#7. Mine
Pukul sembilan pagi,
dihari ke dua puluh satu.
°|373 Words|•
Pagi ini langit tidak begitu cerah, matahari masih terlihat malu-malu menyapa bumi. Angin berhembus kian kencang, menambah hawa dingin yang kian terasa.
Dahyun merapatkan mantel dan melilitkan syal di lehernya. Semuanya masih terasa normal, bahkan saat Dahyun melihat segerombolan anak sd yang berangkat sekolah dengan jalan kaki di atas bukit.
Namun, semuanya terasa aneh saat ia menginjakkan kaki di kelas. Ketika ia melihat Jim dikelilingi banyak perempuan. Entahlah itu Jimin atau Jim karena penampilannya sungguh berbeda dari biasanya. Dia terlihat err... keren.
Tepat saat Dahyun akan mendudukan bokongnya, pandangan mereka bertemu. Dia menatap tajam Dahyun sebentar lalu mengalihkan pandangan. Cih, cecunguk itu pasti Jim—yang sudah mengatainya kemarin.
Untuk alasan apapun, Dahyun tidak sudi jika harus menengok lagi ke belakang dan melihatnya tebar pesona. Sejak kemarin malam, Dahyun sudah memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengannya.
Entah karena hubungan masa lalu yang Jimin mengaku menyukainya dan untuk setiap malam yang dulu di habiskan dengan Jim saat itu, Dahyun sudah tidak peduli. Ia hanya akan menganggapnya sebagai khayalan di siang bolongnya saja.
Dahyun baru saja akan memulai tidur paginya, sebelum sebuah tangan mungil namun kekar menggebrak mejanya.
Jim tersenyum kelewat manis, tapi itu membuat Dahyun ingin sekali mencakar wajahnya. "Kau tidak boleh tidur di pagi hari seperti ini, sayang. Setidaknya jangan tidur dulu sebelum aku menghabiskan waktu denganmu."
"Kau gila?" desis Dahyun dengan datar.
"Iya, dan itu karenamu." Jim masih mempertahankan senyumnya. Dia lalu menoleh ke sekumpulan perempuan tadi yang rupanya juga ikut berpindah saat Jim menghampiri Dahyun. "Teman-teman, sepertinya kalian harus segera meninggalkanku karena pacarku ini sepertinya cemburu melihatku dikelilingi oleh bidadari seperti kalian."
Beberapa dari mereka ada yang langsung mendesah kecewa tapi dengan bodohnya mereka tetap pergi dengan pipi merona karena sempat disebut bidadari oleh Jim.
Ugh, lelaki itu pandai merayu juga rupanya.
Ya, setidaknya penampilannya saat ini cukup pantas untuk bisa merayu banyak perempuan.
Dahyun masih belum sadar kalau ucapan Jim tadi sebenarnya ditujukan untuknya. Bahkan saat tangannya ditarik oleh Jim, gadis itu masih berpikir keras.
"Yang kau sebut 'pacar' tadi siapa?"
"Kau," ucapnya. "Mulai sekarang, kau pacarku."
Entah Dahyun harus senang atau sedih. Satu-satunya hal yang Dahyun sadari dan sesali adalah dirinya lagi-lagi tidak bisa terlepas dari makhluk ini.
*🍒*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top