15

**

       Tori tersenyum lebar saat Helen mengulurkan segelas kopi kearahnya ditengah kantuk luar biasa yang menyerangnya.

"Terimakasih Helen."
Ucap Tori bersemangat membuat Helen tersenyum seraya memperbaiki letak kacamatanya.

"Sama sama Tori, kau sudah makan malam?"
Tori menekuk bibirnya, menatap Helen dengan tatapan memelas yang membuat gadis itu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Tori.

"Aku lapar tapi Sean pasti akan membunuhku."
Gumam Tori pelan sebelum mendelik tajam pada Sean yang sedang berpose bersama Sarah dibawah sebuah pohon rindang yang masih menyisahkan rintik hujan yang sudah berlalu sejak sore tadi.

"Apa kau ingin aku mengambilkanmu sesuatu?"
Tawar Helen, Tori hanya menggeleng lemas sebelum menyandarkan tubuhnya pada kotak kayu yang entah berisi apa.

"Tidak apa apa Helen, sebaiknya kau temui Bram. Sean akan mengganti pakaiannya."
Helen menghela nafasnya dan bergegas bangkit, menatap Tori sekali lagi sebelum tersenyum.

"Baiklah, aku harus bersiap."
Tori hanya mengangguk membiarkan Helen berlalu sementara ia sejak sore tadi hanya duduk disini menunggu perintah Sean.

Pria itu benar benar memberinya petingatan untuk tidak melakukan gerakan yang berarti sedikitpun, meskipun Tori benar benar ingin menusuk mata menyebalkan Rowena yang sejak tadi melemparkan tatapan sengit kearahnya.

"Tori!"
Suara berat itu membuat Tori bergegas bangkit, mengambil mantel hangat Sean, air mineral, tablet dan ponselnya.

"Cepat!"
Tori menggumam mendengar desakan Sean, ia bergegas membantu pria itu memasang mantelnya dan mengulurkan air mineral ditangannya.

"Ayo."

"Kemana?"
Pertanyaan sederhana dengan wajah tanpa dosa itu membuat Sean menggeram kesal

"Ke hotel, Tori."

"Bukankah masih ada dua kali pemotretan?"
Sean berdecak mengambil ponselnya dan membiarkan gadis itu berlari kecil mengikutinya.

"Sean."
Pria itu berbalik membuat Tori menghentikan langkahnya dan menatap pria tampan itu lekat lekat.

"Ditunda, aku kedinginan dan kelaparan."
Tori mengangguk mengerti membuat Sean kembali melanjutkan langkahnya masih dengan Tori yang mengekorimya.

"Oh yah, dimana kamarku?"
Tanya Tori saat mereka baru saja memasuki lobi hotel, Sore tadi saat mereka tiba. Ia dan Sean bergegas kelokasi pemotretan sementara Bram menyimpan barang barang mereka.

"Lantai berapa? Kamar berapa? Dimana-"

"Tori."
Desis Sean dengan tajam membuat gadis itu memberenggut menekuk wajahnya dan memilih mengikuti Sean yang entah ingin kelantai berapa.

"Tunggu."
Jemari lentik itu menahan pintu lift yang akan tertutup, gadis dengan balutan gaun putihnya itu tersenyum dan bergegas masuk dengan seseorang yang sangat tidak Tori sukai.

Disusul oleh Bram dan Helen yang entah mengapa beralih menjadi patung tak bernyawa dan memilih menjadi pendengar yang baik dibelakang mereka.

"Oh, Hai Sean."

"Hai, Sarah."
Sahut Sean sekenanya, memberi tatapan penuh peringatan pada Tori yang berdiri tak acuh disisi tubuhnya.

"Dilantai berapa?"
Tanya Sean tanpa menatap Sarah yang diam diam tersenyum mendengar pertanyaan Sean.

"Lantai 28."
Sean menekan tombil disisi lift tepat dihadapan Tori yang masih tidak peduli dengan tatapan sengit dari Rowena yang berdiri disisi lain Sarah.

"Kau- President suit?"
Sarah menatap Sean yang baru saja menarik jemarinya dari tombol lift yang kini mulai bergerak keatas.

"Ya."
Sahut Sean singkat, tidak peduli Sarah dan Rowena yang saling melempar tarapan tak percaya pasalnya baru kali ini ia dan Sean berada dihotel yang sama meskipun mereka pernah melakukan beberapa kerja sama.

"Pasti menyenangkan, boleh aku kemarmu? Aku sedikit penasaran-"

"Sean, dimana kamarku?"
Sarah mendelik tajam kearah gadis demgan wajah tanpa dosanya menyela ucapannya.

