Chapter 6
Kamar begitu sunyi, hawa dingin tercipta di sekitar semenjak Jia tiba di sana. Ia melihat dimensi lain, tak ada bentuk hanya buram. Ia melihat sekitar ruangan, sungguh mencekat ditambah lagi barang-barang mulai bergetar.
"Kau mengkhianatiku," kata Baehwang.
Jia berpura-pura tidak mendengar, seperti biasa ia akan mengabaikan sosok itu. Ia tahu keadaan di sekitar diakibatkan oleh kemarahan Baehwang. Hantu itu tak berhak marah padanya, hanya dirinya satu-satunya yang berhak marah. Daera jelas mengatakan bahwa Jia harus kuat, ia tidak boleh lemah. Jia mudah dirasuki karena gadis itu memiliki jiwa yang tak sekuat Daera atau orang lain.
"Jauhi Choi Dae Ra!" titah Baehwang.
Ada sesuatu yang dimiliki Daera, membuat Baehwang ketakutan. Sorot mata Daera mengingatkan dirinya pada kejadian silam. Ia terpaksa bersembunyi dan membiarkan Jia pergi ke kampus. Mengingat Juno menyatakan cinta pada Jia, membuat urat-urat menyembul ke permuakaan kulit. Guratan-guratan kering terlihat, darahnya pun seolah mendidih.
"KENAPA KAU TEGA MELAKUKAN ITU PADAKU?" teriak Baehwang, "seharusnya akulah yang tadi ada di sana!"
"Kau tidak berhak berada di sana." Jia memberanikan diri, untuk pertama kali ia menanggapi Baehwang. "Sama sekali tidak berhak, kau membuatku menjadi orang lain." Sosok yang semula buram, perlahan membentuk sesosok yang mengenakan hanbook pada era Joseon. Ia bisa melihat rupa dan bentuk Baehwang.
Begini aturan mainnya, manusia akan terikat saat menanggapi komunikasi yang ingin diciptakan oleh dimensi lain. Kebanyakan hantu yang ingin menguasai raga manusia akan melakukan cara tersebut. Jia telah diwanti-wanti agar tidak berkomunikasi dengan hantu mana pun. Namun, saat ini ia kelapasan, ia malah menjawab Baehwang.
Jia memundurkan langkah, membuka mata lebar-lebar tatkala sosok yang terlihat semakin jelas, berbentuk bulat dan besar itu mendekat. Semasa hidup Baehwang tidak terlahir cantik, tubuhnya gemuk dan bulat, hidungnya pesek, serta kontur wajahnya bundar. Yang paling menganggu matanya terlalu sipit, sampai-sampai susah melihat. Akan tetapi, saat menjadi hantu matanya sedikit lebar, dan bola mata berwarna merah menyala jelas terlihat.
Jia terus memundurkan langkah sampai tersudut di dinding. Jiwa gadis itu melemah dan menciut. Alasan kenapa ia tidak bisa melihat Baehwang bukan lantaran tidak diizinkan, tetapi karena dimensi Baehwang berbeda dengan yang lain. Hantu itu telah ada ratusan tahun, kekuatan dalam dirinya pun cukup tinggi. Terlebih lagi, dendam masa silam yang kian membara saat menatap mata Daera kembali menyatu dalam dirinya.
Baehwang mengarahkan satu tangan pada leher Jia dan mencekiknya. Mata itu masih menyala merah. Ia bisa menyentuh Jia, kekuatannya menekan gelang di tangan gadis itu. Tak lama gelang terbuat dari giok itu pecah berkeping-keping. Sulit sekali bernapas, Jia memicing-micingkan mata menahan rasa sakit.
Baehwang hendak menancapkan kuku-kukunya di wajah Jia, tetapi ia urungkan karena Juno. Satu-satunya yang bisa membantu Baehwang untuk hidup bersama Juno hanyalah Jia. Yeah ... semenjak mengenal lelaki itu Baehwang ingin hidup sekali lagi. Bukan sebagai wanita gendut buruk rupa, melainkan sebagai wanita cantik. Jika ia merusak wajah Jia besar kemungkinan dirinya akan kehilangan Juno. Baehwang menghempaskan tubuh Jia sampai terkena dinding. Lebih baik ia pergi saja, kalau ia berada dalam kamar lebih lama lagi mungkin akan membuatnya berubah pikiran. Sungguh, ia ingin membunuh Jia, oh bukan ... lebih tepatnya gadis bernama Daera.
Daera baru saja kembali diantar oleh Yoongdo. Mereka berdua baru saja makan malam bersama. Memang sudah lama Yoongdo menyukai gadis dingin seperti Daera. Sebenarnya ia juga tipikal lelaki yang dingin dari luar, namun hangat dari dalam.
"Yoongdo!" panggil Daera, "hati-hati!" Gadis itu lantas berlari ke rumah setelah mengatakan kalimat yang hampir tak pernah Yoongdo dengar.
