02
"Drama layar lebar?"
"Yap. Kalian berdua akan memainkan drama itu"
Mata mengerjap tak percaya kala ia di infokan akan bermain di sebuah drama bertema keluarga dengan ia dan sang adik menjadi tokoh utama di dalamnya.
"Tapi kenapa harus aku dan Kujou-san?"
Ia juga ingin menanyakan hal yang sama namun sudah di wakilkan oleh adiknya yang duduk di sebelah kiri. Ia kembali menatap ke arah sutradara drama tersebut.
"Permintaan para penggemar. Sebelumnya aku bingung ingin mencari siapa yang cocok menjadi tokoh utama di dalam drama ini sampai akhirnya salah satu penggemar merekomendasikan kalian. Penggemar itu mengatakan jika aura kalian itu sangat cocok jika menjadi saudara kembar, bahkan terlihat seperti asli"
Memang bukan palsu. Riku dan ia memang adik kakak kembar yang saat ini hubungan mereka berada di ambang batas akan berakhir karena Riku yang terus menerus bersikap acuh dengannya.
"Tidak hanya kalian. Aku juga memutuskan untuk memasukkan anggota Idolish7 dan Trigger dalam drama ini, karena kebetulan ada Nikaido Yamato yang bisa di bilang sudah lumayan berpengalaman dalam dunia akting. Kalian bisa belajar dari leader Idolish7 itu"
Keduanya mengangguk kompak, sutradara drama tersebut tersenyum senang lalu pamit keluar ruangan. Sekarang disana hanya tersisa mereka berdua, keduanya menunggu manajer masing-masing datang menjemput.
Riku membuka naskah drama dan melihat-lihat dialog serta peran-peran didalam sana, sekalian sedikit menghapal alur cerita naskah. Tenn sendiri melirik adiknya lalu kembali menatap ke naskah.
Kring~
Suara dering ponsel seseorang bergema di ruangan lantas Riku mengambil benda pipih ber-cassing merah dari saku celana jeans biru.
"Halo Manajer"
"Halo Riku-san. Etto.. aku sudah sampai dan sekarang berada di area parkir, apa rapatnya sudah selesai? Jika belum aku akan--"
"Rapatnya sudah selesai. Aku akan kesana sekarang"
"Oh baiklah. Aku menunggu di Van"
Panggilan di putuskan, Riku menutup kembali naskah drama miliknya lalu bangkit dari kursi dan berjalan keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Tenn.
Pergi begitu saja seolah sosoknya memang tidak pernah ada di sebelahnya sejak tadi. Tenn masih setia memandang naskah walau begitu pikiran melayang kemana-mana.
Akhirnya ia bangkit dari duduk, memasukkan naskah drama tersebut ke dalam tas lalu pergi keluar.
Ia tahu Anesagi tidak akan menjemputnya, karena manajernya itu sudah mengatakan hal itu sebelum ia pergi rapat. Alasan ia tetap berada di ruangan yang sama adalah untuk berusaha mendekati Riku, setidaknya sekedar menyapa atau bertanya tentang keadaan tapi itu tidak terjadi karena timing yang tidak tepat.
Manajer Idolish7 sudah menjemputnya lebih dulu sebelum ia bisa membuka suara untuk berbicara kepada adiknya. Ia tidak bisa menyalahkan si manajer karena itu sudah termasuk pekerjannya.
Melangkahkan kaki menyusuri lorong sesekali menyapa para staf yang ada di gedung lalu kembali melanjutkan perjalanan.
Ia melihat ke arah ponsel.
12.26 Pm
Sudah masuk jam makan siang, dia memutuskan untuk pergi ke restoran terdekat dan makan siang disana lalu kembali melanjutkan pekerjaan yang berada di lokasi yang tahu jauh dari gedung tempat ia dapat tadi.
Akhirnya ia sampai ke sebuah kafe, saat masuk bunyi lonceng yang berada di atas pintu masuk berbunyi menandakan ada seorang pelanggan yang masuk ke kafe tersebut.
Langkah kaki membawa ke arah meja dekat jendela lalu duduk disana.
"Permisi tuan.. anda ingin pesan sesuatu?"
Seorang pelayan ramah menyapanya dan menanyakan apa yang ingin ia pesan, dia sudah memikirkan apa yang ingin ia makan lantas langsung mengatakan pesanannya tanpa melihat buku menu.
"Satu Omurice dan satu jus stroberi?"
Si pelayan mengulang menu yang Tenn pesan.
"Iya"
"Baiklah tunggu sebentar"
Seraya menunggu ia membuka kembali naskah drama.
Matahari bersinar terang di atas langit namun suhu udara sedikit dingin. Daun-daun berwarna oranye kemerahan--Momiji mulai berjatuhan satu persatu, menghiasi jalan-jalan Tokyo sehingga membuatnya menjadi sedikit berwarna merah jika dari atas.
Jika di musim seperti ini ia akan mengkhawatirkan adiknya yang mempunyai tubuh rentan akan udara dingin sejak masih belia.
Bertanya-tanya apa kah sang adik selalu memakai syalnya? Apa dia sudah meminum obat? Dan sebagainya yang membuat hati merasa sedikit khawatir.
Menanyakan secara langsung pun pasti tidak akan di jawab oleh pemuda itu karena ia sudah membenci kakaknya sendiri. Riku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan seorang Kujou Tenn, mau seperti apa dia saat ini dan seterusnya, Nanase Riku benar-benar sudah tidak memperdulikannya.
