chapter 8

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali karena merasakan cahaya matahari menerobos masuk dalam ruangan.

Ugh... lama-lama aku bisa membenci cahaya matahari yang dengan seenaknya saja membangunkan tidurku yang seharusnya lebih panjang dari ini.

Aku memutuskan untuk turun dari tempat tidur dan mengucek mata. Entah kenapa, tubuhku terasa pegal sekali. Memangnya, apa yang habis kulakukan kemarin?

Aku membuka pintu kamar dan menuju ruang tengah untuk bersantai sejenak. Seingatku, ini hari keduaku libur. Bersantai sebentar tidak ada salahnya, kan?
Aku terus berjalan sampai akhirnya aku dikagetkan oleh pemandangan yang tidak biasa.

"Kau?! Mau apa kau di rumahku?!" Nada suaraku meninggi begitu saja setelah melihatnya duduk di sofa sambil memakan camilan khas dunia peri ini.
Ia hanya menatapku sambil menaikkan satu alisnya. Saat melihatnya seperti itu, jantungku kembali meloncat dan membuatku menggeram marah.

"Jangan kira kekuatan sihirmu itu bisa membuatku berbaik hati padamu ya! Kau pikir aku mau ditipu begitu saja? Mau apa kau di sini?" tuntutku lagi sambil balas menatap wajahnya yang mengesalkan itu.

"Kau masih sakit ya?"
jawabannya itu sungguh membuatku naik darah.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Kalau kau mau membuktikan, silakan pergi ke luar rumah dan lihat papan namanya," jawabnya kelewat santai sambil terus mengunyah camilan dan mengabaikan wajahku yang mulai memerah karena marah.

Aku berjalan keluar rumah sambil menhentakkan kakiku keras-keras. Lihat saja, aku akan membuatmu malu karena salah masuk rumah!
Aku membuka kasar pintu dan buru-buru membaca papan nama yang tertera di sana.

Mataku membulat sempurna.
"A-Ace?" gumamku terbata sambil menggeleng tak percaya.

Jadi maksudnya, aku yang salah masuk rumah begitu?

Sialan! Mau ditaruh mana wajahku nanti?

Bagaimana aku berkata padanya bahwa aku yang salah masuk rumah?

Bagaimana caranya aku menjelaskannya?

Dan juga, aku tidur di kamarnya, apa mungkin aku berjalan sambil tidur menuju rumahnya dan berakhir tidur di kamarnya?

Aku menepuk pipiku berulang kali sambil mengeleng kuat-kuat. Apa yang harus kulakukan?

"Sudah selesai lihatnya?"
Suaranya itu membuatku semakin panik dan membuat jantungku hampir lepas dari tempatnya.

Sebut saja aku anak yang berlebihan, tapi aku tak peduli dengan julukan itu nantinya, karena situasiku ini benar-benar membuatku terpojok dan tak menemukan celah untuk kabur.
Aku hampir saja ingin menangis kalau saja Ace tidak menampakkan dirinya di hadapanku saat ini. Aku memasang wajah penuh kebencian dan hanya dibalas dengan sebuah wajah datar. Ia memberiku buku sihir yang lagi-lagi kuterima dengan wajah bingung.
Kenapa aku juga membawa buku sihirnya?

"Kenapa ini bisa ada padamu?"

Ia menatapku yang membuatku memalingkan wajah, enggan menatapnya.

"Coba kau ingat dulu apa yang kau lakukan kemarin," jawabnya yang lagi-lagi membuatku kesal.

"Baiklah! Kalau memang tidak mau menjelaskan, aku minta maaf dan terima kasih!"

setelah mengucapkan kalimat penuh kekesalan itu aku terbang secepat mungkin menuju rumahku dan membanting pintunya. Aku menutup wajahku dan bersandar di balik pintu.

Peri bernama Ace itu, sungguh mengesalkan! Baru kali ini aku membenci seseorang melebihi rasa benciku pada nenek sihir.
Tapi setelah kupikir-pikir lagi, apa yang telah kulakukan kemarin?
Dan bagaimana bisa aku tidur di rumahnya?

Buku sihirku juga ... Argh sial!
Dan kalimat terakhirnya yang menyuruhku untuk mengingat apa yang kulakukan kemarin sungguh membuatku semakin pusing. Aku berusaha untuk melupakannya dan memutuskan untuk berendam demi menenangkan diri.

***

"Baru kali ini aku melihat ekspresi seperti itu darimu," komentar Emerald yang membuatku mendengus.

"Ekspresi wajah yang seperti apa maksudmu? Aku biasa saja, sama seperti biasanya," jawabku tak mau kalah.

