Part 7 - Something about Madame Genevieve
Bond Street
Aku tidak menyangka akan dapat menginjakkan kaki di sana, Bond Street! Di desa aku dan Lis hanya mengetahui Bond Street dari cerita mama atau dari majalah fashion yang dibawakan oleh Mrs. Finn yang baik hati setiap ia pulang dari London. Semua yang berlalu lalang di sana memakai pakaian yang begitu berkelas hingga aku dan Lis merasa bagaikan tikus desa.
Lis mengatakan andai Marie Ann mengetahui hal ini ia pasti tidak bisa menyombongkan koleksi gaunnya lagi.
Catatan harian Kaytlin de Vere
============================
Kaytlin dan Lisette sepertinya terlalu sering lupa mengatupkan rahang siang ini. Mereka tidak sadar telah ternganga berkali-kali. Bagaimana tidak? Ini pertama kali dalam hidup mereka mengunjungi Bond Street, tempat perbelanjaan yang paling terkenal di Inggris. Sebelumnya mereka hanya sempat melihat Bond Street di majalah fashion wanita yang sesekali dibawa oleh teman ibunya ke desa.
Dowager Marchioness mengajak mereka berdua mengunjungi toko sepatu, pita, buku dan berbagai keperluan wanita lainnya. Kaytlin dan Lisette merasa bagaikan anak kecil di toko permen. Semuanya terlihat indah termasuk para lady dan lord yang berlalu lalang melihat-lihat etalase toko dengan pakaian mereka yang perlente.
Sangat kontras dengan Kay dan Lisette yang memakai pakaian hitam.
Kay melirik Dowager Marchioness. Pakaiannya juga sangat indah meski wanita itu sudah tua. Tampaknya pakaian itu dibuat dengan bahan yang terbaik dan jahitan yang rapi serta rumit. Kay suka mendesain pakaian sendiri saat di rumah sehingga baru merasakan bahwa ia sudah tertinggal mode fashion Inggris masa kini.
Sekarang orang-orang tidak lagi memakai crinoline, kerangka penyangga yang berfungsi melebarkan rok gaun. Tapi syukurlah mode fashion yang menggunakan crinoline itu sudah berlalu karena sangat menyulitkan bila dua orang wanita yang menggunakan crinoline berpapasan di koridor sempit.
crinoline
Dari informasi yang Kay dapatkan saat mengantar Lisette membeli beberapa pakaian jadi tadi, sekarang orang-orang sudah berubah menggunakan bustle sebagai pengganti crinoline. Sepertinya itu terlihat lebih elegan meski juga sama-sama memberatkan wanita saat berjalan.
bustle
"Kaytlin, kau seharusnya tadi ikut membeli gaun bersama adikmu." teguran Dowager Marchioness membuat Kay berhenti memikirkan mode pakaian. Ia langsung menoleh sambil mengerjapkan mata.
"Oh, itu tidak perlu, My Lady. Bukankah Lord Blackmere sudah mengatakan bahwa yang ia sponsori hanya Lisette."
Dowager Marchioness menatap tak setuju. "Tapi meski begitu, saat adikmu menjalani debut nanti kau harus mengantarnya dengan pakaian yang layak."
"Saya...harus ikut mengantarkan juga?" tanya Kay cemas. Ia memiliki beberapa gaun. Semuanya bersih dan indah...namun setelah melihat pakaian yang dipakai oleh masyarakat kota London, Kay merasa tidak percaya diri. Dan untuk membeli gaun baru ia tidak memiliki uang...
"Jangan khawatir. Meski Raphael tidak mau mensponsorimu, ia sudah menyuruh kita berbelanja dan aku bertaruh ia tidak akan mau tahu isinya saat membayar tagihannya nanti," lanjut Dowager Marchioness seakan bisa membaca pikiran Kaytlin.
"I...itu tidak perlu..."
"Jangan membantah! Pikirkan saja bahwa aku membelikan gaun ini untuk kepentingan debut adikmu juga. Kau tidak ingin mempermalukan adikmu sendiri bukan?"
