Sunshine

“Hei kau! Iya! Yang rambutnya hitam! Berhenti!”

“T-tunggu! B-bokuto..-san!”

Bokuto berhenti tepat di depan pemuda itu. Nafasnya memburu, begitupula Akaashi. Sejenak suasana menjadi lengang. Udara dingin berhembus menusuk tulang. Suasana dan nyanyian puji-pujian masih mengalun lembut.

“A-a-a-a..”

“Kenapa kau mengikuti kami?!” suara Bokuto terdengar keras. Bahkan beberapa orang yang lewat menoleh ingin tahu apa yang terjadi. Akaashi jadi merasa kasihan dengan pemuda itu. Sekarang ia jadi seperti penjahat yang tertangkap basah.

Pemuda itu berjengit. Keringat dingin meluncur dari pelipisnya. Ditatap begitu dalam oleh Bokuto membuatnya kikuk. Terpatah-patah ia membunguk maaf.

“M-maaf.. maaf..”

“Kenapa kau mengikuti kami?” kali ini Akaashi mengulang pertanyaan Bokuto dengan lembut.

“Maaf, tapi apa boleh aku minta tolong pada kalian berdua..?” pemuda tadi menghentikan bungkukannya. Menatap lurus ke Akaashi. Matanya yang berwarna biru gelap berbinar. Cerah seperti pernak-pernik hiasan di pohon natal tadi.

“Ya?”

“W-woi Akaashi, kau tak sedang menerima klien kan? Ingat kita lagi libur untuk natal!”

“Iya, iya aku ingat.. tapi bukankah membantu orang tidak perlu saat sedang bekerja saja kan?”

“…I-iya, sih..”

“Nah, apa yang bisa kami bantu.. err..” Akaashi bingung hendak memanggil pemuda di depannya.

“Kageyama. Kageyama Tobio.”

“Ah, Kageyama-san… kenalkan, Akaashi, dan ini Bokuto.” Akaashi menunjuk Bokuto yang manyun di sebelahnya. Akaashi sedikit meringis melihatnya.

“Akaashi-san, Bokuto-san, boleh minta tolong untuk memilihkan hadiah natal? Ada seseorang yang harus kuberikan hadiah saat ini, tapi… selera memilihku sangat buruk, haha.. jadi boleh minta tolong untuk membantuku mencarikannya?” Kageyama mengusap tengkuknya. Tertawa renyah.

“Oya, oya? Siapa orang yang begitu spesial itu?” Bokuto tak lagi cemberut. Malah sekarang asyik menggoda pemuda bernama Kageyama Tobio itu. Dan respon Kageyama sangat tepat seperti perkiraan Bokuto, memerah malu.

“Seorang anak kecil yang sudah lama tinggal bersamaku.. aku mengajaknya tinggal bersamaku, saat aku mengunjungi sebuah panti asuhan di dekat rumahku untuk sedikit mendonasikan yang kupunya. Saat itu ia sangat manis, seperti malaikat kecil. Waktu itu ia mengenakan topi santa dan blus merah lusuh, dan dengan semangat membuka kado natal yang kuberikan, ia tertawa menunjukkan giginya yang ompong sambil mengucapkan terimakasih padaku… natal yang sangat menyenangkan..”

Kageyama menerawang ke atas. Mengingat masa natalnya beberapa tahun lalu.

Akaashi yang mendengar cerita pemuda ini tersenyum, seperti bisa membayangkan ekspresi anak yang Kageyama ceritakan. Bokuto mencuri kesempatan langka ini dengan menatap lamat-lamat Akaashi yang tersenyum lembut. Begitu Akaashi menoleh padanya, ia langsung menatap Kageyama yang masih menerawang masa lalu natalnya. 

“Oya? Siapa nama malaikat kecil itu?” Bokuto membuat sebuah pertanyaan agar Akaashi berhenti menatapnya dengan tatapan menyelidik. Dan berhasil, Akaashi mengalihkan pandangannya. Bokuto langsung menghirup udara banyak-banyak. Ditatap begitu oleh Akaashi membuat nafasnya seperti berhenti sejenak.

“Namanya? Hinata Shouyo..” Kageyama menjawab cepat.

“Hinata Shouyo? Bagus sekali namanya…  berdasarkan ceritamu dan dari namanya, pasti ia anak yang ceria dan periang, kan?” Akaashi menebak-nebak.

“Benar sekali… dulu ia sangat menggemaskan, selalu ceria apapun kondisi yang ia hadapi. Aku saja sampai bingung mengapa anak sekecil dirinya begitu kuat menghadapi setiap keadaan. Ya.. itu dulu..ya..”  Kageyama yang sempat berbinar membicarakan Hinata berubah sendu.

Seperti menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Kedua bola matanya yang tadi berkilauan seperti lampu natal seperti terselimuti kabut tipis. Redup.

“Apa yang terjadi?”

🎄🎄🎄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top