briggita_brillianti » Bila Cinta Tak Lagi Untukku

Menyesal ~ Ressa Herlambang

-------------------------------------

Pria yang membuatku jatuh kehatinya dengan segala sifat dan rupanya, Vigo, namanya. Lelaki yang terkenal akan kebisaannya disegala bidang dan sifat baiknya yang selalu ia lakukan pada siapapun. Aku selalu ingin bersamanya setiap waktu bahkan setiap detik. Perkenalan yang tak pernah terduga itu, bisa membawaku sampai saat ini, memilikinya dalam status pacaran.

Dialah yang selalu menasehatiku saat aku mengalami masalah. Mendengarkan segala ceritaku. Membuatku menjadi lebih baik dari sebelumnya, caranya memperlakukanku sama seperti keluargaku, sungguh membuatku lebih mengaguminya lagi dan aku bersyukur bisa mengenalnya.

Taman kota ini adalah salah satu tempat yang sering kami kunjungi, sekedar melepas kepenatan dan berbagi pengalaman. Kemerlap lampu dengan berbagai warna serta bunga-bunga indah menjadikan taman ini ramai dikunjungi orang, ditambah lagi dengan deretan bangku yang tersedia di sini. Anak-anak terlihat riang menikmati taman kota ini dengan segala jenis permainannya, seperti yang ada di taman kanak-kanak. Hembusan angin sore menemaniku menantikan Vigo.

"Vivi, lo udah dari tadi nunggu gue?" tanyanya saat berada di sampingku.

"Nggak kok, santai aja."

Ekspresi bahagia terpancar dari wajah kami, beginilah saat kami saling bertemu. Disela-sela perbincangan kami, Vigo menanyaiku, "Dari tadi lo nunggu sendirian?"

"Nggak, gue kesini sama sahabat gue," jawabku sembari melihat-lihat sekitar.

Terdengar seseorang memanggilku, "Vivi ...."

"Ya? I am here."

"Gue dari tadi lari-lari nyariin lo," ujarnya dengan tergopoh-gopoh.

"Gue dari tadi di sini!" ucapku seadanya.

Kuperkenalkan sahabatku. Dara, yang hampir dua tahun menjadi sahabatku semenjak aku duduk di bangku SMA. Persahabatan kami sungguh indah bahkan lebih indah dari sebuah persaudaraan. Suka, duka, amarah bahkan perbedaan pendapat selalu mewarnai hari-hari indah yang kami lalui. Tak pernah ada sedikitpun dendam diantara kami meskipun masalah selalu menghampiri dan mewarnai hari-hari kami. Semua selalu berakhir dengan indah karena kami telah berjanji untuk tidak memendam masalah lebih dari tiga hari.

Disinilah, aku mengenalkan Dara kepada Vigo begitu sebaliknya. Setelahnya kami melanjutkan kegiatan kami, menceritakan pengalaman. Vigo terlihat tak canggung saat Dara bersama kami, begitulah Vigo, mudah bergaul. Mentari beranjak dari tempatnya, tenggelam. Waktunya bagi kami untuk kembali ke rumah masing-masing.

***Keesokan harinya***

Aku dan Vigo menghabiskan waktu istirahat bersama, kami berada dalam satu sekolah dan kami satu angkatan. Sayang, Dara tidak bersekolah di sekolah kami. Semenjak saat itu Vigo selalu menyinggung tentang Dara. Baiklah, aku kira itu hal yang wajar, mungkin saja karena mereka baru berkenalan kemarin.

"Dara memang gitu orangnya, asik sama siapa aja, makanya gue bisa tahan sahabatan sama dia," ujarku saat Vigo menceritakan Dara.

"Vi, gue pingin kita ketemu sama dia lagi, pasti lebih seru!"

Perkataanya dengan ekpresi cengiran bahagia terlukis di wajahnya, membuatku berpikir ulang apakah akan menemui Dara dengan Vigo lagi atau tidak, bukannya aku tak mau mempertemukan mereka lagi, tetapi aku takut jarak antara mereka bukan sebatas teman lagi.

Hari-hari berjalan dengan cerita yang baru serta beragam rasa pula. Semenjak hari itu aku selalu merasa gelisah karena setiap aku duduk berdua dengan Vigo yang selalu dia tanyakan hanya tentang Dara, sahabatku itu. Setiap Vigo menyebut nama Dara, matanya selalu berbinar-binar seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya ada perasaan lain yang lebih indah dalam perkenalannya tersebut. Dia tak menyadari bahwa aku sebagai kekasihnya mulai terusik dengan tingkah lakunya yang mulai berubah. Semakin lama perhatian Vigo terhadapku semakin memudar. Malah terkadang dia tersenyum sendiri saat aku tengah menceritakan hal yang serius dan membutuhkan pertimbangannya dalam persoalanku tersebut.

Aku menyadari ini semua adalah kesalahanku telah mengenalkan Vigo kepada Dara. Meski Vigo bersamaku, aku merasa seperti hanya tubuh Vigo yang bersamaku sedangkan pikirannya entah ada dimana, aku tak tahu. Kusadari betul perubahan sikapnya yang tak lagi ingin tahu apa saja kegiatanku hari ini seperti yang biasa dia tanyakan setiap bertemu denganku dahulu, sebelum dia berkenalan dengan sahabatku itu.

---

Semula ku tak yakin

Kau lakukan ini padaku

Meski di hati merasa

Kau berubah saat kau mengenal dia

Bila cinta tak lagi untukku

Bila hati tak lagi padaku

Mengapa harus dia yang merebut dirimu

Bila aku tak baik untukmu

Dan bila dia bahagia dirimu

Aku kan pergi meski hati tak akan rela

Terkadang ku menyesal

Mengapa ku kenalkan dia padamu

--

Hatimu tak lagi sepenuhnya kau berikan padaku, kebahagiaanmu tak lagi seperti dulu saat kau belum mengenalnya, aku bukan lagi Vivi yang bisa menemanimu setiap saat, kau kini tak jarang terlihat bersama Dara. Aku harus menyudahi hubungan ini setelah aku mempertimbangkan dengan matang dan dengan kepala dingin, walau aku tak bisa merelakan semua ini. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti mencintai Vigo dan melepaskannya untuk bebas memilih siapapun yang ingin ia jadikan sebagai kekasihnya dan yang bisa membuatnya bahagia.

END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top