Scabious

Judul lagu: Tenda Biru
Penyanyi: Desi Ratnasari
Tahun rilis: 1996

Tak sengaja lewat depan rumahmu
Kumelihat ada tenda biru

Kepulangan Adam setelah tiga tahun merantau di luar kota disambut dengan sebuah hal mengejutkan. Di depan rumah kekasihnya telah terpasang tenda berwarna biru yang dihias dengan tirai berwarna putih yang dipadukan dengan hiasan bunga di beberapa bagian.  

Jantungnya berdebar kencang menyaksikan semua itu, berbagai spekulasi memenuhi benak. Wajahnya seketika memucat dengan tubuh yang terasa kaku untuk digerakkan.  

"Pak, berhenti di sini saja," ucap Adam dari kursi penumpang. 

Sopir taksi yang membawanya hanya mengangguk sekilas, kemudian menepikan mobil ke tepi jalan. Adam pun segera turun dan mengambil barang bawaannya, tak lupa membayar ongkos pada sang sopir yang telah mengantar. 

Dihiasi indahnya janur kuning
Hati bertanya pernikahan siapa

Adam terdiam untuk beberapa saat. Manik cokelatnya berubah sayu ketika menangkap janur kuning yang melengkung indah di pintu masuk. 

Siapa yang menikah? Kak Danu atau 
Tania?

Ketika nama Tania terlintas, dadanya  terasa sesak, seolah ada ribuan batu besar yang menyumbat di sana. Ia menarik napas berkali-kali dan mengembuskannya perlahan, berusaha menenangkan diri. 

"Enggak mungkin, Dam. Tania sudah janji akan menungguku pulang, tetapi bukankah Kak Danu telah menikah bulan lalu?"  

Adam ingat ketika sang ibu menelepon terakhir kali dan mengatakan bahwa Danu—calon kakak iparnya—telah menikah bulan lalu. Jadi, pemuda itu tidak mungkin menikah untuk kedua kalinya, bukan? 

Tak percaya tapi ini terjadi
Kaududuk bersanding di pelaminan

Tanpa pikir panjang, pemuda bertubuh jangkung itu menerobos masuk. Kehadirannya dengan masih menenteng koper, mengundang perhatian seluruh tamu undangan.  Tak terkecuali kedua mempelai, terutama Tania—sang mempelai perempuan. 

Adam terpaku di tempat dengan tangan kiri yang mengepal kuat di sisi tubuh dan mata yang terpejam

erat. Andai otaknya tak lagi berfungsi, bisa dipastikan ia akan melangkah maju dan menyeret sang kekasih untuk diajak pergi. Namun, ia masih cukup waras sehingga semua itu hanya tersimpan dalam benak. 

Kenapa, Tan? Kenapa harus seperti ini?   

Di depan sana, Tania tak kalah terkejut. Perempuan bertubuh mungil itu hanya mampu menunduk tanpa berani menatap Adam yang tampak kecewa. Ia memang mencintai Adam, tetapi sebelum mengenal Davian yang kini telah berstatus sebagai suaminya. 

Maafkan aku, Dam. Aku tak pernah bermaksud melukaimu, tetapi ini memang yang terbaik untuk kita berdua, bisik Tania dalam hati.

Tania bukan tak setia, hanya saja hatinya tak sanggup jika hanya diminta menunggu tanpa kepastian. Dijanjikan pernikahan, tetapi tak pernah ada pembahasan lebih lanjut tentang kapan akan terlaksana. Tiga tahun, ia sudah sabar menanti. Namun, tak pernah mendapat pasti kapan semua itu terealisasi. 

Air mata jatuh tak tertahankan
Kaukhianati cinta suci ini

Adam menggigit bibir bawahnya, dengan tangan kanan yang mengusap wajah. Pipinya tampak basah karena air mata yang menganak sungai. Beberapa tamu menatap pemuda beralis tebal itu dengan iba. Pasalnya, sebagian dari mereka tahu bahwa ia merupakan kekasih Tania. 

Adam masih bergeming karena cukup syok dengan apa yang terjadi. Malam nanti, ia berencana memberi kejutan pada Tania dengan datang membawa rombongan keluarga untuk melamar. Maka dari itu, ia tak memberi kabar tentang kepulangannya. Namun, justru dirinya yang lebih dulu diberi kejutan besar nan menyakitkan. 

