..: Bab 8 :..

Ainsley tidak bisa merasa selega saat ini ketika melihat Hector berada di bibir pintunya. Dia menghela napas panjang dan senyum lebarnya terukir untuk sejenak sebelum rona merah merambati wajahnya.

Ainsley berdeham. Membersihkan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa dipenuhi oleh gumpalan tidak menyenangkan.

"Hec-"

"Mengapa kau berdiri, Lass?" geram Hector kesal.

Aisnsley memiringkan kepalanya bingung. Semakin bingung ketika dengan langkah lebar Hector mendekatinya. Menarik lengannya dan membuatnya duduk di tempat tidurnya.

"Apa yang kau lakukan?!"

Hector melotot. "Seharusnya itu yang aku tanyakan. Apa. Yang. Kau. Lakukan. Lass?"

Ainsley tidak mengerti mengapa Hector harus semarah ini. Padahal yang dia lakukan hanyalah berdiri di samping jendela dan menatap keadaan luar sebelum Hector masuk. Ataukah dia mengira...

"Kau kira aku akan kabur?" pekik Ainsley.

Hector masih melotot kepadanya. Kedua tangannya bersedekap di depan dadanya. Tatapannya memicing seolah sedang menguliti isi pikiran Ainsley dan semua itu membuat gadis itu menjadi tidak nyaman.

Ainsley bergerak gelisah di tempatnya. Memandang ke segala arah terkecuali tempat Hector berdiri yang menatapnya dengan intens.

Tahu bahwa reaksi dirinya mungkin sudah terlalu berlebihan, Hector menghela napas. Berusaha untuk meredam kemarahan yang tiba-tiba muncul saat melihat Ainsley yang berdiri. Demi Tuhan. Wanita itu baru saja sadar dan dia sudah berkeliaran dan bukannya mengistirahatkan tubuhnya.

Ingatkan dirinya untuk mengikat wanita itu di tempat tidur nantinya!

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Hector dengan tatapan yang masih melekat erat. Enggan untuk memalingkan wajahnya barang sejenak.

"Aku... Uh... baik-baik saja," jawab Ainsley ragu. Kedua tangannya saling mengenggam di atas pangkuannya. Dia kembali resah atas sebuah pemikiran yang melandanya. "Apakag dia ada di sini?"

"Siapa?"

"Dia. His Lordship," bisik Ainsley tidak yakin.

Hector termangu untuk sesaat. Menimang bahwasanya saat inilah kesempatannya untuk berkata jujur. Selanjutnya, suka atau tidak, Hector bisa dengan mudah membawa Ainsley ke Mansionnya.

"Ayahku. Marquest of Huntly. Dia ada di sini kan?" Tanya Ainsley lagi. "Apakah... Apakah kau tidak apa-apa?"

Hector mengerjap sekali.

"Maksudku... Kau orang baik karena menolongku berkali-kali... Tetapi kenyataan bahwa kau seorang penculik dan bisa saja sesuatu terjadi kepadamu, itu membuatku tidak enak hati, Tuan. Aku tahu apa saja yang bisa ayahku lakukan kepadamu," jelas Ainsley.

Hector masih bergeming ketika Ainsley bergerak gelisah di tempatnya. Sementara itu, melihat Hector yang diam di depannya membuat gadis itu mulai gusar.

"Kau harus secepatnya pergi dari sini jika yang kutanyakan tadi benar adanya. Dan... Uh, aku akan melupakan apa yang terjadi sebelumnya serta mengirimimu uang. Aku tidak akan melanggar janjiku."

"Kau pikir ini semua mengenai uang?"

Ainsley mengangguk dan menggeleng dengan cepat. Ia menjadi tidak yakin ketika mengingat kepeduliaan Hector kepadanya. Namun untuk hal itu, adalah hal yang sangat-sangat salah. Dia sudah bertunangan dan mengingat bahwa tubuhnya tidak lagi suci, Ainsley mungkin harus meminta pembatalan pertunangan itu. Kemudian, jika ayahnya marah dan tidak mengakuinya sebagai putrinya, dia bisa melanjutkan perjalanannya ke daratan Amerika.

