Chapter 8
"Sudah lama aku mencarinya," kata Daera.
Cairan bening yang tak diundang itu lagi-lagi terjatuh di pipinya. Ia kembali terisak mengingat kematian Yoongdo. Banyak hal yang membuatnya menyesal. Ia berpura-pura mengabaikan Yoongdo padahal selama ini ia juga memiliki perasaan yang sama. Akhirnya yang ia takutkan terjadi, sejak duduk di bangku SMA ia telah menjadi pemburu hantu. Mengembalikan jiwa arwah gentayangan adalah tugas yang diberikan olehnya. Ia tidak bisa menolak mengingat kekuatan itu telah memilihnya. Ia menjauh dari Yoongdo karena ini, ia takut Yoongdo akan jadi sasaran oleh para hantu-hantu yang dendam terhadap dirinya.
Juno mendekat memeluk Daera, mencoba memberikan kekuatan pada gadis yang dicintai oleh sahabatnya. Sebenarnya ia juga merasa kehilangan, tidak disangka-sangka Yoongdo akan pergi secepat itu.
"Kau mau membantu Jia, kan?" tanya Juno.
Perlahan Daera melepas pelukan Juno, air mata tak hentinya menitih. Hidung pun memerah akibat tangisnya. Saat ini Daera pasti susah bernapas dan suaranya sumbang. Dalam keadaan seperti ini ia tidak bisa melawan hantu yang baru mati kemarin. Lalu bagaimana ia bisa melawan Baehwang yang telah gentayangan lebih dari seratus tahun? Jiwanya sedang melemah akibat terlalu bersedih.
Juno bingung kenapa Daera masih terisak, kini ia tahu jika gadis itu juga mencintai sahabatnya. Kali pertama bagi Juno melihat Daera menangis. Biasanya gadis itu selalu terlihat dingin dan kuat.
"Jiwa Jia lemah, itulah kenapa Baehwang mudah merasukinya." Sebenarnya Jia sama seperti dirinya, gadis itu bisa merasakan dimensi lain. Hanya yang membedakan, Jia tidaklah sekuat dirinya.
Jika masalahnya adalah jiwa yang lemah, Daera tidak bisa membantu. Jia sendiri yang harus mengontrol diri, mengusir perasaan takut dan membuangnya jauh-jauh.
"Apa tidak ada solusi?" Daera menggeleng, semua terletak pada pikiran Jia. Beberapa kasus yang ia tangani mengenai arwah yang berdiam di tubuh manusia tergantung pada pemilik wadah. Pemilik tubuh harus menolak dan mengusir arwah yang hendak mengambil alih tubuh mereka.
"Andai sekali saja Jia berhasil mengusir Baehwang dari tubuhnya, masih ada harapan—"
"Pernah, Jia pernah mengusir arwah itu," sela Juno.
Ia menceritakan kejadin beberapa malam lalu, juga memberitahu kalau Jia akan merasa kesakitan jika pulang di atas pukul sembilan malam.
"Bagus, itu artinya Jia menolak keberadaan Baehwang ...." Sesaat Daera menghentikan ucapan. Memang ada cara untuk membebaskan Jia, tetapi terlalu berisiko.
Di gunung Jiri, tepatnya di pedalaman terdapat sebuah rumah tua. Daera pernah datang sekali ke sana ketika ritual pembersihan jiwa. Ia datang ke rumah itu sendirian sebelum menerima kekuatan dari keluarganya.
"Apa risikonya?"
"Baehwang bisa hidup kembali dalam tubuh Jia. Rumah itu telah ribuan tahun dijaga dan disembunyikan. Hantu yang dapat mencapai inti Gunung Jiri, yang mana terletak di rumah itu ...." Daera tidak bisa membayangkan. Kakeknya pernah berkata, bahwa tidak akan ada manusia yang bisa menyegel dan mengalahkan hantu yang telah berhasil mencapai inti Gunung Jiri.
Bagi sebagian orang percaya di Gunung Jiri memang banyak hal-hal mistis yang tidak dapat dijelaskan oleh akal sehat. Jiri bermakan "Gunung Orang yang Aneh dan Bijak" atau bisa juga sebagai "Kebijaksanaan dan Keindahan". Di zaman dahulu Jiri sering digunakan untuk tempat bertapa oleh sebagian orang yang meyakini akan mendapat kebijaksanaan.
🍂🍂🍂🍂
Juno masih tidak bisa menghubungi Jia, ia khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada kekasihnya. Setiap hari ia ke rumah Jia, tetapi Youngji mengatakan jika Jia sedang pulang ke Gwangju. Padahal saat ini Jia sedang berada di kamar, terbaring lemah dengan banyak luka di tubuhnya. Yeah ... Baehwang sangat marah hingga ia tega menyakiti si pemilik tubuh yang ia rasuki selama ini. Kemarahan telah menguasai dan membutakannya. Ia tidak rela Juno bersama Jia, dirinyalah yang mengenal lelaki itu lebih dulu. Jadi, jia tidak berhak merebut Juno darinya.