Kaytlin merasa tidak enak tapi apa yang dikatakan Dowager Marchioness memang benar.
"Baiklah...jika untuk kepentingan Lisette..." jawab Kay pasrah.
Dowager Marchioness menampakkan seulas senyum samar. "Baguslah...karena sebentar lagi kita akan mengunjungi butik langgananku. Hasil jahitannya adalah yang terbaik dan ia adalah salah satu butik terpopuler di Bond Street ini."
***
"Selamat siang, My Lady. Sungguh suatu kehormatan Anda berkunjung kemari hari ini."
Seorang wanita langsing berambut gelap yang berusia sekitar empat puluh tahunan langsung menghampiri mereka begitu memasuki toko. Dowager Marchioness memperkenalkan wanita itu sebagai Madame Genevieve si pemilik butik. Dari nama dan aksennya jelas sudah bahwa Madame Genevieve berasal dari Perancis. Ayah Kaytlin dan Lisette juga separuh Perancis. Hanya saja darah Perancis itu lebih banyak menurun pada Kaytlin. Lisette terlihat sangat Inggris.
"Aku ingin memesan keperluan gaun debutan lengkap untuk gadis ini." Dowager Marchioness menunjuk Lisette sebelum menunjuk Kaytlin. "Dan beberapa gaun juga untuk dia."
"Untuk nona ini gaun lengkap debutan juga?" tanya Madame Genevieve dengan anggun.
"Tidak, Madame. Hanya gaun biasa yang layak untuk menghadiri acara sosial." cepat-cepat Kaytlin menampik.
"Kay! Kau juga akan memiliki gaun baru?!" wajah Lisette berbinar-binar sambil berbisik pada Kaytlin.
"Iya, Lisette. Aku tidak mungkin mendampingimu dengan gaun kumal." Kaytlin tersenyum.
"Oh, Kay...seandainya kau juga ikut menjadi debutan..." keluh Lisette sambil menghela napas.
Madame Genevieve berdecak. "Sayang sekali. Anda masih muda dan cantik. Seharusnya Anda juga mengikuti debutan."
"Benar, Madame. Kakak seharusnya memang mengikuti debutan," dukung Lisette.
"Aku sama sekali tidak cantik, Madame." sahut Kaytlin. Pantas saja butik Madame Genevieve sangat populer. Wanita itu benar-benar pandai memuji dan penampilannya juga menyenangkan.
"Tidak...kau cantik dan tubuhmu proporsional. Pakaian buatanku akan terlihat lebih bagus jika kau yang memakainya. Aku tidak mungkin salah melihat," Madame Genevieve mendekat dan menyentuh kerah gaun hitam Kay lalu berdecak. "Kalian pasti sangat tersiksa memakai gaun ini. Seharusnya gaun berkabung dibuat lebih nyaman dan indah, tapi masyarakat Inggris tidak akan setuju pada ideku."
"Begitulah tradisi berkabung di sini. Dengan mengenakan gaun yang menyiksa seperti ini menandakan bahwa kita bersedih telah ditinggalkan," timpal Dowager Marchioness.
"Tanpa ditunjukkan pun kita pasti tahu bahwa ditinggalkan orang yang kita cintai itu sangat menyedihkan. Oh..tapi lupakan itu dulu...kita akan merancang gaun yang akan membuat kalian tidak mengenal diri sendiri di cermin saat memakainya nanti." Madame Genevieve tersenyum manis sebelum menyuruh beberapa pekerja wanita di sana mengukur badan Kaytlin dan Lisette.
"Kuharap kau tidak berpikiran buruk pada Raphael karena tidak mau mensponsorimu dan juga mengatakan hal-hal tidak sopan."
Entah kenapa Dowager Marchioness tiba-tiba membuka topik itu pada Kaytlin.
"Tentu saja tidak, My Lady. Saya sudah merasa bersyukur bahwa beliau bersedia menampung kami, terlebih mensponsori, padahal kami datang padanya hanya berbekal ucapan terakhir mendiang ibu kami," sahut Kaytlin.
