Bagian 16
Maaf jika belakangan cerita-ceritaku jadi sangat slow update. Terima kasih untuk kalian yang masih membaca. Sehat selalu.. 🤗🤗🤗
.
.
.
"Maaf." Sebuah kata yang memecah kesunyian antara keduanya.
Kayra menunduk, meremas kedua tangannya, tak tahu harus merespon bagaimana ucapan si pria.
"Boleh aku minta jawabanmu sekarang?"
Sebuah tanya yang kali ini sukses membuat Kayra tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Arah pandang yang semula hanya berfokus pada lantai teras seketika beralih pada pria yang duduk berjarak di sampingnya. Tanpa sadar gadis itu terlalu dalam menyelam pada kedua iris coklat Angga, mencari sebuah celah penolakan namun tak ia temukan.
Sadar atas apa yang terjadi, Kayra kembali menundukkan pandangannya. Jika terus melihat mata itu, ia takut kembali merasakan luka nantinya.
"Saya ...." Seperti ada yang tersangkut pada tenggorokan, membuat Kayra sulit melanjutkan ucapnya.
Angga masih setia menunggu jawaban gadis berkerudung hitam di sampingnya, tanpa melepas pandangan dari kepala gadis itu yang masih setia menunduk. Bukan keputusan mudah untuknya sampai di sini sekarang. Angga telah mempertimbangkannya jauh hari setelah pertemuan pertama mereka.
Hening, Kayra kembali menutup rapat kedua bibirnya beberapa saat, kemudian memberanikan diri bertanya, "Apa ... apa yang Mas lakuin ini, ada kaitannya dengan kejadian tadi?"
Angga sudah menerka jika Kayra akan mengajukan pertanyaan seperti ini. Wajar mungkin karena kedatangannya bertepatan setelah kejadian tidak terduga di sekolah sang puteri, ditambah puterinya mengatakan keinginan untuk mempunyai ibu yang pastinya juga terdengar di telinga Kayra.
"Tidak ada kaitannya dengan yang terjadi tadi. Saya tidak akan memaksa kamu, apa pun jawaban kamu, akan saya terima."
***
"Apalagi yang mau kamu cari, Ra?" Pak Yasa menggeleng pelan kepalanya, tidak habis pikir dengan keputusan sang puteri.
Setelah Angga berpamitan pulang tadi, Kayra yang baru masuk rumah terpaksa menceritakan percakapan mereka pada ayahnya yang menyadari perubahan sikap gadis itu setelah Angga pergi, hingga akhirnya membuat sang ayah sedikit terkejut dengan keputusan puteri semata wayangnya.
Kayra hanya diam, pikirannya sekarang hanya dipenuhi dengan Kayla serta si kecil Vendra. Jika Angga bertindak sejauh ini hanya demi kedua anak itu, Kayra bisa saja menjadi sosok ibu untuk keduanya tanpa harus menikah dengan Angga. Bisa saja dengan menjadi sahabat Angga, mungkin itu bisa membuat Kayra tetap dekat dengan keduanya. Kayra tidak ingin Angga mengorbankan sisa harinya serta terpaksa terikat dengan Kayra hanya demi kebahagiaan kedua anaknya, meski Kayra sendiri sejak awal tulus menyayangi Kayla dan Vendra.
"Terserah kamu, Ra. Ayah tidak akan memaksa. Cuma pikirkan baik-baik keputusanmu, jangan sampai kamu nyesel." Pak Yasa beranjak meninggalkan Kayra di ruang tamu tanpa menunggu jawaban dari puterinya yang setelah bercerita tadi tak lagi bersuara.
Salahkah keputusan yang ia ambil? Kayra termenung mendengar ucapan ayahnya. Dirinya hanya terlalu takut terluka kembali, dan mungkin akan lebih menyakitkan dari apa yang pernah ia alami jika ia tergesa mengambil keputusan dalam hidupnya.
***
"Gimana?" Bu Ratna berbisik pelan setelah mendapati Angga yang baru saja keluar kamar. Pria itu telah berganti pakaian dan terlihat segar setelah membersihkan diri.
Sebuah gelengan kecil dari ayah dua anak itu sejenak membuat Bu Ratna menahan napas terkejut. Dia mengira ini akan mudah ketika cucu-cucunya telah dekat dengan Kayra, namun ternyata apa yang ia pikirkan tak sesuai dengan kenyataan yang ia terima.
"Ditolak?" Bu Ratna bertanya namun hatinya masih menyimpan harap.
Lagi-lagi gelengan kecil yang Angga berikan, membuat dahi wanita baya itu mengernyit bingung.
"Jangan cuma geleng-geleng, Mama jadi bingung. Intinya aja gimana? Ditolak apa gimana?" Bu Ratna mencecar dengan pertanyaan kembali, tidak puas jika tidak mendengar jawaban langsung dari sang putera.
"Tiga hari lagi. Dia enggak bisa jawab sekarang." Angga menjawab seraya berjalan santai menuju Vendra dan Kayla yang sedang asyik melihat channel anak kembar tak berambut di depan televisi.
"Kamu juga sih, minta jawaban kayak minta beli mainan. Kan Mama bilang kabari dia dulu biar dia siap sama kedatangan kamu." Bu Ratna menyusul Angga yang kini ikut duduk di sofa bersama kedua anaknya, mendudukkan dirinya pada sofa yang masih tersisa.
"Kita udah bicarain ini kemarin kalau Mama lupa. Hari ini tadi diluar dugaan Angga." Tangan Angga meraih Vendra yang ingin duduk di pangkuannya.
"Iya, tapi....," Belum selesai Bu Ratna berucap, suara pintu depan yang terbuka mengalihkan perhatiannya untuk melihat siapa yang datang.
"Kenapa? Mama kok liatnya gitu?" Abra yang muncul terlihat bingung dengan reaksi sang mama yang terlihat serius.
Abra melihat pada dirinya sendiri serta mengamati kedua tangannya yang menenteng plastik berisi jajanan kesukaan Kayla juga Vendra. Bukankah sudah menjadi kebiasaan Abra berkunjung dan menginap di rumah Angga menjelang akhir pekan seperti hari ini, menghabiskan waktu bersama para keponakannya.
"Kamu juga, ke sini sekali-sekali jangan cuma bawa jajanan. Bawa calon istri." Bu Ratna beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam, meninggalkan kedua puteranya begitu saja yang masih menunjukkan raut terkejut atas ucapan sang ibu.
"Mama kenapa, Mas?" Abra duduk serta meletakkan kantong jajanan di depan Kayla yang telah berpindah dari sofa menjadi tiduran di atas karpet. Gadis kecil itu tetap fokus pada layar meski obrolan tiga orang dewasa di dekatnya sangat mengganggu.
"Kayak enggak tau mama aja kamu." Angga menjawab santai, meski ia tau jika reaksi sang mama dikarenakan rasa takut jika Kayra menolak dirinya.
Sejak awal, Bu Ratna sangat menginginkan Kayra untuk menjadi menantu sekaligus ibu bagi kedua cucunya. Apalagi setelah mengenal gadis itu belakangan, berulang kali wanita baya itu mengungkapkan keinginannya tersebut pada Angga bahkan selalu antusias jika ada hal mengenai Kayra yang Kayla ceritakan sepulang sekolah.
Semoga apa pun keputusan Kayra nanti tak merubah pandangan sang ibu pada gadis baik yang diam-diam sedikit mencuri perhatiannya.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top