Arloji » Permen Lemon dan Perpustakaan
Grenade ~ Bruno Mars
• • • • • • • • • • • • • • • • •
Easy come easy go, that's just how you live
Oh, take, take, take it all but you never give
Should've known you was trouble from the first kiss
Had your eyes wide open, why were they open
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Aku pun tidak tahu apa yang ada di dalam kepala dan hatimu. Aku bukan seorang peramal atau tukang sihir. Dan tidak berniat menjadi salah satu atau keduanya. Angin sejuk berhembus dari pendingin ruangan, menenangkan. Hanya ada tiga orang di dalam perpustakaan malam ini. Satu penjaga, dia, dan aku. Rak-rak buku yang semuanya sampai langit-langit itu begitu besar, raksasa penguasa ruangan ini. Tapi aku tidak takluk padanya, aku patuh pada sosok laki-laki yang sedang diam membaca buku ketika aku duduk menatapnya dari samping sambil menghisapi permen lolipop.
Ini adalah malam ke sembilan puluh aku sengaja mengunjungi perpustakaan pada jam malam. Bukan karena apa-apa, aku hanya rindu. Sehabis makan malam Alfa akan datang ke perpustakaan kampus, mengambil buku di sembarang rak kemudian duduk di tengah ruangan. Aku sudah duduk manis di sebelah kursi kesukaannya, bersama setangkai permen yang baru kubuka. Selama tiga jam lelaki pintar itu akan diam membaca buku dan aku bercerita sambil berbisik-bisik tentang ini itu. Setelah diahabiskan satu buku, aku pun selesai menceritakan kisahku hari itu. Alfa pulang dan aku masih duduk menghabiskan permen ke duaku.
Dia membaca buku puisi, entah buatan siapa aku tidak peduli. Asamnya rasa lemon sekali-sekali kukecap dari permen lolipop. Aku mulai bercerita tentang hari ini, dimulai dari aku yang melihat ada mahasiswa ngompol di gerbong kereta, pelajaran dari dosen di siang hari, ditambah lagu-lagu rock yang aku dengar di sore hari, semuanya aku ceritakan ditemani keasaman lemon. Dia masih membaca buku puisinya dalam diam. Saat aku sedang menceritakan lagu yang diputar radio tadi sore, kulihat dia sedang membaca puisi terakhir dalam buku. Kakiku mengetuk-ngetuk menunggu, apakah malam ini dia akan langsung pulang seperti biasanya, atau tidak.
Lalu dia menutup buku yang dibacanya, tapi sebelum dia berbalik dan meninggalkan buku di atas meja, aku menggenggam tangannya.
Aku sendiri pun bingung mengapa aku bisa seberani ini.
"Alfa, pulangnya barengan saja," sambil menunduk aku bicara begitu. Aku bisa rasakan dia menoleh dan menatapku. Bukannya membalas ajakan itu, dia malah melepaskan peganganku dari tangannya dan berlalu begitu saja.
"Eh, Alfa, tunggu dulu," aku memanggilnya sekali lagi. Seperti kesal dia menoleh lagi. "nih pake, ujan soalnya," kataku sambil menunjuk ke arah jendela dimana sesekali cahaya berkilat.
Gave you all I had and you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause
What you don't understand is
I'd catch a grenade for ya
Throw my hand on a blade for ya
I'd jump in front of a train for ya
You know I'd do anything for ya
oh oh oh oh oh
Aku lagi-lagi harus duduk sendirian sambil menghabiskan permen susu. Penjaga perpustakaan sudah selesai beres-beres, dia akan segera mengambil jaket kulitnya di ruang istirahat dan pulang ke rumah. Aku buru-buru mengunyah permen lolipop yang tinggal sedikit, lalu menyelip di antara pintu yang dibukakan Ibu Pejaga Perpustakaan.
"Selamat malam, Bu," sapaku cepat dan langsung berlari menerobos hujan.
Aku tahu, di kotak sampah pojok kanan pasti ada payungku
yang kuberikan untuk Alfa tadi.
I would go through all this pain
Take a bullet straight right through my brain
Yes, I would die for you, baby
"Nata, ngapain sih ke perpus tiap malam?" Hani sudah berkali-kali bertanya padaku, tapi aku akan tetap menjawab dengan jawaban yang sama.
"Nemenin Alfa baca buku," ujarku sambil mengunyah roti ayam.
"Nata, tinggalin aja deh cowok itu, pacar macam apa.." yang nyuekin terus kaya gitu, "yang nyuekin terus kaya gitu," tuh kan benar, aku sudah hapal.
"Pacar macam Alfa. Bye, Han, aku ada kelas kalkulus!" aku memeluk Hani si gempal erat-erat lalu berlari menuju kelas.
But you won't do the same
"Alfa, ngapain sih ke perpus tiap malam?" Tio sudah berkali-kali bertanya padanya, tapi dia akan tetap menjawab dengan jawaban yang sama.
"Baca buku," ujarnya sambil menyeruput kopi hangat.
"Terus Nata? Lo cuekin aja? Dih cewe hiperaktif kaya dia putusin aja kali, Al, gak asik."
"Biarin, dia cantik dan naif," katanya sambil terkekeh. Tio ikut tertawa dan geleng-geleng kepala. Dasar Alfa.
Sekarang aku menyesal bisa mengetahui isi pikrian dan hatimu, meski aku tetap bukan peramal dan tukang sihir.
~
• END •
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top