Part 10 - Something About Manner
Aku hanya berpikir bahwa tidak apa-apa berbicara padanya karena pada siapa lagi aku harus bertanya?
Catatan harian Kaytlin de Vere
==================================
"Tentang ibumu?"
"Benar, My lady. Mungkin Anda tahu di mana ia tinggal di wilayah ini sebelum menikah dengan ayahku."
Dowager Marchioness berpikir sejenak. "Kalau tidak salah ibumu adalah putri dari Baron of Fauconberg yang tinggal jauh dari tempat ini, tapi sejak kecil ibumu di sini karena ia sangat akrab dengan bibinya."
"Apakah bibi ibuku masih tinggal di daerah ini?" tanya Kaytlin antusias.
"Tidak. Bibi ibumu meninggal beberapa tahun lalu. Aku turut berduka, Miss de Vere."
Kaytlin merasa sedih, bukan karena rasa duka karena ia tidak terlalu mengenal bibi ibunya itu, Tapi jika ibunya akrab dengan bibinya, pastilah bibinya itu tidak mungkin tidak menerima Kaytlin dan Lisette. Rasanya seperti kehilangan harapan.
"Apakah ibumu tidak pernah bercerita tentang keluarganya pada kalian?"
"Hanya sedikit. Mama hanya mengatakan mereka adalah bangsawan."
"Saat di London nanti kita akan bertanya pada beberapa orang yang mungkin mengenal mereka."
"Terimakasih, My lady," ucap Kaytlin. Setidaknya akan ada jalan untuk mengetahui tentang keluarga ibunya. Meskipun ia harus menunggu. Entah kapan mereka semua akan ke London.
Sebenarnya Kaytlin merasa Lord Blackmere pasti tahu lebih banyak dibanding Dowager marchioness. Tapi karena Kaytlin merasa selalu mendapat malu setiap kali bertemu dan sepertinya Lord Blackmere juga merasa terganggu jika Kaytlin mendekatinya, maka sejak hari ini Kaytlin memutuskan harus menghindari pria itu.
Harus.
🍀🍀🍀
"Miss de Vere menyukaimu."
Raphael Fitzwilliam hampir tersedak dan terpaksa menelan potongan-potongan daging panggang dalam keadaan menyakitkan. Begitu Derek Vaughan menemukan sesuatu yang menarik untuk dijadikan lelucon, temannya yang brengsek itu tidak menyia-nyiakan begitu saja, apalagi jika sudah menyangkut sesuatu yang membuat Raphael kesal. Semua ini karena kebodohan Kaytlin de Vere.
"Kau tadi mengatakan padanya bahwa kita mengerti maksud gadis itu. Kuharap kau benar-benar mengerti, Vaughan," Raphael memperingatkan.
"Yah, dia hanya menegaskan bahwa dia tidak akan mengejar-ngejar pria seperti itu lagi, tapi sungguh aku tidak menyangka ia akan mengatakannya dalam bentuk yang begitu mengejutkan. Aku jadi ingat saat pertama kali ia kemari dan kau menolaknya, ia juga mengatakan sesuatu yang memiliki pengertian ganda."
Raphael tentu saja ingat pertama kali Kaytlin de Vere datang dan menawarkan diri padanya. Ia sampai tidak bisa berkata-kata karena terlalu tak percaya ada gadis yang begitu luar biasa dalam hal keabsurdan.
"Seharusnya kau bersyukur. Kau benar-benar hebat, Blackmere. Padahal kau tidak sopan dan kasar, tapi ia malah semakin tertarik padamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kau merayunya."
"Aku jelas tidak akan melakukan itu."
"Kau bisa mencobanya sesekali untuk melihat reaksinya."
"Vaughan..."
"Ya, ya, aku hanya bergurau," Derek menaikkan kedua tangan.
"Aku tidak suka gurauanmu yang satu ini. Kau jelas-jelas tahu aku tidak menyukai Miss Kaytlin de Vere sejak melihatnya pertama kali."
