Amulet

“Aku… tak yakin aku bisa bicara lagi dengannya…"

Akaashi tersenyum, ia mengambil sesuatu dari saku kemejanya. Menyerahkannya pada Kageyama.

“Ambil ini, Omamori…. Jimat ini katanya jimat keberuntungan. Aku selalu membawanya ke mana-mana, dan ini kuberikan padamu, supaya kau lebih percaya diri. Sebenarnya aku yakin semarah apapun Hinata padamu, ia tetap menyayangimu. Jadi kau harus lebih percaya diri, ya?”

Akaashi mengikatkan sebuah pita merah bertuliskan kanji ‘keberuntungan’ pada pergelangan tangan Kageyama.

“Hm.. terimakasih Akaashi-san, kau benar-benar membantuku…”

“Bukan apa-apa… Nah, sekarang ayo pulang dan berikan hadiahmu Kageyama.. Ayo Bokuto-san..”

“Akaashi…”

“Apa lagi?” Kageyama sudah mendahului mereka keluar. Menyisakan suara denting lonceng di atas pintu yang kian memudar.

Bokuto tak segera menjawab pertanyaan Akaashi. Ia hanya menatap Akaashi lamat-lamat.

“Apa?” Akaashi mengulang pertanyaannya.

“Kau, merasa aneh..? pada dia?” Bokuto menunjuk Kageyama yang berdiri di luar dengan bahagianya mendekap hadiah di tangannya.

“Hm.. kau begitu juga, Bokuto-san?” Akaashi mengangguk kecil.

“Iya.”

🎄🎄🎄

Pintu bercat abu-abu itu berderit perlahan saat Kageyama membukanya. Ruang tengah tampak remang. Kageyama mempersilahkan Akaashi dan Bokuto masuk. Kemudian menghidupkan lampu. Menampakkan ruangan yang berantakan dengan perabotan yang berdebu. Entah berapa lama tak dibersihkan. Bahkan lampu meja di samping sofa tergeletak begitu saja tak tersentuh.

Akaashi sempat berjengit saat melihat bekas minuman kaleng dan wadah sterofoam bekas makanan instan tergeletak tak jauh dari mereka. Kageyama yang melihat Akaashi, langsung meminta maaf dengan keadaan rumahnya yang begitu kotor seperti kapal pecah.

Akaashi mengibaskan tangannya, tak keberatan. Lalu bertanya di mana Hinata. Kageyama menunjuk pintu oranye yang tertutup rapat.

“Di kamarnya.” Jawabnya singkat.

Kageyama berjalan perlahan menuju pintu itu. Mengetuknya tiga kali, sambil menyebut nama Hinata. Mengetuk lagi kemudian masuk.

Samar, Akaashi dapat mendengar suara Kageyama yang menyuruh anak itu keluar untuk makan bersama.

“Hinata, ayo keluar, kita makan bersama, ini kan natal.. bukankah kau suka natal? Dan berhubung kita ada beberapa tamu, jadi ayo kita makan bersama.. aku beli ayam goreng lho..”

Akaashi meringis. Penuturan Kageyama yang mengatakan bahwa ia diabaikan bukanlah bohong biasa. Akaashi mendengar Kageyama menghela nafas halus. Perlahan Akaashi bangun dari sofa, mengintip di balik pintu.

“Hinata, tidak sopan kalau ada tamu tapi malah diam di kamar.. ayo..”

Tangan Kageyama bergerak hendak menyentuh pucuk jingga yang berantakan itu. Dan saat itu juga Akaashi hampir terpekik kaget saat melihat kejadian yang di luar ekspektasinya.

Hinata mencengkeram tangan Kageyama, melemparkannya ke udara, dan menatapnya kesal. Tidak, jauh dari kata kesal, tatapan Hinata kini benar-benar tak bisa Akaashi jelaskan, bola matanya yang bulat oranye-yang sebenarnya indah-memancarkan amarah tetapi ada kesedihan juga di dalamnya.

Kageyama masih syok. Perlahan ia meninggalkan kasur itu, menghampiri Akaashi yang masih terdiam di bingkai pintu.

“Maaf, Akaashi-san, kau melihat kejadian tak mengenakkan..” Kageyama berbisik perlahan.

Sebelum meninggalkan halaman kamar Hinata, Akaashi melihat bocah oranye itu meringkuk dengan lutut ditekuk di atas kasurnya. Menangis. Isakkannya begitu pelan, hampir tak terdengar. Samar, ia mendengar bocah itu mendesahkan nama Kageyama. Berulang-ulang. Dan Akaashi menutup pintu oranye itu sebelum beranjak pergi.

🎄🎄🎄

SUMPAHAN ITU HAIKYUU MELUNCUR SEASON 4 TAHUN DEPAN?! *baru baca berita*

TERUS STAGENYA KOK BOKUTONYA TETEP CAKEP WALAUPUN BUKAN KOUKI?? :')
Saia tim Kouki, tapi itu aktor barunya kok leh uga. Aduh jadi ingin mendua :'D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top