38 +

WARNING+

**

Nafas Sean terengah dengan hebat, menatap sekelilingnya mencari gadis yang membuat dada bergemuruh dengan hebat hanya karna memikirkannya.

Brengsek.

Dimana Tori?

Menyumpah kesal, Sean mengusap wajah dan rambutnya frustasi. Melanjutkan langkahnya menyusuri jalan, setengah berlari saat menduga Tori mungkin saja kembali ketaman yang sama saat mereka bertemu pertama kali .

"Tori!?"
Sean mengedarkan pandangannya, tidak lagi peduli pada rasa perih dimatanya dan kakinya yang nyaris mati rasa.

"Jalang brengsek!"
Sean tersentak, menoleh cepat dengan mata memicing saat melihat seorang gadis dibanting dengan kasar ke atas aspal.

Netranya melebar manyadari siapa gadis yang terlihat begitu putus asa saat para pria bertubuh kekar itu menyeretnya dengan kasar.

Sean kehilangan akalnya, tidak lagi menyadari kapan ia berlari sebelum menerjang tubuh kekar itu dengan kepalannya. Pekikan Tori yang terhuyung kesisi mobil membuat kesabarn Sean melewati batasnya, menulikan telinganya dan semakin menggila.

"Berani beraninya kalian!"
Sean meraung diantara derasnya hujan, melayangkan tendangan dan pukulannya membabi buta lalu mengumpat kasar saat rahangnya dihantam dengan keras dan tendangan kuat diperutnya.

"Brengsek!"
Sean benar benar kehilangan akalnya sesaat sebelum jeritan gadis itu membelah suara petir yang mencambuk langit.

"Sean!"
Tubuhnya mundur selangkah mengindari pukulan, tersentak saat jemari dingin itu menariknya agar segera berlari.

"Sialan, Tori!"

"Ayo!"
Mereka lalu berlari menembus hujan yang semakin deras, menautkan jemari mereka erat dengan nafas yang semakin memburu.

"Kau-"

"Tidak apa apa!"
Sean menyumpah, menoleh sekilas dengan rahang yang mengeras saat para pria diujung jalan itu berhenti mengejar mereka saat memasuki kawasan perumahan.

Brengsek!

Brengsek!

Brengsek!

Sean lagi lagi menyumpah, tidak habis pikir apa yang akan terjadi kalau saja dia tidak datang.

Atau bahkan terlambat.

"Tuan?"
Tony, Orland dan Remi menyambut mereka dengan tatapan cemas. Sean tak menyahut, hanya mengangkat lengannya dan melesat cepat menarik Tori memasuki sebelum membanting pintu rumah.

"Sean?"
Gadis itu mendongak dengan tatapan bingung saat Sean menghentikan langkahnya, terengah dengan nafas yang sama memburunya.

"Sakit?"
Sean mengangkat jemarinya, menyentuh anak anak rambut disekitar pelipis Tori yang memerah.

"Tidak apa apa."

"Maafkan aku"
Sean berbisik serak penuh penyesalan, menelan ludahnya saat tatapan penuh arti mereka beradu diudara.

"Aku-"

"Aku benar benar menyesal."

"Aku bahkan tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi kalau saja-."

"Sean."
Tori menyentuh jemari yang bergetar dipipinya, meggenggamnya erat dan meyakinkan jika ia memang baik baik saja.

"Maaf, Maafkan aku. Aku tidak tahu apa aku masih pantas mengatakan ini."
Sean menghentikam ucapannya, membalas genggaman jemari Tori dengan tatapan senduh penuh penyesalan.

"Kau akan tetap tinggal bersamaku, bukan?"
Hening yang panjang, tak ada yang bersuara diantara gemuruh hujan yang semakin membabi buta menghantam bumi karna debaran jantung yang diam diam menggila diantara mereka.

"Tori?"
Tori mengerjap sekali, menarik sudut bibirnya lalu tersenyum tanpa keraguan.

"Tentu saja."
Sean menahan nafasnya, tak lagi menahan diri membawa bibir Tori yang bergetar dalam mulutnya.

Berbagi kehangatan.

"Terimakasih. Terimakasih, Tori."
Bisik Sean disela ciumannya lalu menggeram rendah saat kembali meraup bibir pucat yang selalu menggodanya itu dengan dalam, meraih sisi wajah Tori dan mulai menciumnya semakin liar.

Diam diam menyumpah saat Tori menyambut ciumannya dengan lumatan liar yang membuat nafasnya semakin memberat, menunduk meraih tubuh sintal itu agar melingkarkan kakinya di tubuhnya hingga menekan gundukan keras dibalik celana Sean yang menggeram melepas ciumannya.

"Tori!"

Tori terengah dengan mulut terbuka saat Sean menghujam kecupan kecil disepanjang rahangnya, mencengkram bahu kokohnya saat lidah panasnya menyentuh leher Tori.

"Sean."
Melenguh tertahankan saat gigitan kecil itu berakhir dengan hisapan kuat, menandai dirinya.

