2. Hati yang memuakkan
"Gue sangsi kalo lo masih perawan."
Adelia menghentikan gerak jemarinya membuka kancing kemeja. Suara itu terdengar dari Milly, teman satu kamar kosnya. Mengedikkan bahu tak acuh, ia lanjut membuka satu per satu kancing kemeja yang rasanya sudah sesak di tubuhnya. Seharian ini, pekerjaannya padat. Sejak pagi buta, hingga petang. Untungnya, semua itu selesai sebelum pukul tujuh malam dan Adelia bisa pulang ke rumah kos. Ia mengidamkan samyang pedas dengan telur setengah matang dan potongan pakcoy yang ia beli di swalayan arah pulang tadi. Setelah itu, ia ingin terlelap dan bangun agak siang esok hari.
"Berapa ronde semalam?"
Milly agaknya tak bisa bernapas jika tak tahu detail tentang hubungan Adelia dan Bisma. Baiklah, teman mana yang tidak prihatin dengan kehidupan Adelia saat ini. Ia bekerja sebagai asisten pribadi yang tugasnya hampir mirip seperti jongos atau budak. Bukan hanya mengkordinasikan agenda kerja bersama Hanata, sekretaris Bisma, Adelia juga harus merangkap sebagai tempat Bisma melampiaskan segala emosi pria itu. Senang atau sebal.
Usai menghapus concealer yang menutupi jejak kemerahan di leher dan rahangnya, juga mengganti kemeja dengan daster rumahan miliknya, Adelia menatap Milly. "Gue sama Bisma cuma make out, gak pernah making love."
"Bohong," tukas Milly dengan lirikan tak percaya. "Mana ada tiga tahun cuma make out doang. Seisi dunia udah tahu, Del, kalau lo cinta sama Bisma sejak dia nolongin lo jadi asisten pribadinya."
Adel membuka mulut hendak membantah, tetapi urung saat tangan Milly mengudara dengan tatapan tajam tak ingin disela.
"Apalagi, gue tahu kalau lo suka sama Bisma sejak kita kuliah, meski sayangnya kita beda kasta sama dia."
"Serius, Mil, gue gak pernah make love sama dia, karena memang gak ada cinta di antara kami." Adelia mengulum bibir sejenak, seraya berpikir cepat. "Setidaknya, gak ada cinta di hati dia buat gue."
"Dan lo bego banget, karena mau aja diapa-apain Bisma tanpa imbalan besar."
"Anggap aja ini loyalitas gue sebagai asisten dia."
"Bullshit!"
"Setidaknya, gue dapet gaji gede banget dan sebentar lagi hutang ibu gue lunas."
Milly terdiam. Uang memang benda paling ampuh untuk menutup mulut manusia. Sekarang buktinya. Sahabat Adelia ini, tak lagi mendebat atau berkilah tentang hal yang tak ia sukai dari hubungan Adelia dan kakak angkatan mereka.
Enggan melanjutkan ketegangan yang tiba-tiba terasa di kamar kos mereka, Adelia memilih keluar kamar dan menuju dapur kos mereka. Sambil memasak samyang instan dengan pakcoy dan telur setengah matang, pikiran Adelia melangkah jauh pada beberapa tahun lalu, saat ia dan Milly masih menjadi mahasiswa baru fakultas ekonomi sebuah universitas swasta.
Waktu itu, ia dan Milly masih lugu dan tampak konyol dengan pita warna-warni di rambut, serta atribut tak masuk akal lainnya. Bisma adalah mahasiswa semester enam yang menjadi ketua ospek. Seperti kisah remaja kebanyakan, Adelia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Bisma. Sosok pria itu tampan dan penuh wibawa. Semua lini panitia tunduk pada arahannya dan program ospek itu berjalan sempurna.
Satu tahun kemudian, Bisma lulus dengan predikat cumalude dan menjadi lulusan terbaik angkatanya. Adelia yang semula kagum dan jatuh hati, semakin mencintai Bisma dalam diam. Bodoh, memang. Bagaimana bisa cinta semakin tumbuh dan berakar hanya dengan memandang dalam diam, mendengar kabar dari mulut beberapa mahasiswa tanpa kontak fisik juga komunikasi di antara mereka. Namun, dari semua itu, Bismalah alasan Adelia yang semula membenci ekonomi makro, menjadi cinta mata kuliah itu.
