Bagian 2
Selamat membaca teman-teman! Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar❤
•
•
Bagian 2
"Ayo, Val, makan yang banyak. Mas beliin khusus buat kamu." Arman, sesepuh di divisinya menyodorkan sepiring steak kepada Vale.
Dengan tangan yang ditangkupkan di atas meja, Vale menatap Arman penuh rasa haru. "Mas baik banget, sih."
"Jangan godain Vale mulu deh, Mas. Inget, dia udah kawin," timpal Reyna.
"Syirik aja kamu. Mentang-mentang nggak ada yang merhatiin."
Reyna mengangkat garpunya ke arah Arman, yang membuat raja jomblo itu mundur ke belakang secara spontan. "Enak aja. Gini-gini aku playgirl tahu."
"Jadi playgirl kok bangga." Seno, yang paling muda sekaligus paling kompeten ikut berkomentar.
"Eh! Anak kecil diem aja, deh." Reyna berpaling pada Seno, masih dengan garpu di tangannya. "Jangan bacot aja yang digedein. Titit lo itu gedein." Di akhir kalimat, Reyna melirik ke arah selangkangan Seno dengan remeh.
Barulah kali ini Seno mengambil sikap, menutupi selangkangannya dengan kedua tangan dan mata yang mendelik kepada Reyna.
Sementara Vale dan Maria yang juga duduk satu meja dengan ketiga orang itu tak ikut masuk ke dalam obrolan mereka. Vale hanya cekikikan, merasa terhibur dengan kegaduhan rekan-rekannya. Sedangkan Maria fokus pada makanannya sebab wanita itu sedang dalam proses penggemukan badan, yang mana mau tak mau Maria harus memerhatikan kunyahannya. Tidak boleh kurang dari tiga puluh dua kali.
"By the way, makasih makanannya ya, Mas. Kapan-kapan gantian aku yang traktir, deh," ucap Vale pada Arman dengan senyum tulus.
"Santai aja, Val. Balesnya pake cinta kamu juga nggak masalah, kok."
"Ewh!" Reyna dan Seno kompak menoleh ke arah Arman dengan ekspresi jijik.
Vale terkekeh. "Mas, inget ini." Ia pun mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan cincin pernikahannya.
"Ah, nggak asyik." Arman tampak lemas di tempatnya. Tentu saja cuma pura-pura. Walau saat pertama kali Vale menjadi karyawan di sini, Arman pernah menunjukkan ketertarikannya secara terang-terangan.
Tawa renyah kembali terlontar dari mulut Vale. Ia cuma bisa geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Arman. Setidaknya kehadiran teman-teman sedivisinya itu dapat membuatnya melupakan sejenak kejadian tidak mengenakkan antara dirinya dengan Orlan. Vale beruntung mendapatkan teman kerja semenyenangkan mereka.
Setelah menangis tadi, tentu saja Vale langsung kabur, meninggalkan Orlan bersama barang-barangnya. Biarkan saja pria itu merasa bersalah. Ia masih sangat kesal dengan arogansi bosnya itu.
Sekadar informasi, satu-satunya pegawai yang berani melawan Orlan hanya Vale seorang walau ia masih terbilang baru menjadi pekerja di tempat ini. Alasannya tentu sudah jelas. Bosnya itu jatuh cinta padanya dan kerap menggodanya ketika di kantor. Pastilah Vale mendapatkan keuntungan tersendiri karena hal tersebut.
Ia bisa melakukan sesuatu sesuka hatinya. Seperti meninggalkan Orlan di ruang meeting sehingga pria itu harus repot-repot membawa barang-barangnya ke ruangannya. Cuma Vale yang berani melakukannya.
Ponsel Vale bergetar saat ia tengah menikmati steak gratisnya. Hanya sekali getaran, yang menandakan adanya pesan masuk.
Suamiku:
Kamu lagi di mana?
Vale:
Kantin. Makan siang.
Suamiku:
Nggak mau makan bareng aku?
Vale:
Enggak. Lagi kesel.
Suamiku:
Kesel kenapa, Sayangku?
"Enak banget, sih, yang udah nikah. Diperhatiin mulu."
Vale tersentak dan nyaris menjatuhkan ponselnya kala mendengar celetukan Reyna. Bukan hanya itu saja, kepala Reyna juga condong ke arah ponselnya. Seolah sedang mengintip aktivitasnya di layar datar tersebut.
"Makanya buruan nikah, sana," balas Vale setelah keterkejutannya mereda.
Reyna hanya mendesah dengan bibir yang mengerut cemberut.
Vale tersenyum geli, lantas kembali melanjutkan kegiatan bertukar pesan dengan suaminya.
Vale:
Kamu mau dengar cerita aku nggak?
Suamiku:
Boleh.
Vale:
Jadi, aku tadi mau presentasi bahan kerja aku yang aku kerjain belakangan ini. Kamu tahu kan aku ngerjainnya sampe nggak tidur segala. Tapi bos kurang ajarku itu dengan seenaknya ngata-ngatain hasil kerjaan aku. Sumpah! Aku kesel banget. Coba aja dia bukan bos aku, udah aku jambak rambutnya sampe botak.