Pemuda itu pada akhirnya naik ke pelaminan untuk menghampiri kedua mempelai pun keluarganya. Ia menjabat tangan mereka satu per satu dengan senyum yang tampak dipaksakan. Namun, langkahnya terhenti ketika berhadapan dengan Tania. 

"Tan, selamat atas pernikahan kalian. Namun, aku punya satu pertanyaan yang harus kaujawab," lirih Adam.

Mendengar pernyataan Adam, Tania mendongak. Perempuan itu menoleh pada Davian, yang langsung mendapat anggukan dari suaminya itu. 

"Tanyakan apa pun yang ingin kauketahui. Aku akan menjawab semuanya. Namun, setelah itu kuharap kau tak lagi menggangguku," tegas Tania.

"Baik. Aku hanya ingin tahu kenapa kamu mengkhianati cintaku?  Padahal aku tak pernah melakukan itu sekalipun hanya dalam pikiran." 

"Aku sudah memberimu kesempatan selama tiga tahun terakhir ini, tetapi tak kaumanfaatkan. Kau hanya menjanjikan tanpa pernah memberikan kepastian." 

"Hatiku tak lagi bisa menerima janji yang tak pernah terealisasi. Ketika Mas Vian datang menawarkan kepastian, aku tak punya alasan untuk menolak." 

Adam menunduk, menyadari kebodohannya sendiri. Ia tak pernah berpikir bahwa Tania akan berpaling karena yakin bahwa telah mengikat perempuan itu dengan janji untuk setia. Namun, kenyataannya semua janji itu memang tiada artinya. 

Tanpa undangan diriku kaulupakan
Tanpa putusan diriku kautinggalkan

Adam sakit hati karena merasa dikhianati. Ia tak akan sesakit ini, seandainya Tania memberi kejelasan tentang hubungan keduanya. Namun, perempuan itu memilih diam dan mengambil keputusan sepihak. Jangankan mengirim undangan, sekadar mengirim pesan penjelasan pun tak dilakukan. Ia benar-benar dianggap tak pernah hadir dalam kehidupan Tania. 

Tanpa bicara kaubuat kukecewa
Tanpa berdosa kaubuat kumerana

"Kenapa kau tak pernah bicara padaku bahwa telah menyerah untuk memperjuangkan cinta kita?" Kali ini nada bicara Adam terdengar dingin.

Tania terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Sejak mengenal Davian, ia telah sepenuhnya melupakan Adam. Andai pemuda itu tak hadir, bisa dipastikan memori  tentang pemuda itu telah terhapus sempurna dari ingatan dan hatinya. 

"Maaf, Dam. Aku benar-benar telah  melupakanmu tanpa ada satu pun kenangan yang tersisa. Kau hanya memberi janji tanpa pernah menepati, sedangkan Mas Davian datang membawa bukti." Tania meraih tangan Davian dan menggenggamnya erat. 

Davian hanya tersenyum sekilas, tak pernah berniat untuk ikut campur ke dalam masalah istrinya dan sang mantan. Bukan tak peduli, tetapi ia percaya bahwa masalah itu bisa diselesaikan dengan baik oleh Tania. Satu hal yang harus diberikan, hanyalah kepercayaan. 

Ku tak percaya dirimu tega
Nodai cintai khianati cinta 

Mendengar jawaban Tania, Adam  hanya mampu tersenyum pilu. Tak ada pilihan baginya, selain mengikhlaskan. Toh, Tania telah berstatus sebagai istri orang. Tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk memperjuangkan cintanya kembali. 

Aku tak pernah menyangka, setega ini kau memperlakukanku. Dulu, kaumemintaku untuk tidak meninggalkan. Namun, nyatanya justru dirimu yang meninggalkan.

Adam memilih berbalik pergi, tak ada gunanya ia tetap ada di sana. Kekasihnya telah menodai dan mengkhianati cinta yang telah ia rawat dengan baik. Menabur racun pada pohon-pohon cinta yang baru bersemi sehingga semuanya perlahan layu dan mati. 

Usai berhasil keluar, Adam merogoh saku bajunya. Mengambil kotak beludru berwarna biru yang berisi sepasang cincin yang telah disiapkan untuk melamar Tania. Ditatapnya cincin itu cukup lama, sebelum akhirnya dilempar ke sembarang arah. 

-Tamat-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top