Fakta bahwa Bisma tak pernah memiliki hubungan dengan gadis, membuat hati Adelia semakin membara dengan rasa tak masuk akalnya. Hingga ia lulus kuliah, cita-citanya hanya satu. Kerja di perusahaan milik keluarga Bisma. Baginya, dengan begitu ia akan mendapat lebih banyak kesempatan untuk mengagumi Bisma sesuka hati.
Bagai gayung bersambut, di usia ke-22, Adelia diterima kerja menjadi managemen trainee di perusahaan telekomunikasi milik keluarga Bisma. Tentunya, setelah ia berkeras memastikan jika Bisma juga bertugas di kantor yang sama. Dua tahun menjalani program management trainee, di usian ke-24, Adelia mendapat hadiah terbaik hidupnya. Bisma memilihnya menjadi asisten pribadi pria itu. Hingga usianya yang ke-27 saat ini, rasa yang ia pendam belum juga menampakkan bunga juga buahnya. Rasa itu hanya menyeretnya pada hubungan memuakkan yang justru menjalarkan benalu pada hati dan jiwanya.
Keringat di dahi dan air mata membasahi pipi. Adelia tak peduli, apa yang menyebabkan matanya berair dan wajahnya berkeringat. Rasa samyang yang luar biasa pedas atau ucapan Milly yang telak menendang ulu hatinya? Adelia tahu apa yang ia lakukan selama ini salah besar. Namun, mau bagaimana lagi jika tubuhnya menikmati setiap sentuhan Bisma?
Sadar mangkuk samyangnya habis tak bersisa, Adelia kembali ke dapur untuk mencuci mangkuk serta panci yang ia gunakan tadi, lalu beranjak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan segala hal buruk yang mengganggu hati dan pikirannya.
*****
Adelia tak lagi heran dengan kemewahan yang ia datangi siang ini. Ballroom hotel bintang lima yang orang tua Bisma gunakan untuk merayakan ulang tahun pernikahan ke 32, didekorasi bagai resepsi pernikahan megah. Tamu undangan acara ini tidak banyak. Hanya keluarga dekat dan rekan-rekan tertentu saja yang menikmati makanan enak sambil bercengkrama hangat.
Meski Adelia masuk ke dalam lingkaran surga dunia ini, ia tak bisa sembarangan menyuap caviar ke dalam mulutnya atau sekadar meneguk wine yang katanya berharga jutaan rupiah. Tugasnya berada di samping dan belakang Bisma setiap saat. Menyiapkan kebutuhan pria itu selama acara berlangsung.
Bisma mendapat tugas memberi ucapan selamat dan pidato singkat untuk kedua orang tuanya. Sebagai anak tunggal, citra Bisma harus selalu baik di mata publik. Anak laki-laki tunggal penerus perusahaan besar yang selalu hormat dan patuh pada orang tua. Sosok calon suami dan menantu idaman yang tak pernah memiliki skandal percintaan dengan wanita manapun.
"Sejak menjadi mahasiswa, saya sudah tahu kemampuan Bisma dalam memimpin. Leadership-nya sangat tinggi. Dia juga pekerja keras dan selalu berorientasi pada hasil. Lihat sekarang, penilaian saya benar terjadi pada Bisma."
Pria yang Adelia kenal sebagai dekan mereka, tersenyum jemawa memuji Bisma. Sejak pensiun dari dosen, pria ini dipercaya perusahaan Bisma menjadi konsultan akuntansi internal mereka.
"Oh, tapi ada yang meleset, sih." Pria itu mencoba meralat ucapannya. "Bisma bukan hanya seperti yang saya ucapkan tadi. Dia juga memiliki mata tajam dalam menilai karyawan, juga empati yang tinggi. Saya kenal Adelia saat masih menjadi mahasiswa saya. Adelia memang ulet dan rajin. Pantas jika terpilih menjadi pegawai terdekat Bisma saat ini."
