chapter 7
"Kau bekerja dengan baik selama seminggu ini Natasha."
Aku tersenyum mendengar pujian darinya. Ya, tidak terasa aku sudah ada di dunia ini selama seminggu penuh. Tidak ada kejadian yang berarti dan bisa dianggap penting setelah malam di mana aku memutar otakku untuk memikirkan si peri misterius. Ya, tidak ada penyerangan, tidak ada hal yang janggal, dan tidak pula bertemu peri itu. Semua terjadi dengan lancar dan baik-baik saja.
"Kau mendapat waktu libur dua hari. Nah, apa rencana liburanmu dalam dua hari ini?"
Aku berpikir sebentar. Aku sama sekali tidak memiliki rencana liburan. Melihat dari kehidupanku dulu, bisa dibilang aku tidak punya waktu libur karena harus bekerja di rumah untuk nenek sihir.
"Aku tidak tahu."
"Tidak tahu?" tegas Emerald yang membuatku sedikit kesal.
"Ya."
"Kalau begitu, bagaimana kita berkeliling lagi di Bright Land? Atau, kau mau belajar sihir?"
Aku menepuk dahiku pelan karena sudah melupakan hal penting itu.
"Ah ya aku lupa tentang itu. Emerald, apa kau mau mengajariku menggunakan sihir?"
"Tentu saja, sebenarnya waktu dua hari tidak cukup untuk mempelajari sihir, tapi sudah lebih dari cukup untuk mempelajari dasar-dasar penyerangan dan perlindungan diri."
Senyumku kembali merekah dan kami berdua berseru heboh.
"Baiklah, kita akan belajar sihir!"
***
Aku menunjukkan pada Emerald bahwa aku sudah bisa menggunakan sihir angin. Meski dengan kualitas rendah, aku cukup bangga karena aku mempelajarinya sendirian.
Emerald mengangguk senang dan menyuruhku untuk membaca mantra lainnya dalam buku sihir. Ngomong-ngomong, aku baru tahu ada padang rumput luas, yang katanya dibuat khusus untuk mereka yang ingin mempelajari sihir dan melatih kekuatannya.
"Emerald, apa semua peri di dunia ini tertarik mempelajari sihir?" tanyaku penasaran.
"Tidak. Hanya sedikit peri asal dunia manusia yang berminat mempelajarinya. Yah, soalnya sihir tidak terlalu dianggap penting dan mereka cenderung lebih fokus pada pekerjaan mereka, juga lebih memilih untuk bersantai di rumah saat mendapat waktu libur," jelasnya yang membuatku mengangguk.
Aku kembali menatap halaman buku sihir dan membaca deskripsi jenis kekuatan elemen angin. Aku tidak tahu apa yang harus kupelajari terlebih dahulu, tapi saat membaca deskripsi-deskripsi teknik sihir itu, aku tertarik dengan kekuatan membuat angin tornado dan tameng angin.
Aku menghafalkan kedua mantra tersebut dan menyerahkan buku sihir itu pada Emerald.
"Kau mau mencoba sihir yang mana?"
Aku menunjuk teknik pemyerangan dan teknik pelindung satu persatu. Emerald mengangguk mengerti lalu menyerahkan buku sihirnya kembali padaku.
"Caranya sama, hanya saja untuk penyerangan, kau dibebaskan untuk memilih seberapa besar mana yang ingin kau keluarkan. Semakin besar, semakin kuat pula pusaran angin yang tercipta. Tapi ingat, kau tidak boleh menyia-nyiakan mana dalam tubuhmu begitu saja. masih banyak penyerangan-penyerangan lain yang harus kau lakukan, jadi tidak boleh boros memakainya."
Emerald meletakkan kedua tangannya sejajar ke depan hingga terbentuk sebuah pusaran angin yang tingginya sekitar tiga meter. Ia melepas pusaran angin itu hingga berjalan dengan kecepatan sedang dan berakhir dengan hilangnya kekuatan tersebut setelah menyentuh garis sihir pembatas padang rumput ini.
Aku berdecak kagum melihat aksinya barusan. Anginnya terasa sangat nyata dan menerbangkan apa saja yang ada di sekitarnya.
"Kau siap?"
Aku kembali tersadar dan mengangguk dengan semangat.
Seperti yang sudah kulakukan pada percobaan sebelumnya, aku melakukan proses yang sama. Mulai dari membayangkan keluarnya aliran mana hingga merapalkan mantra dan terbentuklah teknik sihir yang diinginkan.
Pusaran angin yang kubuat tingginya kurang lebih mencapai lima meter dan berkecepatan sedikit lebih cepat dari buatan Emerald. Aku hanya bisa membuka mulut dan melebarkan mata melihat hasil usahaku.
