Chapter 7

Setiap tingkah dah tindakan Jia begitu berbeda. Awalnya Juno memang tertarik lantaran Jia sangat cantik. Namun, ia perlu mengenal lebih dalam sebelum mulai mencintai dan menyatakannya. Dua minggu belakangan ia semkain tertarik oleh sifat kalem, lugu, dan terlebih sifat pendiam Jia. Entah kenapa ia memang lebih suka gadis pendiam yang ketika berbicara menggemaskan. Ia suka ketika melihat Jia gugup, tidak tahu harus berbicara apa untuk mengawali percakapan. Ia suka dengan salah tingkah Jia.

Juno paling anti dengan wanita yang banyak bicara, maksudnya ia tidak suka menjalin hubungan dengan gadis seperti itu. Menurutnya memusingkan memiliki kekasih yang cerewet. Dan ia paling tidak suka pada gadis yang berbicara dengan sangat cepat seperti kereta api. Ini telinga bukan alat perekam yang sewaktu-waktu bisa diputar kembali ketika tidak paham dengan apa yang diucapkan. Terkadang berbicara terlalu cepat juga rawan menimbulkan kesalahpahaman.

Juno melengkan kepala, ia seolah mengenal dua kepribadian dalam satu tubuh. Tidak masalah, ia berusaha memahami karakter Jia. Mungkin saja gadis itu tengah bersemangat karena sedang bersamanya. Lagi pula Jia kekasihnya, jadi wajar saja gadis itu bersikap seperti itu, kan?

Jia mulai merasa kesakitan, lebih tepatnya Baewhang yang berada di dalam tubuh Jia. "Kau kenapa?" tanya Juno.

"Aku ingin segera pulang." Mendadak Jia menjadi pucat, ia menyandarkan diri di kursi penumpang. Jujur Juno sama sekali tidak mengerti, dua minggu sebelum menjalin hubungan Jia tidak masalah keluar bersamanya. Namun, sudah 2 hari ini Jia sering merintih tanpa sebab saat malam mulai larut.

Sesampai di depan rumah Jia dan Juno keluar dari mobil, gadis itu sudah akan berlari masuk rumah namun tiba-tiba Juno menariknya. Sesaat Jia tersenyum sembari menatap wajah lelaki itu.

"Juno!" Jia terjatuh di pelukan Juno, ia kehilangan kesadaran lantaran Baehwang terlempar keluar dari tubuh Jia.

"Jia! Apa yang terjadi?"

Juno membopong Jia memasuki rumah, sang bibi langsung menyuruh membawa ke kamar di lantai atas. Wanita itu akan mengambil minuman. Baehwang mengekor tepat di belakang Juno. Ia berharap agar Juno agar segera pergi. Bisa gawat jika Jia terbangun sebelum Juno pergi.

Perlahan Juno meletakkan gadisnya di atas ranjang. Tak lama minuman hangat pun datang. "Kenapa Jia?" tanya Youngji.

"Saya tidak tahu, Bibi. Jia tiba-tiba  pingsan." Juno memang tidak tahu apa penyebab pastinya. Sebelumnya Jia baik-baik saja saat mereka pergi ke rumah sakit tadi. Ia teringat dengan sikap Daera yang dingin dan tajam pada Jia. Sena dan Jita bercerita kalau Daezi membenci Jia, bahkan mereka tidak mau berbicara dengan Daera.

"Kau bisa menunggu Jia sampai sadar." Youngji memang takut di kamar Jia, apalagi di malam yang seperti ini. Ia tidak pernah lagi ke kamar di lantai atas semenjak Jia tinggal di sana. Menurutnya salah satu kamar di rumahnya itu terasa aneh dan ganjal.

Baehwang berusaha memasuki tubuh Jia, namun tidak bisa. Si pemilik tubuh seolah tidak mengizinkan hantu itu menguasai tubuhnya. Mata yang terpejam hampir 20 menit itu, kini perlahan mulai terbuka. Jia memandang punggung seorang lelaki di samping jendela, di samping lelaki itu ada Baewhang.

"Hei!" sapa Jia sembari mengangkat tubuh untuk mendudukkan diri. Juno lantas melangkah mendekat kemudian memeluk gadis itu dengan erat seolah melepas rindu.

Baehwang menatap geram, selama ia merasuki Jia, tidak pernah lelaki itu menyentuhnya. Darahnya semakin mendidih tatkala melihat mereka mulai menempelkan bibir satu sama lain. Juno merasa aneh saat di dekat Jia, sorot mata gadis itu berbeda dari yang tadi. Bahkan sikap malu-malu Jia mulai diperlihatkan.

"JIA!" pekik Baewhang membuat gadis itu memicingkan mata.

"Kenapa Jia? Apa masih sakit?" Jia menggeleng sembari tersenyum. "Kau baik-baik sajakan?

"Aku hanya kelelahan."

"Kalau begitu istirahatlah!" Juno mengecup lembut kening Jia, lalu kembali ke rumah.

Jia tidak memedulikan kemarahan Baewhang. Ia cukup bahagia bisa bertemu dengan Juno, meski hanya beberapa menit.