"Kau pikir semua itu karena uang?!" sentak Hector lagi dan kali ini membuat Ainsley terkejut.

Melihat raut wajah Ainsley yang berubah membuat amarahnya surut. Hector harus berulang kali mengingat bahwa Ainsley baru saja sadar setelah pingsan selama dua hari.

Suara ketukan dan pintu yang terbuka lalu terdengar. Gumaman yang mengatakan bahwa makanan untuk Ainsley telah siap lalu terdengar dan Hector mengangguk kepada pelayan tanpa mengucapkan apapun.

"Makan dan kita akan bicara setelahnya." Putus Hector cepat dan ia langsung keluar dari kamar Ainsley. Meninggalkan Ainsley yang kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.

"Apa aku membuatnya marah?" tanyanya kepada pelayan yang masih menunggu di situ.

Tentu saja para pelayan itu tidak menjawab dan hanya menunduk. Tidak berani ikut campur mengenai masalah yang sedang Ainsley hadapi.

Dia makan dengan cepat karena tubuhnya memang membutuhkan makanan. Menjelang suapan akhirnya, kemarahan dan kebingungan tidak bisa lagi Ainsley tahan.

Pria itu telah melihat tubuhmu, Ally!

Kau ingin menolongnya untuk lepas dari kejadian ini dan yang kau dapatkan adalah kemarahannya!

Betapa tidak tahu dirinya pria itu!

Bukankah tindakannya yang semena-mena tidak bisa diterima!

Sejak kapan kau menjadi gadis rapuh yang bisa diperlakukan seenaknya!

Tekad Ainsley membara. Dia meneguk air minumnya dengan cepat sebelum dia bangkit dan keluar untuk menghadapi pria itu. Ainsley tidak bisa diperlakukan semena-mena!

***

Hector berada di istal kuda penginapan yang telah ia sewa selama mungkin saat ini. Dua hari belakangan ini benar-benar berat untuknya. Dirinya tidak menyangka bahwa perjalananya kali ini akan banyak menguras energinya. Dia bahkan merasa bahwa umurnya sudah bertambah sepuluh tahun alih-alih hanya dua hari melelahkan yang dia hadapi.

Dia bahkan marah ketika Ainsley masih menganggapnya penjahat. Apalagi ketika Ainsley mengatakan mengenai uang keparat yang tidak dia butuhkan. Kekayaannya bahkan menyaingi keturunan raja dan dirinya bisa mendirikan sebuah kerajaan kecil jika saja dia mau. Kenyataan bahwa Ainsley tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya benar-benar membuatnya gila.

Saat ini, Hector perlu menjauh sejenak darinya. Mengumpulkan segala akal sehat dan kesabarannya sebelum dia menghadapi gadis dengan surai cokelat kemerahannya. Mo Duinne.

"Kau tidak bisa marah kepadaku dan meninggalkanku begitu saja, Tuan!" Suara amarah yang nyata membuat Hector berbalik. Dia menemukan gadis itu, dengan gaun putih dan rambut panjangnya yang berkibar menatap penuh kemarahan kepadanya.

Oh God.

Apakah gadis itu tidak bisa memberinya waktu untuk sejenak?

Hector lalu tertawa. Merasa geli karena ketidakmampuannya untuk mengendalikan diri.

Tiga detik kemudian, yang pria itu lakukan adalah menghampiri Ainsley yang terlihat bingung karena suara tawanya. Bulu matanya yang lentik mengerjap indah. Dan bibir itu... Ah! Hector sudah tidak sabar untuk cepat-cepat mencicipinya.

Maka, disitulah dia. Membungkam Ainsley dengan bibirnya agar segala amarahnya hilang dari pikirannya.