Tori menahan nafasnya merasakan telapak tangan Sean menelusup kedalam kemejanya, mengusap punggungnya lalu sepanjang pinggulnya.

"Kau benar benar tahu cara membuatku gila!"
Detik berikutnya, suara kancing yang berhamburan diatas lantai memenuhi telinga Tori.

Benar benar tidak menyadari sejak kapan mereka sampai dikamar Sean yang baru saja melepaskan kemejanya, kembali mendesak Tori kedinding dengan ciuman liar sebelum meloloskan branya yang ikut berakhir dilantai yang dipenuhi genangan air.

"Sean!"
Tori memekik pelan saat mulut panas itu mengulum puncak dadanya yang mengeras, mengerjapkan matanya yang berair merasakan telapak tangan lebar itu meremas yang lainnya dengan cara menggilakan.

Sean menyumpah, setengah membanting tubuh menggoda Tori keatas ranjang berkanopi hingga tirainya berjatuhan. Menciptakan siluet indah yang membuat Sean tertegun dengan nafas yang semakin memberat saat menarik celana gadis itu melewati kaki jenjangnya.

Memikirkan jika ia nyaris kehilangan gadis itu malam ini membuat Sean tak lagi mampu menahan dirinya.

Menghembuskan nafas kasar, merasakan sesak luar biasa diselangkangannya menyadari gadis aneh yang membuat Sean sialan tergila gila sedang telanjang dan memerah menggoda diatas ranjangnya.

"Kau tidak akan lolos malam ini."
Sean menggeram rendah, melepaskan kaus dan sabuk celananya dengan lamat lamat hingga membuat Tori semakin memerah dengan bibir bengkak membara karna ciuman Sean yang lagi lagi menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Kau pernah melakukan ini?"
Tori menelan ludah susah payah saat Sean melepaskan kain terakhir ditubuh jangkungnya, berlutut disisi ranjang sebelum menunduk mencuri ciuman dalam dibibir Tori.

"Aku bertanya."
Tori memejamkan matanya merasakan jemari panjang itu membelai sepanjang lehernya, turun mengusap sisi dada penuhnya yang mengeras dan basah lalu menjelajah semakin jauh diantara lipatan kakinya.

"Sean."
Tori merintih pelan, meremas selimut dibawahnya dengan jemari yang memutih saat bibir Sean ikut bergabung dengan jemarinya.

"Kau belum menjawabku."
Tori mengerjapkan matanya yang lagi lagi berair, menatap sepasang mata tajam Sean yang terlihat begitu menginginkannya dengan nafas yang memberat membelai kulitnya.

"Kenapa tidak mencari tahu?"
Netra Sean berkilat, menunduk mencium leher Tori yang mendesis pelan dengan tubuh yang semakin bergetar hebat saat Sean menekuk kakinya perlahan.

"Sure."
Tori memekik pelan saat Sean melesakkan dirinya tiba tiba, mencengkram bahu kokoh Sean menggeran rendah dengan nafas yang terengah mencari bibirnya.

"Sean!"

"Apa aku terlalu besar?"

Sean manarik senyuman percaya dirinya, kembali mencium bibir Tori dengan liar sebelum lagi lagi mendesak gadis itu dengan dorongan kuat hingga merintih penuh kenikmatan dalam mulutnya.

Saat tatapan mereka beradu diudara, Sean dan Tori tidak lagi memikirkan apapun. Tidak lagi peduli pada derasnya hujan dan gemuruh langit yang memnelah malam, membiarkan nafas mereka beradu dengan suara decapan yang memenuhi langit langit kamar.

"Sean."
Membiarkan tubuh berpeluh mereka bergerak semakin cepat dengan hentakan yang membuat Tori nyaris menangis dibahu Sean.

"Oh."
Tori merintih, memeluk leher Sean lalu menggingit bahunya hingga Pria itu menggeram semakin menggila.

"Brengsek!"
Saat hentakan Sean dan erangan Tori yang saling bersahutan, jemari panjang Sean menelusup diantara jemari lentik gadis itu.

Menggenggamnya dengan erat, semakin kuat saat mereka semakin menggila mencapai puncak lalu jatuh berhamburan dengan nafas yang terengah hebat.

"Sean."

"Victoria."
Bisik Sean serak, mencium bibir Tori dalam dalam sebelum mengecup bahu telanjangnya penuh kenikmatan.

Kilasan saat Sean benar benar nyaris kehilangan wanita dipelukannya, memikirkan bagaimana ia bahkan masih ingin tetap tinggal setelah apa yang Sean lakukan membuat rongga dadanya mulai berdenyut menyesakkan.

Brengsek, Sean!

Menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Tori, memeluknya tubuh dalam pelukannya semakin erat dan memejamkan matanya lalu berbisik pelan penuh penyesalan.

"Maafkan aku, Tori."

**

*

*

*

Akhirnya yah Bang :p

Ini hambar ga sih?

Setengah partnya kupotong, kutau kalen bakal gagal pokus karna kelakuan mereka. *lapkeringatbercucuran :')

**

Jangan lupa Vomment
Maaf Typo

Siera

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top