You Raise Me Up - Westlife
Persembahan dari Queen nuristiqamahapbz
--
Seseorang berpakaian merah jambu sedang berada di ruangan tertutup 5 x 5 m 2 . Dia sibuk menata buku dan perlengkapan menulis lainnya. Dia butuh waktu yang sangat lama untuk diselesaikan semuanya. Tangan mungilnya memang sedang merapikan, tetapi pikirannya sedang tidak fokus--termenung.
Sesekali dia memandang ke arah rumah tetangga, memandangi beberapa anak kecil yang mandi hujan-menari, berlompat, bahkan menampakkan senyum lebar di bibirnya. Mereka sangat bahagia menikmati hidup yang dijalani, seperti tidak ada kesedihan. Sama seperti hujan yang begitu bahagia Berbagi air kehidupan ke ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Dia pun mulai merintih dan mengusap air mata.
Saya tidak ingin membuat hari saya selalu seperti ini. Tidak ada semangat yang mampu membangkitkan jiwa saya kembali. Kejadian yang tidak pernah saya impikan, mengapa harus terjadi pada diri saya? Dan mengapa kejadian itu terlalu lama terekam dalam memori? Sungguh mengecewakan. Dia melanjutkan kalimatnya.
"When I am down, and oh my soul so weary. When troubles come and my heart burdned be."
Begitulah ucapnya sambil mengangkat kedua tangan seraya curhat kepada Yang Maha Esa. Menceritakan rasa yang membuatnya menjadi terpuruk, sedih, dan merasakan jiwanya yang tidak mampu menikmati hidup.
Silih berganti persoalan dalam hidupnya mulai bermunculan. Dia hanya mampu menjalani apa yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik. Hatinya tentu mulai terbebani dan tidak mampu berpikir jernih. Kacau.
Banyak hal yang seharusnya bisa membangkitkan semangatnya yang sudah mulai lengah, tapi keadaan sangat berbeda, terlebih lagi pada dirinya yang sudah sangat rapuh. Begitu sulit baginya untuk menerima keadaan saat ini. Seperti sedang berada dalam sangkar yang luas, tapi tidak tahu ingin berbuat apa. Hanya terdiam dan termenung. Berpikir yang tidak jelas, sekadar membuang-buang waktu.
"Tuan kecil, kenapa lagi? Jangan meratapi sesuatu yang sudah terjadi, Tuan," kata Hado-pengasuhnya yang berdiri di pintu kamar memandanginya yang tengah khusyuk.
Dia yang mendengar suara itu menghampiri Hado dan memeluknya erat. Isak tangis tidak mampu terbelenggu. Hado yang berusaha menenangkan pun memeluk balik dirinya.
"Tuan bukan anak kecil lagi. Jangan bersedih. Semua yang terjadi sudah diatur sama Allah. Kalau Tuan sedih terus, tandanya nggak terima apa yang Allah sudah rencanakan. Seseorang yang selalu sabar dan tabah menghadapi masalah, Allah pasti akan memberikan kebahagiaan," kata Hado meyakinkan.
Dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya mendengarkan semua perkataan Hado. Dia tidak ingin membuat Hado bersedih karena air matanya yang tidak bersahabat. Dia merasakan sosok Hado adalah orangtua kedua baginya. Meskipun yang dirasakannya tentu berbeda, tapi kedekatan keduanya bisa menjadi bukti jika mereka sudah seperti keluarga-layaknya anak dan ibu.
Selang beberapa menit setelah salat Maghrib di masjid dekat rumahnya. Tidak seperti biasa, dia yang selalu menunggu waktu Isya tiba, justru pulang lebih awal. Orang-orang di rumah yang tengah memperhatikannya sedang berbisik, tapi dia mengacuhkan mereka.
Dia tetap saja berjalan kecil menuju kamarnya. Tanpa sekat, dia berbaring sambil menatap langit-langit di ruangan yang kini ditempatinya. Ruangan yang berwarna abu-abu dipadukan dengan merah jambu, dilengkapi AC dan tanglung yang menghiasi seisi ruangan-terlihat sangat unik.
Malam itu, dia tidak tahu ingin berbuat apa, seketika saja dia mengambil android miliknya di bawah bantal. "Then I am still and wait here in the silence. Until you come and sit awhile with me. -Westlife." Dia mengetik di kolom 'ketik status' pada aplikasi WhatsApp.
Beberapa detik kemudian, silih berganti teman-temannya memberikan kalimat penyemangat sebagai balasan dari story yang dibuatnya. Mereka sangat tahu apa yang sedang dirasakan temannya saat ini. Kalau saja mereka merasakan hal yang sama dengannya, tentu tidak mampu dijalani. Sungguh mengharukan.
Apa yang ingin diungkapkannya, sudah mewakili perasaannya melalui potongan lagu yang dipublikasikan. Kemudian saya masih menunggu di sini tanpa suara-diam. Sampai kamu datang dan duduk sebentar bersamaku, begitulah makna lagunya. Dia hanya membalas pesan dari teman-temannya dengan balasan singkat, "Terima kasih sudah memberikan semangat baru untuk saya."
