Chapter 2 : Night Thoughts

Tangan Cameron mengelus map yang ada di pangkuannya. Dia menghela napas sejenak, kemudian membukanya. Matanya disambut dengan beberapa lembar kertas yang menggambarkan beberapa kasus "bunuh diri" yang tidak jelas maksudnya. Ada beberapa foto dari kondisi mayat dan lokasi kejadian yang dipenuhi dengan darah dan nuansa suram di dalamnya.

Cameron tidak habis pikir bagaimana bisa seseorang merencanakan sebuah pembunuhan yang terlihat seperti bunuh diri. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi kasus dengan modus serupa. Tapi kali ini dia menghadapi seseorang yang ahli akan bidangnya, dan dia tau apa yang harus dilakukannya untuk menghilangkan jejak.

Hal ini sedikit banyak memengaruhi Cameron. Di satu sisi, dia sangat geregetan untuk bisa menangkap pelakunya, atau setidaknya mengetahui apa yang sebenarnya dia lakukan. Tapi di satu sisi dia sudah cukup lelah mencari jejak samar dari si pelaku dan ingin meminta bantuan dari rekan - rekannya di kota.

Siapakah pernjahat yang berhasil membingungkan Cameron itu? Sampai saat ini tidak ada yang tau apapun tentang dirinya, tapi media memberinya julukan "Maxime the Malicious", karena adanya rekaman CCTV yang memperlihatkan salah satu korbannya mengatakan "Maxime" di ruang kantornya sebelum dia ditemukan tidak bernyawa dengan sebuah tali melingkar pada lehernya beberapa jam kemudian di toilet.

Banyak orang yang penasaran akan siapa pembunuh itu. Orang - orang di daerah batas kota Inkuria sering kali membicarakan hal ini dalam bisik - bisik yang terjadi di perbincangan mereka. Tapi tidak pernah ada yang tau pasti tentang keberadaannya. Sepertinya dia sangat tau apa saja yang bisa menarik perhatian orang lain dan bagaimana dia harus bersembunyi, karena sampai sejauh ini dia tidak pernah tertangkap kamera tersembunyi, atau meninggalkan jejak yang akan menuju ke arahnya.

Cameron menghela napasnya. Dia ingin agar kasus ini bisa segera selesai. Ditatapnya mug yang sudah lama kosong itu, lalu dia meletakkan map kembali ke atas meja. Dia berdiri, lalu mengambil mugnya dan berjalan ke dapur. Hujan di luar makin menggila, dan Cameron berpikir kalau dia memerlukan sesuatu yang bisa menghangatkan dirinya lebih dari kopi, serta membantunya untuk berhenti berpikir tentang kasus ini sejenak.

Cameron pergi ke dapur, dan dia kembali dengan sebotol wiski dan sebuah gelas yang diisi es batu. Dia melintasi pintu dapur dan melirik ke arah meja kerjanya, sebelum melirik ke arah meja Wilson, tepatnya ke tumpukan CD yang berserakan di atasnya. Awalnya dia ingin berlalu meninggalkannya, hingga akhirnya matanya tertuju pada sekeping CD yang judulnya membuatnya terdiam sejenak.

MADISON AVORY : STORIES UNTOLD

Cameron terlihat bingung pada awalnya, karena Wilson rupanya sudah membuat sebuah file untuk kasus terakhir mereka tentang kematian seorang perempuan bernama Madison Avory. Terutama karena kasus itu berhubungan dengan Maxime dan belum terselesaikan. Tapi hal itu juga membuat Cameron tertarik untuk mengetahui apa pendapat Wilson, walau mungkin dia sudah tau semuanya. Mungkin saja kan ada beberapa pendapat yang tidak sempat rekannya sampaikan, yang mungkin bisa membantunya?

Langsung saja Cameron mengambil CD tersebut, lalu membawa laptop yang ada di atas meja kerjanya kembali ke sofa. Sementara menunggu laptopnya menyala, dia memainkan kepingan yang ada di tangannya sambil menebak kira - kira apa yang dikatakan Wilson di dalam rekamannya.

Setelah laptopnya siap, dia memasukkan CD ke dalam slot yang tersedia, kemudian dia menyetel videonya. Dia bisa melihat Wilson tersenyum ke arah kamera, lalu mulai berbicara.