"Karena ia mirip dengan ayahnya, begitu? Well, sejujurnya ia memang mewarisi rambut, mata dan alis Richard de Vere tapi jika kau menyimak wajahnya dengan baik, Miss Kaytlin juga mewarisi beberapa sisi Lady Josephine Forthingdale. Entahlah, ini hanya pengamatanku karena aku hanya melihat Richard de Vere satu dua kali, tapi aku sudah berkali-kali melihat Lady Josephine jadi aku bisa mengingatnya."
"Penjabaranmu malah membuatku lebih kesal."
Derek tertawa lagi. "Ya, aku tahu. Miss Kaytlin de Vere seakan menjadi hasil nyata buah cinta dari Josephine dan Mr. Richard de Vere. Kau tidak tahan cobaan, Blackmere."
"Tutup saja mulutmu, Vaughan."
"Aku ingin tahu, Blackmere. Memangnya dulu kau benar-benar menyukai Lady Forthingdale? Aku ingat waktu remaja kau mengatakan jika harus menikah, kau akan menikah dengan wanita seperti Lady Josephine."
"Aku menyukainya sebagai seorang teman."
"Kau benar-benar mencintainya?"
"Pemikiranku saat itu berbeda dengan sekarang." Raphael tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Perasaannya pada Josephine Forthingdale saat itu begitu murni. Ia mengagumi Lady Josephine. Tidak pernah sedikitpun ia merasakan hasrat menggebu-gebu kepada wanita itu. Tidak seperti saat ia mengenal Sophie...
"Lebih tepatnya aku menyayangi Lady Josephine."
"Kalau begitu kau harus mencoba menyayangi Miss Kaytlin de Vere seperti menyayangi ibunya."
"Bisakah kita membicakan hal lain? Entah kenapa kita jadi membahasnya." Raphael menyeringai keji.
"Memangnya kita bisa membahas siapa lagi? Tidak ada topik yang menarik. Dan tidak ada wanita dalam hidupmu beberapa tahun terakhir sejak Lady Sophie Lyndon yang sekarang sudah bergelar Duchess karena meninggalkanmu menikah dengan Duke of Schomberg. Kau seharusnya bersyukur dengan kehadiran Miss de Vere yang konyol. Ia cukup menghibur."
Derek Vaughan benar-benar temannya yang bajingan karena menyebut nama wanita itu lagi.
"Benar. Tidak ada wanita dalam hidupku beberapa tahun terakhir. Tapi jikapun aku memutuskan mencari wanita aku tidak akan mendekati Miss de Vere karena tiga alasan. Pertama, dia anak perwalianku. Kedua, dia begitu konyol seperti yang kausebutkan tadi. Ketiga, aku tidak menyukainya. Jelas?"
"Baiklah, aku akan berbicara sedikit serius sekarang. Apakah kau tidak merasa perlu untuk mengajarkan tata krama bangsawan dengan sedikit lebih detail kepada Miss de Vere? Sikap spontan Miss de Vere bisa membuatnya mempermalukan diri sendiri di season nanti."
"Aku tidak peduli."
"Kau adalah walinya. Kau mengatakan itu tadi."
"Ia sudah mengatakan bahwa ibunya sudah mengajarkan cukup tata krama. Dan yang menjadi debutan adalah adiknya. Menurutku tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Sepertinya pembicaraan kalian amat seru," George tiba-tiba muncul dan duduk di sebuah kursi yang kosong. Tadinya hanya ada Raphael dan Derek makan siang di istal yang merupakan tempat favorit mereka dibanding estat. "Apa ada sesuatu yang menarik yang kulewatkan?"
"Tentu saja. Blackmere memiliki seorang pengagum."
"Benarkah?!" George berseru antusias. "Siapa wanita malang itu?"
"Miss Kaytlin de Vere."