Suamiku:
Ya ampun, kalo aku ketemu sama bos kamu, bakal aku hajar dia sampe nggak bernapas lagi.
Vale:
Nah! Kesel, kan? Untung kamu yang jadi suami aku. Kalo misalnya bos aku yang jadi suamiku, aku bakal nyuruh dia tidur di luar.
Suamiku:
Tapi aku rasa bos kamu punya alasan sendiri sampe ngelakuin itu ke kamu.
Vale:
Bodo amat. Aku bakal nyuruh dia tidur di luar.
Suamiku:
Coba dengerin penjelasan dia dulu.
Vale:
KOK KAMU JADI BELAIN BOS AKU SIH?
Suamiku:
Bukan belain, Sayang. Itu cuma persepsi aku sebagai sesama lelaki.
Vale mendengkus kesal, membanting ponselnya di atas meja dengan dada yang bergerak naik turun. Keempat rekannya sampai menatapnya heran.
Tanpa memedulikan raut penasaran teman-temannya dan steak-nya yang masih tersisa setengahnya lagi, Vale bergegas menuju ruangannya untuk mengerjakan sesuatu yang mungkin dapat mengalihkan pikirannya. Dan ia juga tak lagi membalas pesan dari suaminya.
••••
"Vale, kamu disuruh ke ruangan Bos." Diana menyampaikan perintah dari bos besar mereka kepada Vale.
Vale hanya bisa mendesah malas. Sedang rekan-rekannya yang lain mulai memberinya semangat, merasa kasihan pada Vale yang belum lama terkena semburan kemarahan si bos. Dan sekarang harus berhadapan lagi dengannya.
Serius, Vale rasanya enggan sekali berhadapan dengan bos sialannya itu setelah kejadian tadi. Tapi akan aneh bila ia tak menuruti titahnya. Orang-orang pasti akan curiga. Kedekatan mereka pastilah akan menjadi bahan gosip di kantor ini selama berbulan-bulan.
"Langsung masuk aja, Val. Bos udah nungguin dari tadi." Mita, sekretaris Orlan menyuruhnya masuk dengan senyum ramahnya.
Padahal, Vale berharap Mita adalah tipe sekretaris yang menggilai bosnya sehingga tak membiarkan perempuan mana pun mengganggu pujaan hatinya. Oh! Sepertinya itu hanya ada di novel-novel saja. Mau tidak mau Vale harus menyingkirkan harapan itu dan berbesar hati menghadapi Orlan.
Setelah mengetuk sekali, Vale segera masuk ke dalam. "Permisi, Pak." Ia menyapa dengan suara malas seraya menutup pintu dan tetap berdiri satu langkah dari pintu. Tentu saja untuk menjaga jarak dengan Orlan. Ia tidak ingin pria itu menyentuh tubuhnya seperti sebelumnya.
Orlan mendongak, menerbitkan senyum lebar saat matanya melihat pujaan hatinya itu. "Apa kamu akan terus berdiri di situ?"
"Iya."
Orlan terkekeh. "Kemarilah, Sayang."
"Jangan sayang-sayang, Pak. Saya sudah menikah." Vale menunjukkan cincin di jari manisnya.
"Oh, ya?" Orlan berdiri dari duduknya, menghampiri Vale dengan langkah kecil dan kedua lengan yang berada di dalam saku celananya. Tak lupa pula memunculkan seringai culas di bibirnya sebagai tambahan.
Vale tak berusaha menghindar. Ia malah menunggu Orlan sampai tiba di depannya dengan tatapan masa bodohnya serta kedua lengan yang dilipat di bawah dada, tampak begitu santai. Seakan tak terintimidasi oleh mata setajam elang milik Orlan.
"Memangnya siapa, sih, suami kamu itu? Saya yakin dia nggak ada apa-apanya dibanding saya." Hanya tinggal dua langkah lagi, Orlan benar-benar tiba di hadapan Vale. Tetapi tampaknya pria itu sengaja melambatkan lajunya.
"Yang jelas dia nggak menyebalkan seperti Bapak."
"Memangnya saya menyebalkan?" Orlan terus melemparkan umpannya.
"Ya!" Vale tak bisa menahan dirinya untuk tak berteriak. Di saat itu pula Orlan menghentikan langkahnya sebab ia telah berada di depan Vale. Begitu dekat sampai ujung sepatu keduanya bersentuhan. "Bapak yang membuat saya tidur jam tiga pagi karena harus melayani nafsu Bapak. Bapak juga yang nggak bangunin saya tadi pagi sampai saya harus lari-lari supaya nggak terlambat. Dan satu lagi, Bapak juga yang udah ngasih kepercayaan ke saya untuk jadi ketua tim konsep kali ini, tetapi Bapak pula yang menghancurkannya."
Selesai. Akhirnya kalimat panjang lebar yang disuarakan dengan nada melengking itu berhasil mewakili perasaan Vale yang hendak meledak sejak tadi. Kini ia benar-benar telah meledak.
Dan ya, bos sialannya itu, yang kerap kali menggodanya di kantor adalah suaminya sendiri.
••••
Gimana tanggapan kalian tentang cerita ini? Masih mau lanjut baca nggak?😋😋
29 Juli, 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top