Chapter 3
Kawasan pertokoan Seoul, siang hari cukup ramai. Di salah satu sudut Daniel melangkahkan kakinya menuju ke sebuah kafe. Ia memiliki janji untuk bertemu dengan Hyora. Pertemuan mereka di sekolah tadi, berbuah temu janji yang telah disepakati keduanya, setelah sempat bertukar nomor ponsel.
Langkah kaki pria dengan lesung pipi dan tubuh tegap itu terlihat memesona. Membuat sepanjang perjalanan banyak gadis yang terpesona mereka tak henti menatap Daniel. Seolah, telah terbiasa ia terus saja melangkah tak terlalu peduli dengan sekitar. Vampir memang kebanyakan memiliki wajah yang rupawan. Kecantikan dan ketampanan abadi yang dimiliki seolah menjadi dasar mereka untuk mendapatkan energi.
Pria itu kini mengenakan sweater tipis hitam hingga leher, lalu Coat dengan nuansa moccha dan celana jeans navy membuat ia terlihat modis. Didukung postur tubuh kayaknya seorang model.
Langkahnya terhenti sesampainya di kafe dengan nuansa modern. Cat dinding dan aneka furniture di dominasi warna hitam. Dindingnya terbuka terbuat dari kaca, hingga ia bisa melihat bagian dalam kafe.
Ia mengarahkan pandangannya mencari Hyora. Di sana Hyora telah menantinya, duduk di salah kursi yang berada di sudut kafe. Ia menatap ke arah jalan ditemani secangkir espresso panas yang belum diminum. Hyora mengalihkan pandangan, merasakan kehadiran Daniel. Pria itu melambaikan tangannya saat Hyora melihatnya. Segera masuk dan berjalan menghampiri, lalu duduk di bangku yang berhadapan dengan Hyora.
"Sudah 300 tahun lebih saat terakhir aku bertemu denganmu," sapa Hyora.
Daniel tersenyum kecil. "Aigo, Kenapa, kau semakin cantik?"
"Aku tau," ujar gadis itu diikuti senyuman jahil.
Daniel berdecih, ia merasa Hyora sama sekali tak berubah. "Kau semakin besar kepala."
"Tentu aku cantik, aku ini wanita."
"Iya, iya aku tak ingin berdebat denganmu. Wanita."
Keduanya tertawa larut sesaat dalam pertemuan yang menyenangkan. Lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Joseon bahkan kini telah berubah menjadi ibu kota yang luar biasa. Tak ada lagi gubuk di sisi-sisi jalan. Semua gedung dan perumahan. Tak ada hutan dan aliran sungai seperti dulu.
Daniel menatap, sekilas kedua sudut alisnya bertaut sesaat.
"Apa—" ucapnya terputus merubah posisinya duduknya tak setenang sebelumnyaa. " Apa sekolah Hainan, adalah
Di sekolah yang tepat untuk adikmu?" tanya Daniel tiba-tiba.
"Maksudmu?"
"Ah, Maksudku, masih banyak sekolah yang lebih banyak vampir. Dan itu tidak akan merepotkannya." Daniel bergerak gelisah, sementara Hyora sempat menatap curiga sebelum akhirnya urung.
"Aku tak bisa memilih, semua telat ditentukan."
"Iya, kau benar."
"Lagipula, Sudah saatnya aku melepas adikku itu. Selama ini aku terlalu mengekangnya. Alasan ia sulit menemukan mangsa juga aku salah satunya." Bisa terdengar jelas betapa Hyora sangat menyesal saat ini.
Daniel mengangguk, mengerti dengan kekhawatiran sahabat lamanya. Tatapannya teralih sesaat seolah memikirkan sesuatu.
"Apa ada masalah?" tanya Hyora lagi.
Pria itu menoleh, danenjawab, "tidak."
"Selama 300 tahun ini semua berjalan baik. Terakhir kami ke Korea semua baik-baik saja."
"Kau pernah datang ke Korea? Kapan?"
"Hanya sebentar untuk beberapa urusan."
Daniel mengangguk, lalu menatap ke luar jendela. "Dia masih belum mengingatnya?"
Hyora menggeleng, "belum."
