Bagian 12

"Kayla enggak mau sekolah," teriak Kayla ketika sang oma membangunkannya.

"Loh, cucu cantik Oma kok enggak mau sekolah, biasanya paling rajin kalau udah pagi. Yuk bangun Sayang, Ayah udah nungguin Lala loh. Kan hari ini ayah yang mau anter Lala sekolah."

Bujukan Bu Ratna tak sedikitpun menggoyahkan keinginan Kayla. Gadis kecil itu justru semakin membenamkan kepalanya dalam selimut.

"Lala kenapa? Cerita yuk sama Oma."

Bu Ratna mendudukkan diri di samping Kayla seraya mengusap lembut kepala bocah itu, namun bukan jawaban yang ia dapat, melainkan tangisan histeris dari sang cucu.

Mendengar tangisan Kayla, Angga yang sedang bermain bersama Vendra segera menggedong sang putra dan bergegas menuju kamar Kayla untuk melihat apa yang terjadi.

"Lala kenapa Ma?" tanya Angga ketika memasuki kamar.

Bu Ratna yang sedari tadi berusaha menenangkan Kayla hanya menghela napas lemah seraya menggelengkan kepalanya. Dia sendiri juga bingung dengan perubahan sikap Kayla pagi ini.

"Coba kamu tanyain, biar Vendra sama Mama. Mungkin kalo sama kamu Lala mau cerita. Dari tadi bilangnya enggak mau sekolah." Bu Ratna beranjak serta mengambil alih Vendra dari gendongan sang ayah kemudian meninggalkan keduanya agar bisa bicara.

Sepeninggal sang mama, Angga mendekati sang putri yang masih terisak di bawah selimut yang melilit tubuh mungilnya. Perlahan ia uraikan hingga wajah Kayla yang memerah dengan mata sembab dapat ia lihat dengan jelas.

"Lala mau cerita sama Ayah?" tanya Angga lembut seraya merapikan anak rambut Kayla yang berantakan menutupi sebagian wajahnya.

Diam, Kayla belum ingin bicara. Tidak habis akal, Angga mengangkat tubuh mungil sang puteri kemudian memangku seraya mendekapnya agar Kayla merasa lebih tenang.

"Lala enggak mau sekolah hari ini? Anak Ayah ini lagi capek ya? Pasti capek banget sekolah setiap hari, iya kan?  Ayah enggak maksa kok kalo Lala pengen di rumah dulu, nanti kalo udah semangat lagi, bilang Ayah ya."

Tanpa diduga, yang semula Kayla hanya membenamkan kepalanya di dada sang ayah mulai memberi respon. Pelukannya merenggang diikuti wajahnya yang mendongak menatap wajah teduh ayahnya.

"Ayah, kenapa Lala enggak punya mama lagi? Lala mau punya mama," cicit Kayla.

Sebuah ungkapan dari anaknya membuat Angga mematung sejenak, ia tidak menyangka jika Kayla sangat merindukan sosok seorang ibu. Angga pikir kehadiran dirinya dan ibunya cukup untuk mengisi hari-hari Kayla, namun ternyata pikirannya salah.

"Sabar ya Sayang. Ada Ayah sama Oma di sini buat Kayla. Lala jangan sedih ya. Meski mama enggak sama kita, tapi Lala harus tau kalo mama selalu sayang sama Lala. Sekarang, Lala mau gimana? Kita ke sekolah atau Lala mau di rumah aja?"

"Lala enggak mau sekolah." Kayla menggelengkan kepalanya cepat.

"Yaudah, kalo gitu Lala mandi dulu trus sarapan. Main sama Vendra ya di rumah." Angga menggendong Kayla menuju pintu kamar mandi, kemudian menurunkannya agar sang puteri segera membersihkan diri.

Mama? Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk Angga mempertemukan Kayla dengan Kayra.  Biarlah sang puteri yang menilai nantinya.

***

"Kay, bisa bicara sebentar?" Suara Abra mengagetkan Kayra yang kini melangkah keluar gerbang sekolah.

