Part 48

**

Sean merapatkan topinya saat memasuki rumah sakit, menahan jameri Tori yang akan melepaskankan genggaman tangan mereka saat memasuki ruangan dan menatap gadis dengan alis terangkat.

"Ada apa?"

"Aku bisa menunggu diluar?"

"Tidak, ayo!"
Mereka akhirnya masuk kedalam ruangan yang didominasi warna putih itu, aroma obat obatan seketika menyambut mereka.

"Sean."
Rengekan gadis diatas ranjang mengambil alih perhatian mereka, gadis cantik yang beberapa saat lalu mencoba bunuh diri dengan obat tidur yang berlebihan itu bahkan mulai menangis.

"Apa yang kau pikir sedang kau lakukan?"

"Sean."

"Apa kau gila?"
Sean mengeraskan rahangnya, mengunjungi rumah sakit bukanlah hal yang mudah baginya dan melihat Paris terbaring diatas ranjang rumah sakit dengan pakaian pasiennya membuat Sean kembali mengingat memori paling menyesakkan dalam hidupnya.

"Aku takut."

"Apa yang kau takutkan."

"Aku takut kau tidak akan memaafkanku, kau tahu bukan jika tidak ada yang benar benar peduli padaku? Semua orang membenciku, aku.."
Sean menghela nafasnya, mengeratkan genggaman jemarinya dengan Tori sebelum kembali membuka suara.

"Paris."

"Kalau saja Seika tidak pernah memintamu berjanji, kau tidak akan pernah melakukan ini semua bukan?"

"Kau benar tapi bukan berarti apa yang kau lakukan saat ini adalah yang benar."
Gadis itu membuang tatapann pada Tori yang hanya menjadi pendengar yang baik diantara mereka.

"Kau harusnya menepati janjimu sampai akhir, bukan meninggalkanku seperti ini."

"Bukankah kau yang harus mengerti batasanmu, Paris?"

"Batasan apa? Batasan seperti apa yang kau maksud? Kau pikir aku bisa mengendalikan perasaanku saat kau terlihat begitu peduli padaku setelah Seika mati!?"

"Turunkan nadamu, Paris!"
Sean menggeram tertahankan, mencoba menahan diri saat Tori diam diam mengusap punggung tangannya menanangkan.

"Lalu aku harus apa!?"
Paris semakin berteriak tak terkendali, sean menghela nafasnya dengan kasar sebelum akhirnya mengambil keputusan.

"Aku sudah cukup menepati janjiku dan menjagamu, aku bahkan meninggalkan semuanya untuk menemanimu bergabung di industri sialan ini. Perasaatmu adalah urusanmu, aku sam sekali tak bertanggung jawab untuk membalasnya atau bahkan membiarkanmu kembali mengacaukan hidupku."

"Tapi Sean-"

"Kau bahkan belum meminta maaf pada Tori."

"Aku tidak apa-apa."
Tori menyahut cepat, sedikit banyak mengerti apa yang sebenarya terjadi diantara mereka melihat sikap Sean pada gadis yang baru saja mencoba bunuh diri jelas saja membuat Tori cukup khawatir.

"Maaf."
Gadis itu menggumam dengan suara rendah, kembali terisak kecil saat Tori hanya mengangguk tanpa memberi jawaban.

Bagaimanapun,

Tori tidak begitu memikirkan apa yang pernah gadis itu lakukan padanya.

"Dengar!"
Sean menghela nafasnya, menatap gadis itu sekali lagi dan menemukannya masih terlihat baik baik saja meskipun wajahnya benar benar pucat.

"Jangan memikirkan hal bodoh lagi, berhenti menggangguku dan mengekori Mom dan bahkan menemui Daddy-"

"Sean-"

"Buka matamu, ada banyak orang yang peduli padaku. Berhenti membuat Rafael mengkhawatirkanmu, dia benar benar menangis saat menghubungiku kau tahu?"

"Rafael?"
Gadis itu tampak terkejut, namun tak lagi mengatakan apapun hingga Sean menghela nafasnya dengan tenang.

