Snowball

"Apa yang terjadi?"

"Ia berubah. Ia tak lagi ceria dan periang, suka menyemangati orang lain dengan senyumannya yang begitu menghangatkan. Ia seperti diselimuti aura gelap yang amat kelam."

Akaashi dan Bokuto tersentak mendengar penuturan Kageyama.
Kageyama mengambil jeda sejenak, kemudian melanjutkan.

"Seharusnya aku tahu kenapa ia begitu. Tentu saja itu karena aku..." Kageyama semakin menunduk. Matanya makin meredup.

"Aku yang waktu itu selesai kuliah langsung mendapat pekerjaan yang lumayan gajinya untuk menghidupi kami berdua. Namun, di situlah masalah baru muncul. Aku terobsesi untuk terus bekerja, dengan motif membahagiakannya. Tetapi tetap saja ia tak bahagia... Bekerja, bekerja, terus bekerja sepanjang hari. Senin sampai Minggu. Bahkan saat Natal. 25 Desember tahun lalu, merupakan natal terburuk untuknya. Dan untukku.."

Akaashi merasa tersindir, mendengar perkataan 'terus bekerja' yang seperti sifatnya.

"Kau... tak memberinya perhatian..?" tebak Akaashi. Dan sepertinya bingo, tebakannya melesat kena sasaran.
Kageyama mengangguk kecil.

"Ia mulai nakal. Ia mengisengi tetangga, mengganggu anak-anak di sekolahnya, mengacak-acak rumah, dan puncaknya, saat ia mendatangiku malam itu, memintaku meluangkan waktu untuknya, aku malah menolaknya. Ia memaksa. Aku, di antara kesal dengan permintaannya atau lelah dengan beban pekerjaan, membentaknya... memintanya diam dan menyudahi kelakuan nakalnya..." Akaashi dan Bokuto kembali tersentak.

"Kau seharusnya tak lakukan itu.."

"Hm.. kau benar Bokuto-san, dan saat itu juga aku baru sadar apa yang kukatakan. Ia tampak tersentak, dan saat itu kilauan matanya benar-benar luruh sepenuhnya. Saat aku hendak mendekapnya, meminta maaf, ia mengatakan sesuatu yang membuatku benar-benar menyesal telah mengabaikannya..."

"Apa?"

Aku benci padamu, Kageyama!

"A-aku benci padamu, K-kageyama..." Kageyama sedikit tercekat mengatakan hal itu. Suaranya bergetar hebat. Seluruh badannya terasa lemas. Ia jatuh terduduk, menghantam trotoar yang membeku.

"Dan kini, ia benar-benar mengabaikanku.. saat pergi sekolah, ia hanya makan sarapannya lalu pergi, saat pulang ia langsung masuk ke kamarnya, dan akan keluar saat makan malam. Dan selama makan, tak pernah sekalipun ia bicara padaku. Saat aku ke kamarnya, duduk di kasurnya, ia pura-pura tertidur..."

Kageyama mengatakan hal itu sambil sedikit terisak. Ia kemudian perlahan bangun, mengusap sudut matanya. Menatap Akaashi dan Bokuto. Akaashi melihat ada secercah cahaya kini di matanya.

"Maka itu.. aku ingin memperbaiki hubunganku.. karena sekarang.. sekarang aku.. ah! Pokoknya tolong aku, tolong bantu aku memperbaiki hubungan kami.. Akaashi-san, Bokuto-san.."

"Hm.. baiklah! Kami akan membantumu, Akaashi kau pikir begitu juga kan?"

"Ya, oh ya tadi kau sedang menatap sesuatu di etalase toko ini, apa benda itu terlihat menarik? Tadi kau terlihat senang sekali menatapnya.."

"Oh! Itu, pajangan bola salju di sana..." Kageyama menunjuk barang yang ia sebutkan tadi di barisan kedua etalase toko.

Sebuah pajangan bola salju yang berisi miniatur dua orang-tepatnya satu anak kecil dan seorang lagi yang lebih dewasa-sedang bergandengan, menatap pohon natal dengan bintang di atasnya.

"Kau suka yang itu?"

"Ayo masuk, kalau kau suka! Ayo Akaashi!"

