Chapter 1
Lorong pertokoan terasa panjang dan gelap, gadis bertubuh gemuk, pipi bulat itu seolah tak menemukan ujung. Keringat dingin mengucur dari pelipis, dadanya pun berdegup kencang. Ketakutannya bukan lantaran betapa gelap dan mencekat lorong itu, melainkan karena siapa yang akan ditemuinya. Tangannya bergetar sembari memegang sesuatu, ia terus berjalan sampai mendengar suara beberapa gadis.
"Berikan padaku!" kata salah satu gadis berwajah paling cantik begitu dirinya sampai. Wajah gadis itu memang terlihat sempurna, hidung seolah dibentuk, rahang dibuat tirus, mata terdapat lipatan, dan bibirnya agak tebal.
Perlahan gadis bertubuh gemuk memberikan flashdisk, berisi seluruh projek milik gadis paling cantik dan populer di kampus. Sungguh, ia tidak bermaksud mencuri pekerjaan orang lain. Namun, jika ia menolak hidupnya tidak akan tenang menghadapi ancaman Injung, gadis yang saat ini menengadahkan telapak tangan.
"Kau rasakan pembalasanku besok, Kwon Ji A." Injung tersenyum puas, membayangkan hari esok adalah hari kesialan bagi Jia. Seluruh projek gadis itu berada di tangannya, dan dosen tidak akan membiarkan siapa pun lolos saat tidak mengerjakan tugas.
"Kau tidak lupa membawa—"
"Maafkan aku, hari ini aku tidak punya uang." Selain menjadi pembully, mereka juga pemalak. Salah satu dari mereka meminta belikan lipstik pengeluaran terbaru dari Crown Lelya. Benar-benar tidak tahu malu, mereka pikir merek itu murah apa? Meski gadis itu dari keluarga berada, ia tidak akan sanggup membeli lipstik di Crown Lelya.
"Jadi kau tidak membawanya?" Injung menjambak gadis itu membuatnya sedikit merintih menahan sakit.
"Jaemi menjual produk-produknya setinggi langit." Itu bukan urusan Injung, temannya ingin memilikinya. Jadi, gadis itu berkeharusan membelikan lipstik di sana untuk temannya.
"Lusa, lipstik kode Jae21 harus ada di tanganku," kata Injung.
Rasanya gadis itu ingin mengakhiri hidup saja, ia sangat frustrasi. Terlahir tidak cantik, bertubuh gemuk, dan bulat membuatnya susah mendapat teman, dan kini malah mendapat perlakuan buruk. Satu-satunya yang mau berteman hanyalah gadis bernama Jia, namun ia malah mengkhianati sahabatnya itu.
Baru saja keluar dari lorong, Injung sudah berteriak, dua temannya pun menjadi panik. Di seluruh wajah Injung membentuk garetan memanjang ke samping, darah seketika keluar dari sana. Ia berteriak-teriak meminta tolong, tetapi tak ada yang bisa dilakukan oleh kedua temannya. Malah mereka berlari meninggalkan Injung karena ketakutan. Injung merangkak sampai jalan di ujung lorong, ia berteriak-teriak meminta tolong.
Gadis gemuk tadi melihat flashdisk, ia lantas mengambilnya kemudian menatap tajam pada Injung. Tidak ada perasaan kasihan yang terlihat, hanya sebuah senyuman.
****
Berita semalam tersebar di seluruh kampus, mereka yang mendengar bergidik ngeri. Akhir-akhir ini memang banyak kejadian aneh yang menimpa Kota Gwangju. Setiap malamnya ada saja korban berjatuhan, letak luka mereka juga selalu sama—berada di wajah. Kebanyakan para korban memilki paras cantik.
"Kwon Ji A!" panggil Boomi, gadis yang semalam mendapat perlakuan buruk dari Injung dan kawan-kawan. Ia mengembalikan flashdisk dan juga meminta maaf.
"Kenapa kau meminta maaf?"
"Sebenarnya aku—"
"Apa kemarin aku menjatuhkannya? Aah, terima kasih, Boomi. Jika tidak ada dirimu aku pasti akan mendapat hukuman." Boomi mengangguk, ia sangat merasa bersalah. Jia selalu baik padanya, gadis itu bahkan menolak berteman dengan mereka yang memiliki wajah cantik dan malah memilih berteman dengannya.
Dua gadis melintasi mereka di koridor sembari menceritakan kejadian semalam. "Injung masih berada di rumah sakit, dengar-dengar wajah cantiknya tidak akan bisa kembali seperti dulu."