"Bagaimanapun, kalau kau membutuhkan sesuatu kau bisa menghubungiku."

"Bena-"

"Sebagai teman!"
Sean menyela dengan tegas, Paris merenggut. Membuang tatapannya pada Sean, tidak ada lagi yang bersuara hingga Sean dan Tori akhirnya memilih beranjak dari sana.

"Apa tidak apa apa?"

"Apa?
Sean menatap Tori dibawah topi hitam dan kacamata gelapnya, gadis itu tampak meninbang sebelum menjawab.

"Apa tidak apa apa kita meninggalkan Paris seperti itu? Bagaimana jika dia melakukan hal hal yang tidak diinginkan?"

"Aku rasa tidak, Rafael teman masa kecilnya sangat tergila gila padanya. Lagi pula, dia memang seperti itu sejak bersama adikku Seika."

"Siapa Seika?"
Sean membuka pintu mobil untuk Tori, memutari mobil lalu duduk dibalik kemudi dan melepas Topi dan kacamata hitamnya.

"Seika Adikku, dia dan Paris bersahabat cukup lama. Mereka berjanji untuk menjadi super model sebelum akhirnya Seika menyerah karna radang paru parunya."

"Jadi karna itu kau berjanji? "

"Yah, aku bahkan tahu jika dia menyukaiku sejak kita pertama bertemu. Bagaimanapun, dia harus mulai sadar jika hidupnya tidak hanya berputar disekitarku. Aku juga tidak ingin kau terluka dan salah paham atas hubungan kami."
Tori diam diam merona saat mendengar ucapan Sean, berdehem pelan lalu kembali bertanya pada pria yang seperti biasa sangat tampan itu bahkan hanya dengan kaus polos hitamnya.

"Benarkah?"

"Apa ini? Bukankah, kau harusnya sedikit cemburu?"

"Ha?"
Tori mengerjap, menakup pipinya yang kali ini benar benar memanas.

"Kau tahu, aku sedikit takut saat menyadari kau tidak pernah terlihat cemburu."

"Bukan begitu!"
Sean menarik seringaian khasnya, mencuri satu kecupan dibibir Tori saat di lampu merah dan kembali mengemudi.

"Tapi aku cukup senang kau marah karna mengkhawatirkanku pagi ini."
Tori lalu teringat saat ia benar benar kehilangan kendali saat Nando mengancam Tori menggunakan Sean.

Bagaimanapun,

Tori masih saja merasa ada yang salah dengan pertemuan tiba tibanya dengan pria gila itu.

"Sean?"

"Ya?"
Sean menoleh sekilas, jemarinya terangkat mengelus rambut Tori saat menyadari kecemasan gadis itu.

"Jangan memikirkan si brengsek itu."

"Dia tidak akan melakukan sesuatu padamu kan?"
Sean menarik sudut bibirnya, terlihat begitu percaya diri saat menjawab pertanyaan Tori.

"Kau tidak perlu memikirkanku, yang terburuk mungkin aku akan kehilang banyak pekerjaanku dan Dad akan menyeret pulang."

"Kau yakin?"
Sean mengangguk, kali ini menggenggam jemari Tori dengan tangan bebasnya.

"Ya, aku lebih takut jika sesuatu terjadi padamu."

"Aku baik baik saja."

"Karna itu tetap bersamaku, mengerti?"

"Iyaa."
Sean tersenyum puas, mengecup punggung tangan Tori lalu melanjutkan mengemudi dengan kepala yang harus segera menghubungi Kendra dan Dev untuk segera mengatasi Nando agar tidak lagi berani menunjukkan hidungnya dihadapan Tori dan Sean.

Brengsek!

Memikirkan apa yang telah pria gila itu lakukan benar benar membuat Sean ingin kembali menggila.

**

*
*

Kalian inginnya, maunya cerita ini berakhir dengan damai atau kerusuhan? 😂👍

Btw, menurut kalian Paris beneran nyerah apa belom yah?🗿

Jangan lupa vomment!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top