Bertiga mereka masuk. Bunyi bel yang terpasang di atas pintu berdenting pelan saat Bokuto membukanya. Suara sang kasir menginterupsi alunan lagu natal yang dimainkan oleh speaker di sudut tembok.

"Selamat datang, silahkan dilihat-lihat."

"Permisi, nona.. berapa harga untuk pajangan bola salju di depan itu..?"

Bokuto tanpa basa-basi langsung meluncurkan pertanyaan yang membuat sang nona kasir tersentak kaget, karena saking mengejutkannya Bokuto.

"Ah.. bola salju itu? Sebenarnya ada label harga yang tertempel di sana.. tapi ya sudah, mungkin tak terlihat? Harganya 1500 yen, tuan.." Nona kasir itu sedikit kikuk, memberitahu Bokuto bahwa harganya sudah terpampang di sana.

"Bokuto-san.. lihatlah dahulu jangan asal tanya.." Akaashi menunjukkan label harga yang dimaksud. Bokuto yang memang tak tahu malu, atau ia hanya menutupi rasa malunya kembali bertanya.

"Eh? Mahalnya... nggak bisa dikurang?" Nona kasir kembali tersentak kaget.

"Eh, tidak bisa... itu saja sudah termasuk diskon kami selama natal..." Kasir itu berjalan menuju etalase, mengambil pajangan bola salju, dan memperlihatkan sesuatu pada Bokuto.

"Ini mahal karena pajangan ini jika diputar kunci yang terdapat di sini.." kasir itu memutar tiga kali kunci emas yang berada di sebelah kanan alas pajangan, menimbulkan suara derit halus. "..maka butiran salju di dalamnya akan naik-turun, pohonnya akan berputar, dan lagu We Wish you a Merry Christmas akan terputar otomatis."

Bokuto yang memperhatikan tingkah nona kasir ini melongo takjub. Mulutnya sempurna membentuk huruf 'O' yang besar. Kasir itu terkekeh pelan, menyaksikan pria yang bahkan mungkin umurnya lebih tua darinya berkelakuan seperti anak kecil.

Bokuto menatap Akaashi sejenak, kemudian kembali menatap pajangan itu, menatap Akaashi lagi dan pajangan, terus bergantian. Akaashi sebenarnya tak keberatan ditatap oleh Bokuto, namun... Kalau ditatap penuh harapan seperti seorang anak kecil yang minta dibelikan permen siapa yang tak risih?

"A-Akaashi..."

"Tidak." Seperti tahu isi pikiran Bokuto, Akaashi langsung meng-tidak-kan perkataan Bokuto barusan yang sebenarnya belum selesai.

Persetan dengan mode emosionalnya, itu kan untuk Kageyama-san!

"Akaashi! Aku bahkan belum selesai bicara! Kau jahat!" Sesuai dugaan Akaashi bahwa pria berambut nyentrik itu akan pundung kalau keinginannya tak terpenuhi. Kekanakan.

"Itu kan hadiah Kageyama-san, kenapa kau yang mau beli?! Nah, Kageyama-san, kau jadi beli ini?"

"Eh, kalau Bokuto-san menginginkannya, aku..."

"Abaikan saja dia.. kau jadi beli yang ini? Menurutku Hinata akan senang sekali menerima ini.."

"Benarkah? Hm.. kalau begitu aku ambil yang ini saja.. tolong dibungkus ya.." Kageyama mengeluarkan dompet dari saku mantelnya.

Sang nona kasir dengan cekatan membungkus dengan kertas kado bermotif nuansa natal; pohon, sinterklas, rusa. Sementara Akaashi berusaha menenangkan Bokuto, Kageyama kembali merasa sedih.

"Akaashi-san..." yang terpanggil menoleh. Ekspresi wajahnya yang lembut mengatakan 'apa?'

"Aku... tak yakin aku bisa bicara lagi dengannya... aku takut dia mengabaikanku.."

🎄🎄🎄

Ini sesungguhnya adalah fanfik dua tahun lalu. Debuan, ya? :')
Makanya saia ingin publish tahun ini

Kageyama ooc kan? Www maklumin aja, biar dia baikan lagi sama dede Shoyo xD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top