Boomi menelan ludah, ia ada di sana saat kejadian, kan? Semua orang terlalu melebih-lebihkan cerita, ia tahu persisnya bagaimana. Si gadis licik dan kejam yang dianggap dewi oleh anak kampus itu pergi ke lorong karena ingin mendapatkan flashdisk Jia. Jujur ia sedikit puas karena si Hantu Kuku, begitulah orang-orang Gwangju menyebutnya telah memberikan keadilan.
Jia dibalik wajah cantiknya menyeringai, sungguh senyumnya itu seperti mamuna di tengah rawa. "Kau sudah mendengar juga?" kata Jia membuyarkan lamunan Boomi.
"Eoh." Boomi memaksakan senyum, berpura-pura tidak tahu mengenai kejadian semalam. "Kira-kira apa yang sebenarnya terjadi?"
"Entahlah, Hantu Kuku mungkin mengincar mereka yang cantik." Jia tertawa, kemudian mengajak Boomi pergi ke kelas. Mata kuliah akan dimulai sepuluh menit lagi.
"Ngomong-ngomong, kau jangan keluar malam!" kata Boomi setelah mereka memasuki kelas.
Jia jarang keluar malam, ia juga akan buru-buru kembali ke rumah sebelum malam tiba. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
****
Memiliki kepribadian periang, mudah bergaul tentu membuat Jia banyak dikagumi. Selain cantik, gadis itu juga baik, dan rendah hati. Ia aktif di beberapa kegiatan di kampus. Maka, tak heran banyak lelaki yang menyukainya. Setiap langkah kaki akan menjadi sorotan, kecantikan alami yang dipancarkan oleh Jia memang selalu memukau. Gadis yang lebih sering memilih warna cerah untuk busananya itu pun memiliki sifat yang humoris.
Tidak sedikit yang sudah menyatakan cinta padanya, namun selalu saja ditolak. Saat ini saja, di depannya tampak seorang lelaki sedang mengungkapkan perasaan. "Aku tidak menolak, hanya menunda untuk menjawab," kata Jia.
Hal inilah yang selalu dikatakan oleh Jia, ia tidak ingin menjalin hubungan juga tidak ingin menolak lelaki. "Aku tidak ingin menjalin hubungan, jika aku siap akan kuminta kau untuk datang ke rumah orang tuaku untuk melamarku."
Sang lelaki menelan ludah, bagaimana Jia memiliki pemikiran jauh ke sana? Pada abad 21 ini wanita Korea Selatan tidak berpikir untuk menikah muda, begitu juga para lelaki. Mereka lebih senang menjalin hubungan tanpa adanya ikatan pernikahan. "Bagaimana apa kau siap menungguku?" tanya Jia.
"Kita masih kuliah."
"Aku tidak memintamu datang sekarang, nanti saat aku sudah siap." Jia menunjukkan senyum polosnya, hal yang kerap kali ia lakukan di hadapan para lelaki yang menyatakan cinta padanya.
"Kau aneh, kau itu cantik. Tidak sulit bagimu mendapatkan kekasih, tetapi malah mempersulit para lelaki," kata Boomi setelah lelaki tadi pergi. Ia tidak habis pikir dengan Jia, bisa-bisanya selalu menolak lelaki dengan alasan yang klasik. Malahan tak jarang pula Jia mengaku dirinya merupakan reinkarnasi putri bangsawan di era penjajahan Korea Selatan. Jika Jia sudah membual seperti ini, Boomi hanya memutar bola mata. Terserah saja Jia mau berbicara apa, lebih baik mengiakan agar cepat selesai.
"Cantik, tapi tolol di setiap tindakan. Untung cantik, jika saja aku yang bertingkah seperti itu pasti akan dihujat sana-sini."
"Jangan berbicara begitu, kau harus menjadi diri sendiri. Aku bahkan tidak peduli pandangan orang lain tentangku."
"Yeah, di mana lagi bisa bertemu dengan teman baik sepertimu?"
Perut sudah meronta-ronta meminta makan, lebih baik mereka mencari restauran. Tak jauh dari Universitas Gwangju memang ada tempat makanan langganan mereka. "Ayo, kita makan!" ajak Jia.
Baru beberapa langkah tubuh Jia limbung, napasnya memburu cepat. Ia hampir saja terjatuh jika tidak dipegangi oleh Boomi. "Kau baik-baik saja?"
~Tbc~
Aku masih jauh dari kata sempurna, semoga suka
Tinggalkan jejak, dan vote juga ya, kalau suka boleh banget dimasukin list.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top