"Permisi~"
Suara pelayan tadi memecahkan lamunan dengan sigap ia menoleh ke asal suara dimana sang pelayan berdiri membawa nampan berisi pesanannya dan tengah meletakan piring-piring serta gelas tersebut ke meja.
"Ini pesanan anda. Selamat menikmati~"
"Terimakasih"
Sang pelayan mengangguk tak lupa memasang senyum cerah lalu pergi meninggalkan Tenn seorang diri yang tengah menyantap makanan.
Menyendok sesendok Omurice dan memasukkan kedalam mulut, rasanya biasa saja seperti Omurice pada umumnya, hanya saja saat memakan makanan itu mengingatkan Tenn akan sosok Riku yang sangat suka makanan sederhana tersebut.
Saat keduanya masih kanak-kanak, sering sekali Riku meminta Tenn untuk membuat makanan tersebut. Dia mengatakan jika masakan Tenn sama enaknya dengan masakan ibu mereka.
Mengingat sosok ibu, Tenn sudah lama tidak melihat wanita yang melahirkannya itu, bagaimana keadaan ibunya? Apa ia marah atas keputusan Tenn pergi dari kehidupan mereka? Apa ia juga seperti Riku, membencinya dan tidak mau mengakui nya lagi?
Memikirkannya saja membuat Tenn merasa bersalah, rasa bersalah bergejolak didada membuat hatinya sakit seolah di tusuk oleh sebuah panah tak kasat mata.
Nafsu makan seketika menghilang kala memikirkan hal tadi, ia menjauhkan piring berisi Omurice dan mengambil satu buah donat dari piring yang satu dan memakannya. Merasakan adonan manis dan gula-gula menyentuh lidah membuatnya merasa lebih baik, memang makan donat membuat moodnya kembali.
Ia melihat ke arah jam dinding yang di gantung di sisi kanan kafe tepat di atas meja tempat si barista berdiri.
Sudah jam 01.03 Pm, ia sudah harus pergi ke tempat kerja karena jadwal selanjutnya adalah pemotretan di jam 2 pas walau masih ada waktu satu jam tapi tidak ada salahnya datang lebih dulu.
Lebih baik menunggu daripada tidak datang sama sekali, itu lah satu hal yang selalu ia tekan kan ke diri sendiri sehingga orang-orang menyebutnya sebagai seseorang yang teladan dan tepat waktu.
Bangkit dari duduk dan berjalan ke kasir guna untuk membayar makanan dan minuman yang ia pesan. Jus stroberi yang belum sempat ia sentuh akhirnya ia minta ke si barista untuk menukar gelasnya menjadi gelas plastik agar bisa ia bawa pergi, sisa Omurice juga ia minta ia bungkus, siapa tahu nanti ia lapar dan akan memakannya kembali karena kemungkinan ia tidak akan sempat membeli makanan lagi sebelum makan malam.
Setelah ia menerima pesanan lantas Tenn langsung keluar kafe dan berjalan di jalan setapak untuk ke halte bus dan pergi ke tempat kerja selanjutnya. Seraya menunggu di halte, ia duduk di kursi yang tersedia dan meminum jus stroberi guna menghilangkan rasa haus.
Manik mata melirik papan televisi di satu gedung tinggi yang menampilkan konser indoor Idolish7 beberapa hari lalu yang sukses besar dan juga perilisan lagu baru Idolish7.
Restart Pointer. Menurutnya lagu itu bagus dan mempunyai makna yang mendalam, di dalam lagu itu menceritakan jika berapa kali kita akan terjatuh maka bangkitlah bahkan jika kita harus kembali ke titik awal dimana semuanya di mulai, sesuai dengan arti judulnya. Kembali ke Titik Awal.
Bis berhenti tepat di depan mata mengalihkan atensinya dari papan televisi tersebut, ia langsung berdiri dan masuk ke dalam bis yang siap berjalan ke tujuan.
Sekilas ia melirik papan televisi yang kebetulan tengah menampilkan Riku yang tengah bernyanyi di atas panggung dengan pakaian konser yang baru.
'... Riku.....'
------------------------------------------
All:......
Titik-titik terus~
Zool: dua book sebelah gimana? Kesian yang udah nagih.
Aku buntu ide hiks:"(
Gomen~ bagi yang nunggu Come Back Riku dan The beginning. Aku lagi buntu ide di dua cerita itu (╥﹏╥) tiap kali mau ngetik idenya keluar setengah-setengah.
Momo: kok Riku jadi sedikit kejam gitu ya?
Riku: peran Momo-san. Itu peran.
Tapi kamu nya kok menghayati banget meraninnya:(
Riku:....
Gaku: nah loh~ di tanyain tuh Nanase~
Riku: itu kan cuma peran:"( hiks... Salahin authornya buat narasi kayak gitu! >:"(
Eh eh!? Iya deh aku salah.. Riku jangan nangis ok. Lagian Tenn juga ga masalah tuh, banyak reader yang senang kok Tenn sengsara, iya kan Tenn?
Tenn: iya itu bener-- matte. Maksud lu apaan hah?!
Lah? Aku kan nanya pendapat mu.
Tenn: sialan. Sini lu! *Ngejar Anggun*
*Kabur.
Kuon: baiklah Minna-san. Silahkan vote dan komen, Kritik ataupun saran juga tidak apa-apa. Mau hajar Tenn-san pun silahkan.
Arme: BYE BYE(。•̀ᴗ-)✧
Kok kalian disini sih--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top