Sungguh, Youngji sangat khawatir dengan keponakannya. Ia ingin mengatakan keadaan Jia pada Juno, tetapi gadis itu lebih dulu berpesan agar tidak memberitahu pada siapa pun mengenai keadaannya. Gadis itu juga melarang bibinya memberitahu pada kedua orang tuanya.
Sejujurnya Baehwang tak sengaja melakukan hal itu, ia hanya dibutakan oleh kemarahan. Melihat Jia hanya terbaring di atas ranjang dengan banyak luka membuatnya bersalah. Kalau boleh jujur, Baehwang telah memiliki ikatan hati dengan Jia. Terkadang ia merasa dirinya adalah Jia, mungkin karena terlalu lama ia menjadi Jia.
"Maafkan aku Jia!" katanya menunggu gadis itu terbangun dari tidurnya.
Perlahan Jia membuka mata, sebelum Juno datang dokter sudah terlebih dahulu datang dan memberikan perawatan jalan. Infus masih terpasang di tangan Jia, gips pun juga terpasang di lehernya. Bagaimana Jia tidak terluka parah? Baewhang melempar tubuhnya hingga membentuk dinding. Ia mengalami pendarahan ringan, untung saja waktu itu Youngji cepat datang dan segera memanggil dokter.
"Jika kau merasa bersalah, lepaskan aku!" Jia menatap tajam, ingin menangis namun tak ada gunanya. Ia tahu Baehwang tidak akan mau melepaskan dirinya.
"Jangan membuatku marah!" Baehwang berusaha mengontrol diri sendiri. Perkataan Jia hampir menyulut amarahnya. Sungguh, ia tidak mau menyakiti Jia lagi. Sebagai arwah gentayangan, ia tidak sama dengan manusia. Saat marah mana bisa ia menahannya, mana tahu ia baik dan buruk. Emosi? Kebanyakan hantu memang selalu dipermainkan dan dikendalikan oleh emosinya sendiri. Tidak membiarkan siapa pun menganggu ketetangan mereka.
Hampir sebulan Jia tidak masuk kuliah, nomor gadis itu masih tidak bisa dihubungi. Sena dan Jita sudah mendengar mengenai Jia dari Juno. Mereka meminta maaf pada Daera. Kini mereka tahu kenapa Daera memberi gelang, awalnya mereka mengira sebagai persahabatan. Tidak tahunya sebagai pelindunng mereka dari mahkluk yang tak bisa mereka lihat.
Jia, akan lebih tepat Baehwang, berjalan memasuki kampus. Ia merindukan Juno dan ingin segera bertemu dengan lelaki itu. Akan lebih baik jika Daera menjauh, berpura-pura seolah Jita dan Sena masih memusuhinya.
Pada malam hari, Juno sengaja berlama-lama mengajak Baehwang pergi. Semula mereka pergi ke Namsan N Tower, lalu pergi ke suatu tempat. Letaknya berada di parkiran komplek, ada satu ruangan tertutup di bawah tanah. Juno mengatakan jika dirinya sering ke sana saat sedang bersedih. Semula Baehwang teringat akan kejadian bersama kakak-kakaknya. Ia ragu namun Juno berhasil meyakinkan dirinya.
Malam sebelumnya Daera telah memasang segel di sana. Jimat-jimat tingkat tinggi ia pergunakan agar Baehwang tidak bisa merasakannya. Begitu memasuki ruangan, Baehwang langsung terpental keluar dari tubuh Jia, tertarik segel yang berada di ujung ruangan.
"Sementara kau di sana, jangan ke mana-mana sebelum aku kembali!" kata Daera.
Sorot matanya menunjukkan kemarahan yang luar biasa pada Baehwang. Hantu itu telah berani merenggut nyawa lelaki yang dicintainya, sudah pasti ia akan mengirim Baehwang ke neraka.
"Juno kau harus tetap di sini, segel terhubung denganmu." Daera memapah tubuh Jia menaiki tangga, menuju mobil. Mereka akan melakukan perjalanan panjang malam ini.
Perjalanan akan memakan waktu mengingat Gunung Jiri merupakan barisan yang berjejer di Semenanjung Korea. Membentang di wilayah 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Hadong, Hamyang, Sancheong, dan Gurye, serta Kota Namwon. Mereka akan pergi ke Gurye, 3-4 jam dari Kota Seoul.
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top