"Wanita suram yang kutemui di hutan dua hari lalu?"
"Menurutmu ia suram, tapi kau tetap merayunya juga..."
Raphael membiarkan kedua temannya mengoceh sesuka hati. Sia-sia saja jika mengharapkan Derek Vaughan dan George Sommerby bersikap serius. Mereka tidak pernah serius. Karena itulah mereka suka bersama Raphael yang tidak pernah peduli pada aturan para ton. Dan mereka juga bisa melakukan apapun di Blackmere Park yang bebas.
Dan tentang Miss Kaytlin de Vere yang konyol? Jelas Raphael tidak perlu mengkhawatirkan sikap absurdnya.
Tidak perlu...
🍀🍀🍀
Itulah yang dipikirkan Raphael Fitzwilliam, Marquess of Blackmere keempat sebelum acara minum teh yang dipaksakan harus ia hadiri oleh neneknya sore itu karena kenalan mereka Earl beserta Countess of Lindsey datang berkunjung dan George Sommerby menumpahkan minuman di pakaian Miss Kaytlin de Vere.
Dan mengapa George Sommerby bisa menumpahkan minuman di pakaian Kaytlin de Vere? Itu karena Kaytlin selalu menghindar setiap melihat ada Raphael berjalan di depannya. Bahkan dalam radius lima puluh meter sekalipun. Ia berbalik seketika saat melihat Raphael dan menabrak George Sommerby yang membawa minuman dari belakang.
Kebetulan saja, Raphael dan Derek duduk melingkari meja yang dekat dengan tikungan lorong sehingga menyaksikan peristiwa itu secara langsung.
"Ya Tuhan! Aku sungguh tidak sengaja..."
"Tidak apa-apa..." Kaytlin mengangkat tangan kebingungan. Jelas sekali gerak-geriknya menunjukkan ingin cepat-cepat kabur dari tempat itu.
"George. Kau boleh memanggilku George. Aku putra kedua dan tidak memiliki gelar," jelas George merasa Kaytlin terjeda karena bingung menyebutkan namanya.
"Mr. George. Terimakasih, tapi aku harus pergi. Sepertinya aku salah menghadiri acara minum teh sore Dowager Marchioness."
"Kau tidak salah, Miss. Acaranya memang di sini."
Kaytlin de Vere menatap sekeliling dan melihat Raphael dan Derek yang menatapnya lalu meja lain di mana Dowager Marchioness duduk bersama dua tamunya.
"Tapi sayang sekali aku membuat gaunmu kotor..." ucap George.
"Tidak, tadi itu kesalahanku. Aku yang berbalik tiba-tiba."
Raphael berpaling dan menyesap brendinya. Berusaha masa bodoh dengan perdebatan tidak penting itu.
"Seandainya ada yang bisa kulakukan untuk itu. Aku benar-benar merasa bersalah melihatnya," terdengar George melanjutkan.
"Tidak apa-apa, Mr. George. Sungguh. Aku tidak terluka apapun dan aku baik-baik saja. Kau hanya membuatku basah."
Membuatku basah...
Membuatku basah...
Membuatku basah...
Derek Vaughan langsung menyemburkan brendi di mulutnya sementara di sampingnya Raphael berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan hal yang sama seperti Derek. Tapi sungguh ia harus menelan lagi cairan brendinya dalam keadaan menyakitkan karena terus terang ia juga tersedak.
Lalu tak perlu waktu lama bagi mereka untuk mendengar ledakan tawa Derek di tempat itu.
🍀🍀🍀
Apakah setelah ini Lord Blackmere masih yakin bahwa Kaytlin tidak perlu diajarkan tata krama? 😸 kita lihat part depan ya.
Matchamallow,
Penulis jahil yang jarang membiarkan tokohnya hidup tentram dan damai.
Follow instagram : official_hisrom_matchamallow
Dian_oline_maulina
Matchamallow_gallery
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top