Satu lengan Hector menahan kedua tangan Ainsley. Dan satu lainnya, menahan kepala Ainsley agar Hector dengan bebas mencecap rasa manis darinya.

Hector dengan buas mengecapnya. Menggulum surga manis itu. Mengabaikan respon Ainsley yang jelas-jelas melawannya. Gadis itu meronta dalam belitan lengannya dan hanya kesia-siaan yang Ainsley dapatkan.

Tubuhnya tidak kalah kuat dari dirinya. Hector tidak akan mengalah begitu saja. Tidak kali ini.

"Ap- Apa yang-"

Hector bersorak ketika Ainsley berusaha berteriak. Karena itu artinya, Hector bisa menginvasi mulut manis Ainsley. Merasakan kehangatan manis itu yang pada akhirnya membuat Ainsley luluh kepadanya.

Oh, dia bisa melakukan hal ini ribuan tahun dan tidak ada yang bisa untuk menghentikannya.

Suara erangan, yang Hector tidak yakin siapa yang mengeluarkannya membuatnya semakin menggila, bersemangat, dan membara. Insting primitifnya terbangun hingga mereka terjatuh di atas jerami. Dan jika saja pekikan kuda yang berada di istal itu tidak membuat mereka sadar, Hector tahu bahwa mereka akan berada dalam masalah yang sebenarnya.

Hector melihat Ainsley mengerjap-ngerjapkan matanya yang tampak kebingungan. Pria itu menunggu untuk beberapa detik sampai Ainsley akhirnya tersadar. Tubuhnya bergetar dan kemudian, tamparan mendarat di pipinya.

"Berani-beraninya kau!" Raung Ainsley marah. Dia lalu memberikan pukulan bertubi-tubi kepada pria itu. Merasa hina karena dia menikmati ciuman itu sementara dia telah menjadi tunangan pria lainnya.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu kepadaku!" raungnya lagi. Wajahnya semakin memerah dan air mata berhasil mengalir di pipinya.

"Kau. Bajingan. Tidak. Tahu. Malu!" engah Ainsley dengan kekuatan terakhirnya. Dia lalu meluruh dan merunduk. Menutupi wajahnya dan menangis tersedu. Siapa yang akan dia bohongi bahwa dirinya menikmati ciuman itu?

Hal yang paling dirinya benci di dunia ini adalah sebuah pengkhianatan. Sementara, dirinya baru saja melakukan hal itu.

Dia telah mengkhianati keluarganya. Ibunya. Ayahnya. Tunangannya.

"Lass-"

"Jangan mendekat!" teriak Ainsley. "Kumohon jangan mendekat lebih dari ini," isaknya lagi.

"Bagaimana aku bisa menemuinya saat ini?" ratap Ainsley.

"Tidak apa-apa. Aku akan membantu-"

"Dan membuat kepalamu melayang di depan tunangan yang bahkan tidak pernah kutemui!"

Hector terdiam. Dia pikir gadis itu kebingungan untuk tahu bagaimana cara dia menghadapi ayah protektifnya. Namun, jika Ainsley merasa hal itu untuk menghadapi sang tunangan, maka itu akan sangat-sangat mudah.

Hector lalu terbahak. Duduk bersimpuh di depan Ainsley dengan tangannya yang menggenggam milik Ainsley.

Ainsley ingin marah kepadanya. Namun semuanya menguap begitu tatapannya bertemu dengan netra gelap milik Hector yang menatapnya dalam. Seolah netra gelap itu menghisapnya sehingga jatuh ke sana.

"Bagaimana jika kukatakan bahwa aku adalah dia."

Ainsley masih terdiam. Sehingga Hector melanjutkan.

"Aku adalah Hector Reid. Earl of Carrick. Tunanganmu, Lass."

***













Sorry telaat.
Jadwal main full dan baru bisa ngetik sekarang.
Wkwk.

Nah jadi, menurut kalian bagaimana reaksi Ally setelah tahu kalau Hector itu tunangan dia?
🙈🙉🙊

See yaa minggu depan 😝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top