***
S
iang itu rumah bersaudari Park sepi. Tapi, alunan manis dari suara piano memenuhi ruangan. Saat itu di ruang tengah lantai dua Jason asik memainkan piano. Matanya sesekali terpejam larut sendiri dalam permainan indahnya. Sedangkan Hyori sedang menyantap makan siangnya dengan malas. Lagi dia harus meminum darah sapi yang akan membuatnya semakin besar. Jason memerhatikan Hyori dari balik pianonya. Lalu berhenti memainkan piano kemudian berjalan menghampiri gadis yang kini duduk di sofa tak jauh dari sana.
"Habiskan, dengan benar," katanya sambil mengusap rambut depan Hyori kemudian duduk di sampingnya.
"Aku benar-benar akan menjadi babi sebentar lagi. Kapan aku bisa mendapatkan mangsa?" tanya Hyori putus asa
"Aku akan membagi energiku denganmu." Jason memajukan bibirnya ke arah Hyori.
Sontak ia menjauhkan wajah Jason dengan tangannya. "Yaaaak! Aku tidak mau darimu"
"Hei, kenapa? Kau pikir manusia akan mudah memberikan ciumannya untuk kita?"
"Apa sulit?"
"Kurasa karena kau sulit didekati, kau juga akan sulit mendapatkan mangsa." Jason duduk sedikit menjauh tak ingin membuat Hyori tak nyaman.
Hyori semakin frustasi ia tidak menghabiskan makan siangnya, Ia meletakkan gelas ke meja dengan keras.
"Hei! habiskan!" bujuk Jason.
"Aku malas!" tolak Hyori sambil menggelengkan kepala.
"Aku akan habiskan jika kau tidak mau,"
"Yaa, aku ingin melihatmu berubah jadi sebesar beruang karena makanan itu."
"Hemmph, kau ini." Jason mencobanya seteguk. "rasanya lumayan."
Hyori hanya melirik lalu anak laki-laki itu tersenyum. Jason menyukai Hyori itu meskipun kini ia berubah.
***
Sementara itu seorang laki-laki memasuki kantor Nona Song beberapa karyawan memperhatikannya. Karena ia adalah manusia. Tak banyak manusia yang bisa memasuki ruangan penting.
Tok.. Tok.. Tok
Ia mengetuk pintu kantor Nona Song dengan gaya yang konyol.
"Masuklah."
Dengan bergegas ia membuka pintu dan berjalan mendekat. Diikuti senyuman manisnya Kangchul nama pria itu. Kini telah berdiri tepat di depan meja atasannya.
"Ada apa kau memanggilku Nona Song?"
Nona Song menatap Kangchul dari balik kacamatanya. "Awasi mereka. Mulai sekarang kau menjadi pengawal mereka," perintah Nona Song sambil menunjukan Foto Hyori dan Hyora.
"Ah, pekerjaan baru. Baiklah."
***
Daniel pulang ke rumahnya. Berjalan masuk ke dalam rumah lalu menuju dapur akibat terpikat aroma masakan yang berasal dari ana. Terlihat Minjoon yang sedang menyiapkan makan malam.
"Kau sudah makan?" tanya Minjoon begitu melihat Daniel di hadapannya.
"Sudah," jawab Daniel kemudian duduk di kursi makan sambil memerhatikan beberapa masakan di hadapannya.
"Mengapa kau tidak pernah makan di rumah?" tanya Soohyun mulai duduk kemudian mulai mengambil makan malamnya.
Disana ada nasi hangat, dengan sip tauge pedas, juga daging bulgogi.
"Aku akan makan nanti malam. Oya, Sepertinya aku akan tinggal lebih lama. Masa kerjaku di sini di perpanjang."
Minjoon hanya melirik Daniel sekilas dan mengangguk kemudian melanjutkan makan malamnya.
"Apa ada makhluk abadi di dunia ini?" tanya Minjoon tiba-tiba.
Daniel sedikit terkejut. "Hah? Hahahhhah, apa kau percaya hal seperti itu?"
"Ah, tidak—hanya saja ... Ah lupakan." Pria itu kembali melanjutkan makan malamnya tak ingin larut dalam pikiran aneh yang ia buat.
Daniel terdiam sambil menatap Soohyun sesaat. Sejujurnya ia ingin sekali mengatakan dan menceritakan banyak hal. Hanya saja tak bisa. Ia tak bisa memberitahu karena peraturan yang telah di sepakati semua vampir.
Ah.. Tuan bagaimana hamba bisa menjelaskan ini semua..
**
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top