Vanillatteca » Luka yang Terlalu Dalam
Separuh jiwaku pergi ~ Anang Hermansyah
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Aku hanya dapat terdiam di balik pohon. Melihat dan mendengarkan semua ucapan mereka. Tanpa sadar, bulir demi bulir air mataku jatuh. Sungguh ..., hatiku bagai tertusuk ribuan jarum dan teriris ribuan pisau. Sakit. Perih.
Dengan berderai air mata, aku berlari meninggalkan tempat terkutuk itu. Berada di sana, hanya akan membuat hatiku lebih hancur. Entah di mana aku berada sekarang, kakiku terus berlari dan pikiranku kosong. Gairah hidupku telah sirna, andai Tuhan mau mengambil nyawaku sekarang, akan aku berikan dengan hati yang ikhlas.
Tiba-tiba, pandanganku mulai kabur dan semua gelap.
***
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Terlihat beberapa orang mengelilingi tempat tidurku termasuk dia.
"Yang, kok kamu bisa pingsan di dekat taman sih? Untung aku yang nemuin kamu," ucap mulut manisnya. Andai dia tidak menghianatiku, mungkin itu terdengar benar-benar manis dan tulus.
"Yang...," panggil dia untuk kesekian kalinya.
"PERGI!" teriakku dengan keras, membuat semuanya terlonjak dan mulai pergi satu per satu termasuk dia.
Kini, kamarku benar-benar kosong, hanya ada aku yang tengah meringkuh. Ini benar-benar sakit, ini di luar dugaanku.
Separuh Jiwaku Pergi
Memang indah semua
Tapi berakhir luka
Kau main hati dengan sadarmu
Kau tinggal aku
Airmataku turun dengan deras, aku tak mampu lagi. Keindahan itu telah lenyap dan berganti luka yang begitu dalam. Kau lebih memilih untuk pergi dengan yang lain dan meninggalkan aku begitu saja.
Benar ku mencintaimu
Tapi tak begini
Kau khianati hati ini
Kau curangi aku
Aku memang mencintaimu. Sangat mencintaimu. Tapi, aku tak mau di perlakukan seperti ini. Aku tak mau dikhianati, rasanya begitu sakit sampai ke dalam relung hatiku.
Kau bilang tak pernah bahagia
Selama dengan aku
Itu ucap bibirmu
Kau dustakan semua
Yang kita bina
Kau hancurkan semua
Masih teringat jelas di benakku tentang ucapnya kepada gadis itu. Kau berkata seolah aku mimpi buruk bagimu. Kau merubah segalanya dengan kebohongan-kebohongan yang memilukan hatiku. Kini ..., semua sudah hancur, tak adalagi yang tersisa.
Aku memandang silet yang berada di gengamanku, tanpa ragu aku memotong nadiku. Rasa perihnya hatiku mengalahkan rasa perih di tanganku. Aku terus menangis hingga akhirnya benar-benar gelap.
"Selamat tinggal dunia."
~
• END •
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top