Diam-diam, ada yang memperhatikan story-nya. Tanpa memberi balasan, layaknya yang lain. "Semoga kamu yang di sana tetap kuat menghadapi semua. Allah bersamamu, karena kuyakin, kamu kuat, kamu bukan orang yang lemah dan memberontak," kata seseorang yang masih memandangi potretnya di profil WhatsApp.
Kesedihan kembali menyelimuti. Tanpa sengaja memandangi potret yang terpampang rapi di dinding kamar-dekat meja belajarnya. Dia salah satu di antaranya. Potret itu tepat di depan pandangannya saat ini.
You rise me up, so I can stand on mountains. You rise me up, to walk on stormy seas.
Kalimat itu berulang kali diucapkannnya sambil memandang tajam potret tersebut. Kalimat itulah yang sering dinyanyikan bersama, sudah seperti lagu kebangsaan. Meskipun orang-orang yang berada di potret tersebut hanya menjadi kenangan baginya untuk saat ini dan masa depan.
"Kalian pernah berjanji, saat saya ingin menggapai mimpi, kalian akan selalu memberi semangat dan mendukung saya untuk mewujudkan semuanya. Tapi bagaimana dengan saat ini? Kalian jahat." Derai air mata yang tak mampu berhenti, dia mulai menyeka. Namun, dia memberontak dan melempar semua benda di kamarnya. Hancur dan berantakan.
"Bagaimana bisa saya berada di tempat yang tinggi tanpa kalian? Bagaimana pula saya menerjang badai yang begitu kencang? Semua akan menjadi sia-sia. Saya tidak mungkin bisa mewujudkan mimpi itu, seperti janji kita bersama," ucapnya sambil mengeraskan suara dan menutupi wajahnya dengan bantal, posisi tubuh seperti sedang bersujud.
Suaranya nyaring terdengar sampai pada seluruh penjuru ruangan di rumahnya. Hado beserta orang-orang yang berada di rumah itu terkaget dan mencari sumber suara. Kedua kalinya, mereka menebak asal suara itu berasal dari kamar yang berada di pojok sana. Mereka kemudian berlari ke sana untuk memastikan kalau Faith baik-baik saja.
"Tuan ... Tuan baik-baik saja?" kata Hado sembari mengetuk pintu.
Tanpa jawaban, hanya ada teriakan yang semakin kencang membuat Hado dan lainnya merasa ketakutan. Mereka membayangkan apa yang terjadi dan segera mencari solusi. Hado mengintip dari ganggang pintu.
"Apakah Tuan sedang bermimpi?" tanya Hado pada yang lain.
"Kalau bermimpi, kenapa suaranya begitu nyaring terdengar saat berteriak?" jawab yang lain.
"Terus? Suara tadi asalnya dari mana?" tanya Hado kembali.
Kebingungan mereka tentu belum ada jawaban. Karena tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Mereka berlari menemui orang tersebut yang mereka yakini adalah tuan rumah mereka.
"Kalian kenapa seperti orang yang sedang panik?" tanya Madinah.
Hado pun menjelaskan kejadian yang membuat mereka panik. Mereka ikut merinding mendengar cerita tentang anaknya yang ditinggal satu bulan lamanya karena pekerjaannya yang terlalu padat.
"Kalau begitu, mari kita cek sama-sama," ajak Burhan.
Mereka pun mengikuti langkah kaki Burhan sambil menenteng koper bawaan. Sesampainya di depan kamar anaknya, Burhan dan Madinah memperhatikan anaknya yang baik-baik saja, tidak seperti yang Hado ceritakan. Mereka serentak mengatakan, "Tidak ada apa-apa, mungkin kalian salah dengar."
Mendengar suara orangtuanya, dia pun terbangun. Dia perlahan memandangi wajah orangtuanya sedikit tidak percaya. Tangannya yang mulai gemetar seperti sedang menggigil, matanya yang berkaca-kaca, dan wajah pucat, meyakinkan orang-orang yang memandanginya berpikir bahwa sudah terjadi apa-apa.
"Astaghfirullaahal 'adzhiim. Ayah, Ibu, I am strong, when I am on your shoulders. You rise me up. To more than I can be." Mendengar ucapan anaknya, mereka terharu dan memeluk erat.
"Ibu tadi sempat lihat story Faith beberapa jam lalu. Tetap sabar, Nak. Siapa saja yang bernyawa, pasti akan meninggal. Waktu dan tempatnya masih Allah rahasiakan," kata Madinah memandangi Faith penuh makna.
"Jangan bersedih, Ayah sama Ibu ada di sini. Tidak akan kemana-mana lagi, Nak," kata Burhan menenangkan anaknya.
Kini, dia berusaha tegar atas meninggalnya orang-orang terdekatnya saat mengadakan perkemahan bersama di hutan yang dekat dari sungai. Saat itu, mereka tengah bermain dan duduk bercengkerama. Namun nahas, beberapa temannya justru tidak mampu menyelamatkan diri dari derasnya air sungai.
Sore tadi, dia memperhatikan anak kecil yang sedang mandi hujan. Membayangkan dirinya bersama sahabat-sahabatnya merasakan kebahagian bersama.
----
Sumber lagu:
You Rise Me Up - Westlife
When I am down, and oh my soul so weary
When troubles come and my heart burdened be
Then I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me
You rise me up, so I can stand on mountains
You rise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You rise me up. To more than I can be
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top