"Syukurlah kalau begitu. Sebenarnya Raphael sering berbuat baik dengan caranya sendiri. Banyak hal yang dilaluinya semasa hidup yang membuatnya tidak terlalu suka berhubungan dengan orang lain selain masalah pekerjaan. Ia juga begitu berhati-hati, dikarenakan putraku...ayah Raphael memiliki seorang wanita simpanan yang membuat keluarga Marquess bangkrut."
Kaytlin mengerti dan mengangguk. Tapi tunggu dulu...mengapa Lord Blackmere bersedia mensponsori di saat..."Keluarga Marquess sedang bangkrut?!" Kaytlin baru tersadar.
"Tidak. Tidak. Sekarang tidak lagi. Kau jangan khawatir. Dulu memang sempat bangkrut, tapi Raphael berupaya membangun lagi dari awal meski sempat gagal berkali-kali. Untunglah ia bertemu orang itu. Bukan...ia bukan manusia...ia malaikat. Namanya Christopher Maximillian, seorang pengusaha dari Amerika yang mengajak Raphael untuk bekerjasama dengannya dan memberikan modal. Ia penyelamat kami. Di Inggris amat tabu bagi seorang bangsawan untuk bekerja ataupun menjalankan usaha seperti Raphael, maka dari itulah ia memilih menutup diri dari kehidupan sosial London daripada mendengar dirinya digunjingkan. Tapi mau bagaimana lagi," Dowager Marchioness menghela napas. "Hanya itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan aset keluarga Blackmere."
"Kupikir bekerja bukanlah hal yang memalukan. Bahkan seharusnya itu dikatakan sebagai hal yang mengagumkan." Kaytlin menanggapi.
"Aku juga berpikiran sama. Raphael tidak menyangka bahwa kerjasama yang dilakukannya bersama Mr. Maximillian bisa membuahkan hasil yang lebih besar dibanding apa yang diharapkan sebelumnya. Dengan kata lain kerjasama ini membuat keluarga Blackmere sekarang kaya raya."
"My Lady...." Madame Genevieve tiba-tiba kembali dan membuat Dowager Marchioness menghentikan ceritanya. "Maafkan aku karena untuk hari ini aku hanya menyediakan beberapa gaun jadi untuk kedua Lady ini. Tapi akan kuusahakan untuk menyelesaikan pesanan Anda secepatnya. Akhir-akhir ini pesanan membludak sehingga kami kekurangan tenaga penjahit. Oh, Tuhan kami benar-benar memerlukan penjahit."
"Berapa lama kira-kira akan selesai?" tanya Dowager Marchioness.
"Saya yakin tiga hari lagi. Kami akan mengirimkannya ke tempat Anda."
"Baiklah. Itu tidak masalah. Aku mengerti season akan dimulai sehingga semua pasti memesan gaun bersamaan. Apalagi butikmu selalu menyediakan gaun terbaik."
"Saya merasa tersanjung dengan pujian Anda. Butik kami memang banyak pesanan, tapi khusus untuk pesanan Anda, akan kami utamakan, My Lady."
Dowager Marchioness tidak mengucapkan terimakasih karena hal itu tidak lumrah bagi para bangsawan selevel dirinya, tapi ia mengangguk puas sehingga Madame Genevieve pun lega.
Pembicaraan tadi tidak sengaja memunculkan sebuah ide bagi Kaytlin. Jadi Madame Genevieve memerlukan penjahit?
***
Pada masa itu adalah tabu bagi seorang bangsawan pria untuk bekerja, termasuk menjadi seorang pengusaha. Mereka lumrahnya mendapatkan uang dari hasil sewa tanah para petani yang menetap di wilayah kekuasaan mereka.
Btw, Madam Genevieve juga akan berperan besar di cerita ini hehe. Sabar ya pembaca. Nikmati aja prosesnya. Nanti pasti tahu kenapa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top