Aku Dan Dia :: AmikoRizuka
SONG: We Are Never Ever Getting Back Together oleh Taylor Switf
........................................................................................................................
"DENGERIN aku dulu, please," dia meminta kepadaku sekali lagi. Dengan seraut wajah yang begitu memelas. Aku tak peduli! Hatiku sudah tak selunak dulu! Aku sudah mengeraskan hatiku untuknya!
"We are neve ever getting back together!" bentakku murka.
Aku membencinya. Aku membenci dia, sosok yang selama ini kupuja, kucintai sepenuh hati, kukasihi, dan kucurahkan perhatian penuh kepadanya. Aku sudah membencinya. Terlalu membencinya sampai-sampai aku tak bisa membuka pintu maaf lagi.
"Baby, I miss you and I swear I'm gonna change, trust me," ucapnya, dengan tangan yang saling menangkup dan raut meminta belas kasih.
Tidak. Aku tidak akan luluh lagi kali ini. Tidak lagi. Tidak akan. Tapi aku tak sanggup. Aku akhirnya menangis.
"B-berapa lama? Berapa lama kau... begini?" tanyaku dengan bibir yang bergetar dan air mata yang sudah tumpah ruah.
Dia diam. Dia tak menjawabku. Aku hanya ingin kejelasan, jika memang penjelasan yang dia inginkan. Aku akan dengarkan dan aku tetap akan meninggalkannya.
"Jawab! BERAPA LAMA?" aku mulai berada di puncak amarahku. Persetan dengan wajahku yang sudah semengerikan apa. Aku hanya ingin tahu. Aku hanya ingin kejelasan. Agar aku tak ragu lagi untuk membencinya.
"Sudah lama," lirihnya.
Aku mendesis. Menatapnya dengan tatapan hina. "Selama apa? Selama ini? Selama bersamaku? Atau apa?" interogasiku lagi. Suaraku sudah meninggi. Tidak ada lagi aku yang lembut. Tidak ada lagi aku yang peduli padanya.
"Selama ini," jawabnya.
Aku hanya bisa membelalak tak percaya. Dia bercanda, 'kan? Selama ini dia bilang? Selama ini dan dia malah bersamaku?
Aku merasa sangat jijik sekarang. Ini semakin menjijikkan. Perutku rasanya bergejolak dan ini sangat memuakkan. Aku mual sekali.
"Kau bergurau! Selama ini? Kau menjamah tubuhku, kau menciumku, kau menyentuhku, tapi kau juga menjamahnya, menciumnya, dan menyentuhnya di belakangku? Bajingan sekali!?" bentakku nyalang. Aku sangat murka. Ini benar-benar menyakitiku. Membuatku jijik, mual, dan marah.
Aku membencinya. Aku sudah membencinya sekarang.
"Aku minta maaf. Aku akan memperbaikinya. Kita bisa memulainya, lagi, 'kan? Aku akan berubah," rengeknya lagi.
Aku hanya bisa mendengus muak. Aku sudah jijik. Aku benar-benar membencinya. Tidak ada lagi kesempatan untuknya. Tidak akan pernah setelah apa yang ia perbuat kepadaku.
"I just, I mean this is exhausting, you know, like, We are never getting back together. Like, ever," jawabku santai, sembari menilik tajam ke arahnya.
"Aku mohon. Aku akan berubah. Aku akan menjadi lebih baik lagi...," pintanya makin merengek dan itu semakin membuatku merasa bahwa dia sangat menjijikkan. Ia malah menarik tanganku dan menggenggamnya.
"I say, "I hate you," we break up!" tegasku, lalu melepas genggaman tangannya dengan kasar.
"Dengar!" ucapku dengan jari telunjuk yang mengarah tepat dihidungnya. Napasku tersengal, menahan tangis dan amarah. "Kita tidak akan pernah bersatu lagi. Ingat itu!" lanjutku. "Kenapa? Karena kamu berselingkuh!" tambahku.
Kulihat wajahnya sudah memucat. Keringat nampak berselancar diwajah tampannya. Dia terlihat begitu... frustasi?
Aku sudah tidak punya belas kasih lagi untuknya. Dia sudah sangat-sangat menyakitiku. Terlalu menghancurkanku.
"Kamu selingkuh! Selingkuh dengan kakakku sendiri!" aku makin membentak. Aku sangat-sangat kecewa. Aku sangat kesal dan rasanya aku ingin sekali mencakarnya, memakinya, mematahkan lehernya. Aku sangat-sangat membencinya. "Terlebih... kakakku itu seorang lelaki! Kau gay! Dasar gay tak tahu diri! Kau memacari aku dan kakakku! Kau menyentuh kakakku, lalu kau menyentuhku? Kau menjijikkan! Sangat menjijikkan!" aku memaki sembari memukuli dada bidangnya. Dada yang selama ini memelukku dengan hangat. Dada yang selama ini membuatku tenang dan merasa terlindungi. Sekarang aku membenci dada ini! Dia membagi dirinya untukku dan kakakku. Dia benar-benar jahat!
"Aku minta maaf," hanya itu yang bisa ia lirihkan.
"Aku membencimu. Aku sangat membencimu. Terlalu membencimu."
Aku hanya bisa terus menangis dan berjalan pergi.
***
END. Banjarmasin, 11 Mei 2015
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top