"Hai, ini aku, Wilson. Sekarang sudah bulan Mei, tepatnya di tahun 2022. Seperti biasa, aku akan menceritakan sebuah kasus yang baru saja terjadi. Walau sebenarnya kasus ini belum sepenuhnya selesai, seperti beberapa kasus yang terjadi akhir - akhir ini. Si penjahat yang dijuluki Maxime the Malicious ini benar - benar selicin belut, tapi semoga saja dia bisa segera di tangkap."

"Seperti yang bisa ditebak, kasus kali ini merupakan kasus "bunuh diri" yang mencurigakan. Itu sepertinya ciri khas Maxime. Kali ini korbannya adalah seorang wanita yang bernama Madison Avory."

Cameron menuang sedikit wiski ke gelas lalu meminumnya. Kemudian matanya kembali tertuju ke layar laptop untuk menyimak apa yang dikatakan oleh Wilson, dan dia menemukan semua fakta yang sudah mereka ketahui menjadi satu. Setidaknya ini bisa membantu untuk mengingatkannya apa yang terjadi.

Setelah pemamparan faktanya selesai, Wilson mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang terjadi. Cameron mulai memperhatiannya dengan lebih serius dan berusaha memahami setiap kata yang diucapkan oleh Wilson.

"Seperti yang sebelumnya, tidak ada tanda apapun tentang kehadiran pelakunya. Yang membuat banyak orang menyimpulkan kalau pelaku kejahatan ini adalah Maxime the Malicious. Dan dari sedikitnya jejak yang ditinggalkan ... bisa dibilang kalau ini memang ciri khasnya."

"Yang unik kali ini adalah lokasi tempat mayat ditemukan, yaitu di taman. Biasanya Maxime memilih tempat yang lebih tertutup, seperti gudang, toilet, rumah tak berpenghuni, atau bahkan rumah korban sendiri. Dia akan membiarkan mayatnya membusuk sebelum akhirnya ditemukan, tapi kali ini korban berada di sebuah bangku taman, dengan sebuah pisau menancap di dadanya. Orang pertama yang melihatnya langsung melaporkan hal itu pada keluarganya sebelum mereka memberi tau kami."

"Tapi kenapa dia mengubah kebiasaannya? Apakah dia ingin menunjukkan sesuatu? Atau mungkin dia iseng saja dan ingin mengeksekusi di tempat yang terbuka? Bukankah itu memberikan dia kemungkinan besar untuk tertangkap basah?"

"Itu pertanyaan yang pertama. Yang kedua, ini adalah teori yang aku dan Cameron miliki. Dari semua korban Maxime, kami bisa menemukan sebuah kemiripan. Mereka semua, entah secara langsung atau tidak, memiliki banyak masalah sebelum mereka mati. Entah masalah dengan keluarga, pasangan, pekerjaan, atau yang lainnya. Ya, mungkin itu memperjelas kemungkinan bunuh diri, karena pada beberapa korban ditemukan banyak bekas luka sayatan di lengan atau bagian tubuh mereka yang lainnya, yang menandakan bahwa mereka sepertinya sudah berusaha melukai diri mereka sendiri."

"Pola yang aneh ya? Bagaimana bisa Maxime menemukan sebuah pola kesamaan pada korbannya? Kalau dia memang seorang psikopat yang tidak pandang bulu, hal ini tidak akan terjadi. Apakah dia punya tujuan tertentu? Apakah dia dibayar atas pekerjaannya itu?"

"Aku punya satu teori aneh, yang aku yakin Cameron tidak akan setuju denganku. Aku berpikir kalau bisa saja memang semua korbannya yang menginginkan hal itu. Mungkin saja mereka memang sudah lelah hidup, dan ingin mengakhirinya, tapi mereka tidak bisa melakukannya sendiri. Karena itulah dia meminta bantuan Maxime, agar semuanya terlihat seperti bunuh diri. Aneh ya? Tapi kita kan membahas tentang seseorang yang kemungkinan adalah psikopat kelas berat, jadi kurasa mereka tidak akan keberatan untuk melakukannya, apalagi kalau mereka dibayar untuk itu."