"Kau benar benar tidak sopan."
Hardik Rowena kesal, Tori menoleh menatapnya sekilas sebelum kembali menatap Sean menunggu pria itu menjawab pertanyaannya.

"Ah aku melupakan sesuatu dimobilku, kalian bisa kekamar lebih dulu."
Ucap Sarah, Sean menatapnya sekilas sebelum kembali mengulurkan tangannya menekan tombol Lift melewati tubuh Tori yang masih menunggu jawabannya.

"Sean dimana kamarku? Dimana barang barangku?"
Sean berdecak kesal sebelum menatap Tori yang seperti biasa menatapnya dengan tatapan menyebalkannya.

Ia menghela nafasnya, memberikan tatapan tajam pada Rowena dan Sarah yang hanya bisa tersenyum manis.

Bram yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi hanya berdiri salah tingkah bersama Helen yang benar benar bingung dengan suasana didalam kotak besi ini.

"Dikamarku."

"APA!?"
Sean menatap Rowena dengan dingin sebelum kembali menatap Tori yang hanya mengangguk mengerti dengan kening yang mengkerut samar.

"Sean.."
Sarah menyela membuat pria itu menoleh kearahnya dengan alis terangkat

"Kau tahu bukan, kau tidak boleh seperti ini. Bagaimana jika publik mengetahui jika-"

"Itu artinya salah satu diantara kalian yang menyebarkan ini, lagi pula itu hal yang biasa bukan?"
Ucapan Sean membuat Sarah bungkam dengan tatapan Rowena disisinya yang menghunus gadis yang masih mengerutkan keningnya samar.

Itu memang hal yang biasa untuk Entertainer lain tapi tidak biasa untuk seorang Sean.

"Kamarmu?"
Gumam Tori mengalihkan perhatian Sean dari Sarah yang benar benar tidak berkutik.

"Iya, Tori."

"Tapi kenapa harus kamarmu?"
Sean menggeram kesal, menarik pelan rambut Tori yang tidak terikat disisi telinganya yang membuat gadis itu memekik pelan.

"Sean! Itu sakit!"

"Sudah kukatan ikat rambutmu!"

"Aku sudah mengikatnya."

"Lalu apa ini?"
Sean kembali menarik helain rambut Tori yang kembali memekik pelan dengan tatapan kesal kearah Sean.

"Sebenarnya apa masalahmu dengan rambutku?"
Gerutu Tori nyaris seperti gumaman tidak jelas karna bibirnya yang ditekuk kesal.

Lift berdenting, membuat Sarah bergeser dan membiarkan Bram dan Helen jalan untuk meninggalkan kotak besi dengan suasana yang entah mengapa semakin tidak mengenakkan.

"Kalian ingin aku pesan makanan?"

"Tidak."

"Sean."
Tori melayangkan protes, membuat Sean berdecak kesal dan menatap gadis dengan tatapan membunuhnya.

"Dengarkan aku."

"Tapi aku lapar, Sean."
Sean memencet tombol lift agar kembali tertutup dengan kesal sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Tori yang mulai merengek.

"Sean, aku bisa membawakanmu makanan dari bawah."
Sarah mencari kesempatan dengan senyum manis, berharap akan meluluhkan pria itu.

"Tidak perlu."
Sahutnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari Tori yang mulai menarik narik lengan mantelnya seperti anak lecil.

"Tori."

"Aku lapar Sean, kenapa kau tidak mengerti? Bukankah kau juga lapar? Kau benar benar jahat padaku."
Sean lagi lagu berdecak berharap kotak besi sialan ini bergerak cepat hingga ia bisa memarahi Tori, mengancamnya sesuka hatinya tanpa ada Sarah dan Rowena yang akan mendengarnya.

"Jadi aku jahat padamu?"
Tori menekuk wajahnya, menarik tangannya dari lengan mantel Sean dan bersidekap tidak mau berurusan dengan pria yang mulai menggunakan nada menyebalkannya.

"Tori."
Sean memperingati namun gadis itu hanya menggumam malas menanggapi.

"Kau mendengarku tidak?"

"Iya iya, aku dengar."
Gerutu Tori menatap Sean sekilas sebelum kembali menatap pantulan dirinya di lift, tidak peduli tatapan menusuk Rowena dan Sarah yang sejak tadi menghujamnya.

"Siapkan aku air hangat sebelum membuat sesuatu untuk makan malam. "

"Apa?"
Tanya Tori tidak mengerti, Sean menghela nafasnya sebelum mengetuk pelan kening Tori yang memekik dan mengusap bekas ketukan jemari Sean yang ia yakini mulai memerah.

"Kau bisa memasak diatas"

Benar benar..
**
*
Jangan Lupa Vomment
Maaf typo..

Siera.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top