Adelia hanya tersenyum samar seraya tetap berdiri di belakang Bisma yang duduk santai di meja bundar itu. Tugasnya membalas banyak pesan dan janji pada orang-orang yang memiliki urusan dengan Bisma. Hanata yang tak bisa hadir akibat ada kedukaan, membuat Adelia harus terus berkordinasi denga sekretaris pria itu. Lusa, tepat di hari Senin, Bisma harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Adelia harus memastikan akomodasi, transportasi, hingga makanan yang akan Bisma nikmati nantinya, sudah terorganisir dengan baik. Jangan lupa, tumpukan dokumen yang Hanata siapkan di mejanya juga tak boleh ketinggalan.
Sial! Adelia rasanya ingin mengumpat. Mengapa Hanata harus cuti karena kakak iparnya keguguran? Bukannya Adelia tak ingin bersimpati, hanya saja, bekerja tanpa Hanata di luar kota, itu berarti akan memperbanyak bobot tugasnya selama beberapa hari nanti.
"Kamu sudah makan?" Pertanyaan Bisma membuat Adelia terkesiap dan mengalihkan fokusnya pada tablet yang sejak tadi ia pegang.
Adelia baru sadar, jika di meja bundar itu, sudah tak ada lagi tamu kehormatan orang tua Bisma. Saat ini, hanya tinggal Bisma dan kedua orang tuanya. Entah kemana para tamu-tamu itu tadi? Ia menggeleng. "Nanti saja."
Kening Bisma berkerut tajam dengan pandangan tajam menusuk mata Adelia. "Makan sekarang, lalu kita pulang."
"Pulang?" Suara ini terdengar tak setuju. Ibu Bisma menatap anak semata wayangnya dengan mata tak suka. "Malam ini kita harus makan malam bertiga, Bisma. Jangan pulang. Kalau asistenmu mau pulang, biarkan, tapi kamu tetap sama kami di sini."
Bisma tak menyela, juga menjawab. Ia hanya menatap ibunya dengan raut datar, sebelum mengembuskan napas panjang. Ia lantas menoleh ke belakang lagi dan menatap Adelia penuh perhatian. "Kamu makan sekarang, setelah itu boleh pulang. Kita bertemu Senin dini hari sebelum terbang ke Bali."
Adelia melirik orang tua Bisma sepersekian detik, sebelum kembali menatap pria itu dan mengangguk patuh. Belum satu detik setelah ia pamit undur diri dan berbalik, suara ibu Bisma terdengar.
"Malam nanti setelah kita makan bersama, Ibu mau kamu kencan dengan Sherly. Ibu dan Maminya sudah merencanakan perkenalan kalian. Sherly seorang influencer, juga politikus muda. Dia pantas menjadi pendamping kamu dan Ibu menjagokan gadis itu sebagai kandidat kuat menantu Ibu."
Bulu kuduk Adelia berdiri dan memberikan atmosfir yang lebih buruk dari deskripsi horor atau menakutkan. Hatinya seketika dipaksa membeku dan pecah berkeping. Ia harus tahu, bahwa cepat atau lambat, seseorang akan mengambil Bismanya. Mengambil alih hati dan tubuh Bisma dari hidupnya. Dan ketika waktu itu sudah datang, Adelia harus mau menerima kekalahan telak dan efek dramatis cinta sepihaknya.
*****
Holla! Terima kasih sudah mampir dan meramaikan bab pertama kemarin wkwkwk. Di sini Hapsari mau jelasin, kalau ceria ini pasti tamat di WP. Tak mungkin aku gantungin cerita dan konflik tanpa ending dan penyelesaian hehehe. Hanya saja, seperti yang kutulis di bab kemarin, kalau cerita ini rencananya hanya novelet 10 bab saja. Jadi, akan tamat di bab 10.
Naskah ini tidak berencana saya cetak, kecuali banyak yang minta hahahaha (Ketawa setan) Paling hanya ebook dengan tambahan lima ekstrapart seperti ebook novelet saya lainnya.
Jangan lupa votes dan komen yang rame ya! Hapsari seneng banget bacanya. Terima kasih atas antusiasme kalian, Genks! Hapsari bahagia. Muaacchhh!
LopLop
Hapsari
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top