"Kamu?"

"Bisa kita bicara Kay? Sebentar aja," pinta Abra.

"Maaf, aku harus cepat pulang." Kayra berusaha menghindar dari Abra, namun pria itu tidak menyerah untuk menghadang langkah Kayra.

"Tolong Kay, sebentar aja."

Kayra bergeming, tetapi tak sedikitpun memandang wajah Abra.

"Apa yang mau kamu bilang? Katakan, setelah itu biarkan aku pulang. Aku tidak punya banyak waktu." Kayra bersedekap tanpa bergeser dari tempatnya berdiri.

"Tidak di sini Kay. Ayo ikut aku." Abra maju satu langkah, namun reflek Kayra dengan cepat mundur satu langkah mengambil jarak.

"Kamu cuma bilang mau bicara bukan minta aku ikut sama kamu, sekarang bicara saja di sini atau tidak sama sekali. Kalau tidak ada yang penting, tolong minggir. Kamu menghalangi jalanku." Kayra berusaha meredam emosinya yang mulai terpantik karena kelakuan Abra.

"Aku ... aku mau minta maaf sama kamu Kay untuk apa yang udah aku lakuin dulu sama kamu."

"Sudah aku maafkan. Itu masa lalu. Jadi, bisa tolong minggir sebentar? Aku mau lewat," tegas Kayra.

Abra sempat terkejut dengan respon yang Kayra berikan. Abra larut dalam pikirannya hingga menggeser sedikit badannya menyamping. Kesempatan itu Kayra gunakan untuk bergegas pergi dari sana ketika sebuah angkot langganannya telah berhenti di seberang jalan.

Abra hanyalah masa lalu, dan Kayra tidak ingin masa lalu buruk kembali terulang lagi dalam hidupnya.

***

"Ayah, kita mau kemana?" tanya Kayla yang malam ini telah rapi dengan gamis pink kuda poni favoritnya.

"Sabar ya, sebentar lagi kita sampai." Angga masih fokus pada kemudi, sedang Vendra nampak tenang di atas pangkuan sang oma yang duduk dikursi penumpang belakang.

Tidak sampai lima belas menit, mobil yang mereka kendarai berbelok memasuki sebuah perumahan. Mata Kayla membola ketika menyadari dimana dia berada saat ini. Meski bocah itu baru sekali ke tempat ini, tapi ingatannya bisa dikatakan sangat baik untuk merekam suasana perumahan ini.

"Ini kan? Ayah?"

Reaksi Kayla yang seperti mengenal tempat dimana mereka berada, sedikit menyita perhatian Angga dan Bu Ratna.

"Kenapa Sayang?" Bu Ratna mengutarakan tanda tanya di pikirannya, sedang Angga berusaha memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah.

Belum sempat Kayla menjawab, Angga mematikan mesin mobilnya seraya berkata, "Kita sampai, ayo turun."

Angga keluar memutari mobilnya untuk membukakan pintu sang puteri, kemudian sesaat menanti Bu Ratna yang kini telah berada disamping mereka dengan menggendong Vendra. Para orang dewasa tidak menyadari jika binar di mata Kayla nampak jelas saat pertama melihat rumah di depannya.

"Ayo, kita masuk." Angga melangkah dengan menggandeng Kayla.

"Assalamualaikum," salam Angga seraya mengetuk pintu di depannya.

Tak berapa lama, terdengar sahutan salam dari dalam di susul pintu yang terbuka.

"Waalaikumussalam." Seorang gadis berjilbab hijau pupus muncul dari balik pintu.

"Bunda!!!"

...

Hai...

Apa kabar? Semoga sehat selalu.
Maafkan aku yang belum bisa up cerita cepat karena kondisi yang kembali enggak memungkinkan.

Aku harus isoman. Kalian jaga kesehatan ya, stay save. Kalo enggak penting-penting banget jangan  keluar rumah. Yang di rumah juga harus stay save. Jaga jarak. Dan selalu positif thinking.

Salam Sayang
Rey

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top