🍂🍂🍂🍂

Daera menjerit tak tertahan ketika mendapati kabar bahwa Yoongdo mengembuskan napas terakhir semalam.  Ia belum mengatakan perasaan yang sesungguhnya pada lelaki itu. Penyesalan semakin dalam di dirinya. Nyawa Yoongi tak terselamat, memang bisa bangun dari kecelakaan tragis itu jika dilihat dari seluruh luka-luka adalah mustahil kecuali mendapat mukjizat. Nyatanya, Yoongdo tidak mendapat peruntungan yang baik, hari ini ia akan dibawa pulang oleh keluarganya.

Pemakanan Yoondo masih dibanjiri hujan tangis dari keluarga.  Daera sudah tidak menangis, gadis itu hanya melamun di samping pemakaman Yoongdo. Ia tidak melihat Jia, padahal ia ingin segera mengusir Baewhang dan mengirim hantu itu ke neraka.

Kesedihan terlihat jelas di wajah Juno, sahabatnya telah pergi. Jia mengatakan masih sakit, jadi gadis itu tidak bisa datang ke pemakaman Yoongdo. Juno teringat dengan masa-masa bodoh yang pernah mereka lalui bersama. Mereka mengenal sejak SMP, ia tahu perjuangan si dingin itu demi mendapatkan hati Daera.  Namun, kenapa lelaki itu malah pergi tatkala Daera sudah siap membuka hati?

Sudah tiga hari Jia tidak masuk kuliah dan susah sekali dihubungi. Juno sudah ke rumah Jia, tetapi gadis itu malah tidak ingin bertemu. Ia baru saja kehilangan sahabat, niatnya ia ingin berbagi kesedihan.

Sudah berkali-kali ia menghubungi nomor kekasihnya, hanya saja tak satu pun yang diangkat. Juno mendengkus, ia lantas teringat ada tugas minggu lalu. Maka, dibukalah buku catatan kuliahnya. Di sana ada catatan yang ditinggalkan oleh Jia.

'Jika aku adalah pribadi yang riang dan banyak bicara, itu bukanlah aku. Hanya Jika kebetulan kau membacanya, tolong pergilah ke Daera. Hanya Daera satu-satunya yang bisa membabtuku.' Juno mengerutkan dahi.

Cepat-cepat ia meraih kunci mobil untuk menuju rumah  Daera.  Sesampai di sana ia menunjukkan buku catatannya.

"Benar, Jia bukanlah Jia." Tatapan gadis itu terlihat sadis ketika bercerita. Ia menyesal karena mengulur waktu untuk mengirim Baehwang ke tempat asal. Seharusnya ia langsung mengirim hantu itu begitu bertemu.

Jia dirasuki oleh hantu bangsawan di dinasti Joseon. Yeah ... Baehwang  merupakan putri bangsawan yang disia-siakan oleh keluarganya karena terlahir tidak cantik. Ia seolah dianaktirikan, mendapat perlakuan kasar dan buruk dari keluarganya. Terlebih kakak-kakaknya yang berwajah cantik enggan mengakuinya sebagai adik. Penindasan hampir setiap hati diterima.

"Cepat ambilkan aku makanan!" titah kakak tertua.

Baehwang tidak bisa menolak setiap kali ia diperintah.  Ia menahan penderitaan seorang diri. Satu-satunya kakak yang paling baik yang juga memiliki tatapan tajam menakutkan sudah menikah. Sesuai tradisi, setelah wanita Joseon menikah akan ikut suaminya. Seluruh kakak-kakaknya takut dengan kakak yang satu itu, bahkan kakak tertua sekalipun.

Penindasan semakin menjadi-jadi, ia tanpa sengaja merusak hanbook salah satu kakaknya yang akan bertemu dengan pemuda bangsawan. Mereka bertemu untuk tunangan. Malam hari, Baehwang dikurung di ruang bawah tanah sembari diborgol. Pada akhir kerajaan Joseon beberapa barang ilegal dari Barat mulai berdatangan. Tentu hanya bangsawan yang bisa memilikinya.

Baehwang dibiarkan terkurung dan terborgol tanpa makan dan minum. Akhirnya ia meninggal dengan mengenaskan di sana. Arwahnya gentayangan dan membantai seluruh isi rumah beserta pelayan-pelayannya.

Baeji—kakak Baehwang yang paling baik mendengar kejadian itu. Ia lantas merenovasi rumah dengan membiarkan ruang bawah tanah tetap ada. Ia tinggal di sana sampai beberapa keturunan. Beberapa kali rumah itu direnovasi namun tanpa mengubah ruang bawah tanah. Seluruh keturunan Baeji dapat melihat hantu, karena sering hidup berdampingan dengan mereka. Saat di Jeju ada pembantaian pada masa penjajah, keluarga itu pindah ke Seoul untuk menghindar dari para penjajah. Daera adalah keturunan terakhir Baeji dan mata gadis itu merupakan duplikat dari Baeji.

🍁TBC🍁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top