Chapter 4
Mendatangi Jita terasa percuma, ada gelang yang dipakai gadis itu membuat Baehwang tidak bisa menyentuhnya. Baehwang menelengkan kepala, dari mana Jita dan Sena mendapat gelang itu? Ia mengangkat bahu, lebih baik ia melihat keadaan Kota Seoul.
Banyak sekali yang berlalu lalang di trotoar. Baehwang telah ada ratusan tahun lamanya, tetapi baru kali ini ia merasa gejolak dalam dirinya. Entahlah, ia seolah sangat kesepian. Jia yang dikiranya bisa jadi teman malah selalu mengabaikannya. Ia tertawa miris, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Jia.
Tak jauh dari tempatnya berdiri ia melihat keributan, saat ini ia berada di tangga tengah kota. Tempatnya lumayan sepi, tidak sering yang melintas di sana.
"Berani sekali kau menggoda kekasihku!" Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi mulus seorang gadis berambut sebahu. Ia lantas memegang pipi memerahnya.
"Aku tidak menggodanya," jelas gadis berambut sebahu.
Sumpah serapah keluar dari mulut gadis yang tidak terlalu cantik, malah jika dilihat gadis rambut sebahu itulah yang lebih cantik. Gadis itu murka lantaran kekasihnya lebih menyukai gadis rambut sebahu. Baehwang melewati mereka, ia tidak ingin peduli. Namun, sesaat setelahnya ia berhenti. Ia menoleh pada kedua gadis itu, melihat titik kebenaran di mata gadis rambut sebahu.
Matanya melotot, kukunya dibiarkan membuka lebar—panjang dan tajam. Gadis tidak terlalu cantik berteriak, garetan memanjang di wajah mulai terlihat, ada tiga garis di sana. Tak lama mengeluarkan darah. "Apa yang kau lakukan?" teriaknya.
Baehwang tertawa, gadis itu korban pertama yang bukan dari kalangan wanita cantik. "Tidak tahu diri." Baehwang langsung pergi, tidak membiarkan dirinya berlama-lama di sana. Dari sorot mata rambut sebahu, ia melihat ketidakadilan. Gadis yang tidak terlalu cantik itu merupakan sepupu dari gadis rambut sebahu. Ia selalu saja merasa iri lantaran lebih banyak yang suka sepupunya termasuk lelaki yang diakuinya sebagai kekasih. Padahal lelaki itu sama sekali bukan kekasihnya. Benar-benar tidak tahu malu.
~~~~
Lagi-lagi Youngji meminta Jia agar segera pergi ke kampus. Janda yang ditinggal mati oleh suaminya beberapa bulan itu masih saja takut dengan Jia. Kakaknya mengatakan jika di malam hari Jia bisa menjadi diri sendiri. Maka, dari pagi sampai sore ia akan menghindar dari keponakannya.
Jia sudah paham, sebentar lagi Baehwang akan merasukinya. Tak butuh waktu lama, Baehwang sudah merasuki tubuh Jia tepat setelah ia keluar rumah.
"Bibimu itu memang keterlaluan," gerutu Baehwang.
Baehwang berhenti saat melihat berita di salah satu dinding gedung tinggi menjulang. Sebuah pemberitaan mengenai gadis yang semalam berada di tangga. Ia menyeringai, baru kali ini ia membantu gadis cantik selain Jia. Dalam berita gadis bernama Yuhwa yang semalam ditolong oleh Baehwang mengatakan, bahwa ia tidak tahu persisnya kejadian. Terlalu mendadak dan cepat, ia tidak menjelaskan dengan akal sehat. Saat itu tiba-tiba sepupunya berteriak dan darah kaluar dari pipi.
"Aku langsung menelepon ambulan." Semua orang menganggap Yuhwa yang sudah melakukan hal keji itu. Namun, Yuhwa tidak pernah memanjangkan kuku. Jika dilihat dari luka, sudah pasti yang melakukannya adalah seseorang yang memiliki kuku sangat tajam dan panjang.
Baehwang melihat kukunya, kebetulan Jia bukanlah orang yang suka memanjang kuku. "Sayang sekali!" katanya.
Dari hari ke hari Jia, maksudnya Baehwang semakin dekat dengan Juno, saat ini saja mereka sedang pergi makan malam bersama. Sejujurnya Baehwang mulai kesakitan, tubuhnya kebas akibat terlalu lama di dalam tubuh Jia. Namun, ia akan bertahan demi bisa bersama Juno.
Baehwang hampir saja melukai orang yang tak bersalah. Jika saja Jita tak punya pelindung sudah pasti gadis itu akan berakhir dengan memiliki cacat di wajah. Rupanya Juno dan Jita hanya berteman, mereka hanya dekat sebagai teman kelas, tak pernah lebih.
Jia tampak menulis tugas tadi siang. "Kau kenapa selalu menulis tugas di buku catatan?"
"Aku pelupa, jadi aku harus mencatat semuanya," jelas Jia.
"Aah, rajin sekali." Juno tersenyum, lalu makan malam yang dipesan pun tiba.
Selesai makan Juno mengantar Jia pulang, dalam perjalanan Baehwang merasa sakit di seluruh tubuhnya. Tahan sedikit lagi sampai. Jangan sampai Juno melihat Jia yang asli, atau melihat perubahan dalam dirinya. Ia mengerahkan segala kekuatannya untuk tetap bertahan.
Juno membukakan pintu mobil untuk Jia begitu sampai di depan rumah. "Hati-hati di jalan Juno." Ia segera memasuki rumah tanpa berbasa-basi lagi.
Jungkook mengerutkan dahi, ia memang tertarik dengan paras cantik Jia. Namun, karakter gadis itu bukanlah tipenya. Lebih baik ia pergi saja, ia tidak mau menyalahpahami dan menghakimi karakter orang.
Baehwang segera keluar, sebelumnya ia menidurkan diri di atas ranjang. Jia akan tertidur sebentar sebelum kembali ke tubuhnya. Ia setia menunggu Jia membuka mata, maka ia berjongkok di samping ranjang.
"Lama sekali?" pikir Baehwang, biasanya Jia akan segera bangun tak lama setelah dirinya keluar. "Apa yang terjadi? Kenapa dia tak kunjung bangun?"
~Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top