Keren! Kalau aku bisa membuat ini saat di dunia manusia, aku akan menerbangkan nenek sihir agar dia dikenal sebagai nenek sihir yang terbang tanpa sapu terbang. Aku juga akan melamar kerja menjadi aktris film fantasi jika bisa menggunakannya di dunia manusia.
Lagi-lagi, Emerald berseru heboh dan bertepuk tangan hingga kedua telapak tangannya itu memerah.
"Percobaan pertama!" serunya senang.
"Memangnya ada apa dengan percobaan pertama?" tanyaku ikut bingung.
Bukankah sama saja? Hal ini sudah kulakukan beberapa kali walau dengan teknik dan mantra yang berbeda. Wajar saja aku berhasil pada percobaan pertama, kan?
"Aku harus memamerkan kerja kerasku melatihmu karena mendapat murid yang langsung bisa menggunakan teknik serang dalam satu kali percobaan!"
Ia terus menerus berseru heboh dan terbang ke sana kemari. Kuakui dia memang banyak tingkah dan kekanakan, tapi aku menyukainya, dia sudah kuanggap sebagai temanku selain Tina.
"Baiklah, kita lanjut pada teknik pilihanmu yang kedua. Ini teknik perlindungan diri dan lebih mudah untuk menggunakannya dibanding melakukan teknik penyerangan," jelasnya singkat.
"Coba buat pusaran angin dan arahkan pusaran angin tersebut padaku."
Aku mengernyit bingung. Dia memintaku untuk menyerangnya?
Sontak, aku menggeleng yang membuatnya menepuk dahi. Aku semakin bingung, apa yang salah?
"Kau tidak mau menyerangku? Kalau kau tidak menyerangku, maka tamengnya tidak akan terbuat dan aku tidak bisa mencontohkannya padamu," balasnya yang membuatku membentuk mulutku seperti huruf O.
Segera saja kufokuskan pikiranku dan mencoba membuat pusaran angin itu sekali lagi, bedanya, kali ini aku benar-benar menyerang seseorang. Pusaran angin itu kembali terbentuk dan terarah pada Emerald. Aku memerhatikan pusaran angin yang mulai mendekati Emerald. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak karena saat pusaran angin buatanku hampir mengenainya, sebuah lingkaran besar berkekuatan angin datang mengelilinginya hingga pusaran anginku hilang tak bersisa.
Aku hanya melongo dan menghela napas lega. Setidaknya Emerald baik-baik saja dan berhasil memberi tahuku bagaimana caranya membuat tameng.
"Nata! Sekarang giliranmu. Kau sudah hafal mantranya, kan?"
Aku mengangguk dan mempersiapkan diri untuk melawannya. Aku harus berhasil, karena kalau tidak, pusaran angin itu akan mengenaiku dan aku tidak tahu bagaimana persisnya keadaanku kalau sampai aku terkena serangannya.
Serangan Emerald yang tiba-tiba itu membuatku reflek membayangkan tameng angin yang akan melindungiku dari serangan tersebut. Aku dapat merasakan angin berembus mengelilingiku dan dapat kulihat dengan mata kepalaku sendiri, pusaran angin itu menghilang saat menyentuh tameng buatanku.
Aku bersorak diikuti oleh seruan heboh Emerald yang tiada hentinya ia ucapkan.
"Kau mau belajar apa lagi?"
Aku membuka halaman buku tersebut dan menemukan sebuah teknik sihir yang menurutku keren. Sungguh, kalau aku berhasil menguasai teknik sihir angin yang ini, sudah dapat kupastikan, aku akan menjadi pemeran utama di berbagai film fantasi.
"Bagaimana dengan yang ini? Apa kau bisa membuatnya?"
Emerald menghampiriku dan turut melihat teknik sihir yang kupilih.
Emerald bergumam pelan, "Seharusnya bisa, tapi untuk membuatnya diperlukan mana yang lebih banyak dibanding teknik sihir lainnya. Hal itu disebabkan karena pedang berelemen angin tidak akan menghilang kecuali dia berhasil dihancurkan atau pengguna yang mengakhiri sihirnya sendiri."
"Apa kita bisa mencoba teknik ini?"
Emerald mengangguk. "Ini teknik yang pas untuk digunakan saat berperang. Tapi kau juga harus memiliki kemampuan untuk menggunakan pedang. Kau yakin ingin menggunakan teknik ini? Kalau harus menggunakan pedang, itu artinya kau sendiri harus belajar dari awal dan teknik dasar berpedang sebelum menggunakan sihirnya."