"Lalu yang terakhir ... aku berpikir mungkin saja kan kalau Maxime punya identitas ganda? Mungkin saja di siang hari dia adalah warga negara yang baik, yang bahkan tidak dicurigai sedikitpun. Tapi ketika malam datang, dia menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Mungkin kami harus mencari tau dulu apakah ada seseorang yang kenal dengan korban sebelum akhirnya dia tewas? Siapa tau kan kalau sebelumnya dia mendekati korban dengan cara halus sebelum akhirnya tewas di tangan Maxime. Tapi masalahnya, kita tidak bisa mewawancarai mayat, dan tidak ada hal berarti yang dikatakan oleh kerabat atau teman korban yang mengacu pada keberadaan orang asing. Jadi ... kalau memang teori ini benar, akan agak susah untuk membuktikannya."

"Ah entahlah, aku tidak tau apakah itu bisa jadi benar atau tidak. Yang pasti, daripada kasus itu, aku lebih mengkhawatirkan Cameron."

Cameron terdiam sejenak. Kenapa Wilson mengkhawatirkannya, pikir Cameron. Apa ada sesuatu yang salah?

"Kenapa? Karena kasus - kasus Maxime ini memengaruhinya. Dia pasti merasa kesal karena tidak bisa menangkap Maxime. Tidak biasanya dia butuh waktu lebih dari setengah tahun untuk menyelesaikan sebuah kasus, atau menangkap satu penjahat. Kurasa dia agak stres karenanya, dan itu membuatku khawatir."

"Kuharap dia baik - baik saja. Aku tau kalau dia sebenarnya bisa menyelesaikan kasus Maxime ini. Masalahnya hanyalah mungkin kami belum bisa menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan lebih banyak hal tentang Maxime. Semoga saja dia tidak terlalu menjadikannya beban, karena ... aku tidak ingin dia kenapa - napa."

"Sebagai sahabatnya setelah sekian lama, aku tau banyak tentang dirinya. Cameron agak tertutup, dan dia hanya mengatakan bahwa dia bersekolah di Chicago untuk menghindari masalah keluarga. Hanya itu yang aku tau dari masa lalu Cameron. Tapi aku tau banyak apa yang terjadi saat masa sekolahnya, dan juga karakternya. Walau tidak menutup kemungkinan bahwa dia menutup beberapa fakta lainnya dari aku. Kalau dia pernah berbohong tentang identitas dirinya padaku, maka aku tidak akan tau. Dan ya ... aku agak khawatir dia akan melakukan hal yang ... agak irrasional. Kuharap tidak. Karena aku tau akan ada hal buruk yang terjadi kalau sampai begitu ceritanya. Aku tidak ingin Cameron berubah jadi monster ganas karena dia sangat ingin menangkap Maxime."

Wilson menyampaikan penutup, lalu videonya selesai. Apa yang disampaikan Wilson menarik untuk Cameron. Dan walau rekannya mengatakan kalau mungkin saja apa yang jadi teorinya agak aneh, tapi semuanya masuk akal. Tentang kondisi terakhir korban yang dipenuhi masalah, dan kemungkinan Maxime menyamar untuk mendapatkan mangsanya.

Hal ini membuat Cameron tertarik untuk mengamati hubungan apa yang mungkin terjadi di antara korban - korbannya. Dia langsung membuat catatan dalam kepalanya untuk melakukan hal itu.

Cameron mematikan laptopnya, tentunya setelah dia mengeluarkan CD yang ada di dalamnya. Dia meletakkan kembali kedua item itu ke tempat asalnya. Kemudian Cameron kembali berdiri di depan jendela.

Pikirannya melayang ke sana kemari, memikirkan berbagai macam kemungkinan. Rekannya benar, dia tidak boleh membiarkan kasus ini menjadi beban baginya. Tapi kini pikirannya kembali tertuju pada Madison Avory, dan bagaimana awal dari penyelidikan kasus itu, yang terjadi beberapa minggu lalu.

Semuanya bermula ketika Cameron baru saja menuju ke ruangan kantor hari itu. Dia hendak meletakkan dirinya di atas sofa, dan membaca surat kabar seperti kebiasaannya di pagi hari, sebelum akhirnya ada sebuah ketukan di pintu ....

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top