Lelaki itu tersenyum lebar, sepertinya lampu hijau sudah menyala.
🍂🍂🍂🍂
Kecelakaan tunggal terjadi di tikungan tajam, sebuah motor lepas kendali yang akhirnya menabrak pembatas jalan. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit oleh warga setempat. Keadaannya lumayan parah, besar kemungkinan untuk masih dapat bertahan hidup.
Daera tengah duduk di bangku taman kampus saat ketiga temannya datang. Ia lantas berdiri begitu melihat Jia, maksudnya Baehwang dalam tubuh teman barunya itu. Matanya menelisik, mengarah pada tangan gadis itu. Tidak ada gelang di sana.
"Kenapa kau di sini?" sinis Daera, "baguslah akhirnya kau—"
"Daera apa maksudmu?" tanya Sena.
Beberapa hari ini Baehwang bersembunyi dari Daera. "Kau sudah siap aku kembalikan ke tempat asalmu?"
"Daera kau ini bicara apa?" Jita pun sama seperti Sena, ia tidak mengerti mengarah ke mana percakapan Daera.
Nada dering terdengar dari tas Daera, di sana tertulis nama Juno. Masih menatap tajam, ia mengangkat panggilan telepon tersebut. Seketika matanya membelalak setelah mendengar kabar dari Juno.
Yoongdo sekarang berada di rumah sakit dan masih dalam keadaan koma. Yeah ... lelaki itulah yang masuk berita pagi ini. Hanya saja Daera tak melihat berita, Sena dan Jita pun sama. Memang ketiga gadis itu tidak begitu suka menonton berita. Kalau ada kabar terbaru yang ditayangkan di televisi, biasanya mereka akan mendengarnya dari yang lain.
"Kau yang melakukannya?" pekik Daera sembari memegang kerah Jia.
Jita dan Sena mencoba melerai, kedua gadis itu benar-bebar dibuat bodoh karena tidak bisa memahami Daera. Pertemanan yang terjalin tak cukup untuk mengenal gadis dingin itu. Selama Jia datang, Daera memang tak pernah menunjukkan rasa suka pada pendatang baru. Walau Jita berkali-kali meyakinkan bahwa Jia adalah gadis yang baik dan tepat untuk Juno.
"Jika sampai terjadi apa-apa dengan Yoongdo, kau akan kukirim ke neraka." Daera langsung berlari menuju mobil, ia lantas menancap gas segera pergi ke rumah sakit. Ia mengemudikan mobil di atas rata-rata. Tidak memedulikan pengemudi lain, mobilnya keluar masuk mendahului yang lain. Otaknya sedang tidak bisa berfungsi dengan baik. Pikirannya ke mana-mana, bayangan yang tidak-tidak mulai berputaran dalam otaknya.
Sesampai di rumah sakit, ia langsung menuju ruang rawat Yoongdo. Berada di ruang serba kaca dan belum boleh dijenguk oleh siapa pun, di sanalah lelakk igu terbaring dengan banyaknya peralatan medis.
🍂🍂🍂🍂
Darah Daera mendidih setiap kali bertemu dengan Jia. Ia belum bisa mengusir Baehwang karena sibuk menunggu Yoongdo. Ia tidak akan membiarkan Baehwang melukai Yoongdo lagi.
"Pergi kau!"
"Kau ini sebenarnya kenapa?" Sena marah, sebelumnya ia tidak pernah marah pada Daera. Gadis itu cenderung takut dengan tatapan Daera. " Kau selalu meminta Jia pergi, apa sebenarnya masalahmu dengannya?"
Daera tidak mungkin mengatakan jika Jia sedang dirasuki Baehwang di rumah sakit. Ia juga tidak mungkin mengatakan jika dirinya adalah pemburu hantu.
"Katakan alasan yang jelas kenapa kau membenci Jia?" Jita juga penasaran, hal apa yang disembunyikan Daera dari mereka?
Jia menarik kedua sudut bibirnya, mencetak senyuman penuh seringai di sana. Jangan coba-coba bermain dengan dirinya. Daera bukanlah ancaman baginya. Meski ia tahu, bahwa gadis itu cukup kuat sebagai lawannya.
Sena dan Jita memutuskan pergi dari rumah sakit, tak lupa meraka mengajak Jita. Sebelum Daera mengatakan penyebab rasa benci terhadap Jia, mereka tidak akan mau berbicara dengan Daera.
🍂🍂🍂🍂
Juno mulai bingung, di matanya Jia seperti memiliki kepribadian ganda. Beberapa waktu lalu gadis itu tampak pemalu, tetapi sekarang tidak lagi. Jia kembali pada perwatakan di mana Juno pertama kali mengenalnya.
'Apa dia memang selalu berubah-ubah.' Ia seolah asing dengan Jia, juga terkadang percakapan mereka tidak berkesinambungan dengan waktu bersama mereka. 'Apa dia mudah lupa juga?'
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top