Aku menghela napas kecewa. Sejauh ini, aku tidak pernah memegang alat yang namanya pedang, apalagi mahir dalam menggunakannya.
"Aku tidak bisa berpedang," jawabku lesu.
Emerald menepuk pundakku berulang kali dan menambahkan, "Kita bisa mempelajari sihir lain daripada menghabiskan waktu mempelajari teknik berpedang. Tapi kembali lagi dengan keputusanmu, kalau kau memang mau, aku akan mencarikanmu pengajar baru karena aku juga tidak bisa menggunakan teknik itu," jelasnya.
Aku menggeleng. "Tidak perlu. Sihir lainnya sudah cukup dan aku tidak mau memaksakan diri untuk mempelajarinya."
Sepasang mataku kembali menatap buku sihir itu dan mencari teknik sihir apa yang ingin kupelajari selain teknik berpedang itu.
Akhirnya, sisa waktuku untuk berlatih sihir bersama Emerald kuhabiskan untuk mempelajari teknik serang jarak jauh hingga aku dapat menguasai sekitar lima teknik serang dan satu teknik perlindungan diri.
***
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba memastikan, apa ada peri selain diriku di sekitar sini.
Bisa dibilang aku cukup nekat, tapi tidak ada kesempatan bagiku untuk menoleh ke belakang dan memutar langkahku ke belakang. Aku sudah dekat dengan padang rumput, tempatku berlatih sihir dengan Emerald tadi siang yang baru saja berakhir tadi sore, menjelang malam.
Meski aku tahu di sini gelap dan peri lainnya sudah terlelap, aku memutuskan untuk berlatih sihir 'sekali lagi' karena dilanda rasa penasaran yang berlebih. Aku sangat ingin mempelajari teknik-teknik sihir lainnya dan menjadi keren seperti pemeran utama tokoh fiksi.
Berbekal sedikit keberanian dan buku sihir, aku masuk ke arena pelatihan itu dalam diam dan berhasil bernapas lega saat seluruh tubuhku berada di kawasan pelatihan.
Fyuh ... tidak sesusah yang kukira.
Di sini tidak ada detektif, tidak ada polisi, juga tidak ada penguntit yang berkeliaran di malam hari. Aku bebas melakukan apa pun di sini.
Aku duduk bersila di atas rumput dan membaca buku sihir. Tadi siang, aku sudah berhasil menguasai lima teknik penyerangan dan satu teknik perlindungan diri sihir berelemen angin.
Aku kembali membaca dan menemukan beberapa teknik serang yang sekiranya cocok dilakukan oleh peri sepertiku.
Mungkin aku bisa mencoba teknik pembuat tombak angin yang dapat dikeluarkan tanpa batas, sesuai kehendak penggunanya. Kupikir ini teknik serang yang mengagumkan, karena aku dapat membuat banyak tombak angin yang nantinya akan berterbangan ke arah musuh sebanyak mungkin, sesuai kehendakku.
Aku menutup buku dan meletakkannya di atas tanah berumput. Aku mengarahkan tanganku ke depan dan mulai merapalkan mantra yang tadi tertera di buku sihir.
Dalam beberapa percobaan yang kulakukan, aku dibuat takjub saat melihat angin di sekitarku membentuk suatu benda -- yang kuyakini adalah tombak -- dan melesat begitu saja ke arah yang ditunjuk oleh tanganku.
Aku mencobanya berkali-kali, mengingat betapa senangnya aku dapat menguasai teknik baru yang menurutku paling keren diantara teknik penyerangan lainnya. Hanya saja aku merasa kepalaku menjadi berat dan pandanganku berkunang-kunang.
Aku kenapa?
Aku menggelengkan kepalaku dan padanganku kembali seperti semula.
Apa ini efek karena aku tidak tidur?
Yah, ini memang pertama kalinya aku tidur tidak sesuai dengan jam tidurku karena ingin mempelajari sihir lebih banyak. Tapi tidak kusangka efeknya bisa separah ini.
Aku jatuh berlutut sambil memegangi kepalaku yang semakin pusing dan memejamkan mata. Begitu memusingkan hingga aku tidak dapat melihat apa-apa lagi selain kegelapan.
************************************
Published : 17 Agustus 2018
Selamat ulang tahun Indonesia yang ke-73 \(^^)/
hohoho, gak kerasa pula SG sudah mencapai 200+ read.
Terima kasih banyak ya, untuk kalian yang sudah menunggu cerita ini.
Menurut kalian bagaimana ceritanya? Aku perlu melakukan evaluasi lagi agar ke depannya cerita ini bisa lebih menarik untuk kalian..
Terimakasih ya, see you next week^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top