskan pikiran. Bisa gawat jika Jia dirasuki oleh hantu lain, ia sedang menghemat tenaga untuk ritual. Memang ritual pembersihan jiwa harus dilakukan dengan benar dan nantinya akan memakan banyak energi dalam tubuhnya.
🍂🍂🍂🍂
Baehwang terlalu marah, ia merasa dikhianati oleh Juno. Ia yang lebih dulu mengenal lelaki itu, tetapi lihatlah Juno malah bersekongkol menyelamatkan Jia dari cengkeramannya. Itu artinga Juno tahu jika selama ini Jia telah dirasuki oleh Baehwang. Kesalnya Juno lebih memilih Jia ketimbang dengannya. Padahal selama ini Baehwanglah yang selalu bersamanya. Oh ayolah ... siapa yang mau menjalin hubungan dengan arwah gentayangan yang memiliki dendam mendalam pada gadis cantik? Juno masih waras, ia tidak gila.
Sosok yang dekat dengan Juno memang Baehwang, namun sosok dan karakter yang ia cintai adalah Jia itu sendiri. Baewhang terlalu agresif dan cenderung tidak bisa mengontrol diri. Ia suka sekali berbicara yang tidak-tidak. Berbeda saat dirinya bersama Jia, sungguh ia menemukan sosok perempuan idaman dalam diri Jia. Kelembutan dan kehangatan terpancar saat ia didekat Jia. Tidak seperti saat bersama Baehwang, aura dingin serta merinding kerap kali ia rasakan. Sebelum Juno tahu kebenarannya, ia sempat heran. Apa yang membuat atmosfer mendadak berubah?
Tubuh Juno sudah semakin lemah, sedari tadi Baehwang menekan segel dengan kekuatan. Perlahan segel pun mulai memudar.
"Kita lihat seberapa lama bocah itu bisa menahanku!" Baehwang menyeringai memperlihatkan senyum penuh kepuasan di sana. Segel berbentuk lingkatan mengelilinginya itu hampir tak terlihat. Baehwang telah mengerahkan segala kekuatannya agar segera terlepas. Ia tidak akan membiarkan Jia melakukan ritual, ia tahu tujuan mereka. 'Ke mana lagi kalau tidak ke Gunung Jiri?'
"Jadi dia tahu mengenai inti Gunung Jiri?" Baewhang semakin tersenyum, segel telah menghilang, ia bisa keluar sekarang.
Keringat Juno mengucur di pelipis akibat terlalu lelah tertekan oleh kekuatan Baehwang. Ia memang tidak bisa merasakan atau melihat dimensi lain. Jadi, ia tidak tahu jika Baehwang sudah berada tepat di depannya. Hantu itu mengelus lembut pipi Juno yang tiba-tiba memberikan sensasi dingin bagaikan terkena balokan es.
"Tunggu aku!" kata Baehwang lirih membuat Juno bergidik kemudian jatuh pingsan setelah Baehwang memukul leher Juno dari belakang. Daera memang pintar, tetapi terlalu ceroboh juga. Bagaimana bisa ia meninggalkan Juno di satu ruangan dengan Baewhang sebagai segelnya.
🍂🍂🍂🍂
Daera mulai menyalakan lilin sebanyak 21 lilin yang melingkari Jia sebelum memulai ritual. Saat baru akan memulai, Baewhang telah sampai dan masuk dalam tubuh Jia. Daera telah melakukan pembersihan, gawat ia tidak bisa membatalkannya karena Jia bisa saja meninggal. Terpaksa Daera melanjutkan ritual, menari sebentar sembari memainkan lonceng di tangan. Mulutnya berkomat-kamit mengeluarkan lantunan tak jelas. Hanya dirinya yang paham maksud lantunan itu. Tenaganya terkuras habis, dan setelah selesai serangkaian ritual ia pun jatuh pingsan.
Baewhang merasakan kekuatan yang luar biasa bersemayam di tubuhnya. Ia tertawa cekikikan, ia berterima kasih pada Daera lalu meninggalkan gadis itu dalam rumah. Setelah ini ia bisa bertemu dengan Juno sebagai Jia. Lelaki itu lebih menyukai karakter Jia ketimbang dirinya, maka ia akan mengubah sedikit gaya berbusana dan karakternya.
"Selamat tinggal Daera! Aku sangat menyayangi Kak Baeji dan aku senang masih bisa melihat dirinya dari matamu. Namun, aku tidak akan melepaskan Juno untuk gadis ini." Baehwang dalam tubuh Jia mengunci rumah tua itu dari luar, Daera akan merasakan apa yang dulu ia rasakan. Terkunci dalam ruangan tanpa makanan, seiring berjalannya waktu gadis itu akan mati kelaparan. 'Sama sepertiku.'
Baehwang kembali menggunakan bus kota pada siang hari, malamnya ia baru sampai Seoul dan langsung kembali ke rumah. Ia sengaja lebih memilih pulang ketimbang ketemu Juno di tempat tadi. Biar lelaki itu sendiri yang mencarinya. Di mata Juno Jia tidak seagresif dirinya, gadis itu sangat pemalu dan cenderung menghindar.
Senyum itu lagi dan lagi terpasang lega, jiwanya memang merasa kesaktian, tetapi tidak sesakit dulu. Ia bisa menguasi Jia untuk selama-lamanya berkat ritual yang dilakukan Daera. Untuk pertama kali hantu itu bisa merasa tidur dalam tubuh Jia. Ingat, Jia masih tetaplah manusia yang membutuhkan makan dan istirahat. Tubuh ringkih gadis itu pun masih bisa sakit, jadi Baehwang harus merawatnya dengan baik.
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top