"Kau terlihat sedang kesal, marah, malu dan--"

"Berhenti Emerald! Dengar ya, aku tidak merasakan semua yang kau sebutkan tadi, sungguh!" tegasku yang malah membuatnya tertawa kencang.

Tolong jelaskan padaku, kenapa semua peri begitu mengesalkan hari ini?

"Baiklah aku mengalah. Ngomong-ngomong, kenapa rambutmu masih berantakan? Jangan-jangan kau lupa kalau hari ini kau mau berlatih sihir ya?" tanyanya penuh selidik.

"Maaf ya Emerald. Aku memutuskan untuk tidak berlatih sihir hari ini. Mungkin hari ini akan kugunakan untuk bersantai dan mencari udara segar."

"Kalau begitu, mau kuantar jalan-jalan?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku akan menghabiskan waktuku di rumah."

Emerald mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau kau butuh sesuatu, kau bisa mampir ke rumahku. Sampai jumpa nanti!"

Aku menatap kepergiannya dengan tatapan menyesal. Seharusnya hari ini memang jadwal latihanku, tapi baru saja kuingat apa yang kulakukan kemarin. Aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di rumah Ace --setidaknya tolong lupakan kejadian memalukan yang ini-- tapi aku mengingat kenapa aku bisa pingsan dan merasa pegal saat bangun tidur tadi. Sepertinya aku melupakan satu syarat untuk menggunakan sihir. Meski aku benci mengakui kesalahanku, ya... aku lupa memikirkan aliran mana yang ada di tubuhku. Aku hampir saja kehabisan mana --ini hanya perkiraanku-- hingga aku jatuh pingsan dan berakhir terbangun di rumah peri lain.

Aku mengacak rambutku frustasi. Bagaimana caranya aku meminta maaf pada Ace kalau begini saja aku tidak berani membayangkan wajahnya?
Aku sungguh menyesal sudah meneriakinya seperti tadi. Walaupun reaksinya memang kelewat santai, tetap saja, aku merasa bersalah dan malu.
Bagaimana ini?
Apa yang harus kulakukan?

Lama berpikir dan tidak kunjung menemukan jalan keluar, aku memutuskan untuk merapikan rambutku dan mengganti pakaianku. Mungkin aku butuh menenangkan diri di suatu tempat yang sepi dan melupakan kejadian memalukan, yang seharusnya tidak kulakukan tadi pagi.

***
Penjaga perpustakaan itu menyambutku dengan ramah, membuatku mau tak mau ikut tersenyum. Bisa dilihat, aku memutuskan untuk berkunjung ke perpustakaan yang tenang dan sepi ini. Mungkin aku juga bisa mendapatkan beberapa informasi terkait penyerangan beberapa hari yang lalu.

Aku mengambil beberapa buku yang sekiranya dapat membantuku dalam mencari informasi. Aku membuka buku pertama yang bercerita tentang masa lalu dan peristiwa yang terjadi setelah dunia peri ini terbagi menjadi dua bagian, Bright Land dan Dark Land.

Bagian awal cerita tersebut, sama seperti apa yang Emerald ceritakan padaku. Hanya saja, di buku ini diceritakan lebih detil, peperangan antar Matahari dan Bulan hingga penghuni dunia ini yang terpecah menjadi dua, sebagiannya membela si gadis Matahari, sebagiannya lagi membela si gadis Bulan.

Hal itu terjadi sekitar dua hampir tiga tahun yang lalu. Sejak perpecahan itu, peristiwa-peristiwa aneh mulai terjadi. Bright Land selalu mendapat penyerangan di waktu-waktu tertentu dan beberapa kali warga Bright Land dikejutkan dengan datangnya makhluk dunia lain, manusia.

Aku hampir tersedak oleh air ludahku sendiri. Dua hampir tiga tahun? Apa itu artinya, si gadis Matahari adalah Ratu Tania?
Jadi, Ratu Tania memiliki saudara kembar?
Buku itu mengakhiri ceritanya tanpa membuatku paham akan suatu hal. Bagaimana bisa, manusia --termasuk diriku-- terbawa ke dunia ini?
Kenapa dan bagaimana?
Apa manusia sepertiku, adalah orang yang terpilih?
Aku menggeleng pelan. Tidak, bukan seperti itu. Sepertinya ada suatu hal yang memicu manusia seperti kami bisa ada di dunia ini. Aku yakin itu.

************************************

Published : 24 Agustus 2018

Hai :D gimana ceritanya? Maaf kalau jelek dan tidak sesuai ekspetasi kalian, ke depannya, aku akan berusaha lebih baik lagi.

Terima kasih atas supportnya dan see you next week^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top