chapter 6

"Jadi bagaimana ceritanya?" tuntutku tak sabar.

Emerald memberiku isyarat untuk diam dulu sambil menikmati teh yang dihidangkannya. Ya, saat ini aku berada di rumahnya untuk menagih janji penjelasan peristiwa aneh yang terjadi kemarin.

"Kemarin terjadi penyerangan."

Aku membulatkan mata tidak percaya.

Penyerangan seperti apa?

Apa di dunia ini, kita juga punya musuh?

"Penyerangan apa?"

"Lalu, kenapa tidak ada bekas penyerangan?"

"Kenapa kita malah disuruh masuk ke dalam rumah? Bukankah kita bisa membantu?"

"Lalu sejak kapan kita punya musuh?"

"Sebentar. Kau bisa bertanya satu persatu," potongnya yang sukses menghentikanku yang ingin melontarkan pertanyaan selanjutnya.
Emerald meletakkan cangkir tehnya dan menghela napas.

"Akan kuceritakan dari awal. Dunia ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian tempat kita tinggal disebut Bright Land, sedangkan tempat musuh kita tinggal disebut Dark Land."

"Konon, ratu dan raja pertama pemimpin Bright Land, memiliki anak kembar. Yang satu berambut pirang dan yang satunya lagi berambut hitam. Bagai matahari dan bulan, mereka memiliki perbedaan. Segala ramalan tentang gadis matahari selalu berakhir cerah dan segala ramalan tentang gadis bulan selalu berakhir suram. Karena tak tahan, si gadis bulan memutuskan untuk pergi, dan menciptakan suasana baru dengan sihirnya. Ia ingin membalaskan dendamnya, agar ia dapat membuktikan, bahwa dirinya lebih unggul dari matahari."

Emerald memberi jeda sebentar sambil menyesap tehnya. Kesempatan itu kugunakan untuk menelaah seluruh penjelasannya. Yang diceritakan Emerald seperti legenda saja. Apa mungkin dunia ini juga memiliki hal semacam legenda yang sering kutemui di duniaku?

"Lalu, apa yang dilakukan oleh si gadis bulan?" tanyaku penasaran.

"Wilayah yang dikuasainya, ikut menjadi kelam, dan sejak saat itu kita mengenal istilah Dark Land. Awalnya Raja, Ratu, dan gadis matahari itu biasa saja dan mencoba menerima keputusan gadis Bulan agar tidak terjadi perpecahan dan pertengkaran antar saudara. Tapi rupanya si gadis Bulan memiliki maksud lain. Dendam dan amarah sudah menguasai hatinya, hingga ia tega membunuh Ratu dan Raja."

"Serius?" tanyaku spontan yang langsung membuatku menutup mulutku sendiri saat melihat lirikan maut Emerald.

"Si gadis matahari tidak tinggal diam dan memutuskan untuk melawan gadis bulan. Hingga sampai saat ini, hal itu terjadi, Bright Land memiliki pasukan seperti kita, dan Dark Land memiliki pasukannya sendiri."

Aku mengernyit bingung. "Lalu, apa dari dulu ada manusia yang menjadi peri seperti saat ini?"

"Bagian itu, masih kami teliti dengan baik. Karena kemunculan manusia yang ada di dunia ini sungguh tidak biasa. Dan hal itu terus terjadi hingga sekarang."

"Jadi maksudmu, Ratu Tania dan pemimpin bidang belum tahu alasan kami berada di sini?"

Emerald menggeleng lesu lalu meletakkan cangkir tehnya yang kini kosong.

"Dan aku akan menjawab pertanyaanmu. Yang pertama, mereka menyerang karena ada manusia baru yang datang ke Bright Land. Penyerangan mereka berupa adu kekuatan sihir, dan kau sudah bisa melihat sekilas keadaannya kemarin, saat langit menggelap dan berkabut."

"Kedua, Ace yang membantu para pemimpin bidang merapikan dan menyelesaikan semuanya."

"Ketiga, kenapa tidak diharuskan membantu? Karena kekuatan kalian masih belum cukup untuk bertarung dan akan menghambat petarung lainnya."

Jawabannya itu membuatku sedikit tersinggung walaupun aku sendiri setuju dengan apa yang ia katakan. Jelas saja, Ace dan gadis berwajah pucat itu menyuruhku kembali masuk ke dalam rumah.

"Keempat, kita memiliki musuh, sedari dulu."

Aku mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang berkelebat dan mengantri untuk kusebutkan. Tapi saat melihat matahari mulai tenggelam dan menyisakan sedikit cahayanya, aku memutuskan untuk pamit dan berterima kasih pada Emerald.

***

Aku memutuskan untuk duduk menghadap jendela dan melihat langit bertabur bintang. Pikiranku kembali melayang, mengingat semua penjelasan demi penjelasan yang diberikan Emerald padaku. Kupikir, di dunia indah ini, tidak ada yang namanya musuh apalagi penyerangan.

Jadi, apa aku masuk ke dunia yang nantinya akan terjadi peperangan?

Apa nanti aku juga menjadi pahlawan seperti di cerita novel fantasi?

Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Kehidupanku di sini, terasa sangat nyata. Sangat nyata hingga aku lupa, mungkin saja ini adalah sebuah mimpi indah, karena aku selalu mengharapkan bumi kembali sehat. Kali ini aku mengangguk menyetujui kesimpulan terakhirku.

Ya, kemungkinan besar, dunia ini adalah mimpiku dan aku sedang terjebak di dalamnya. Singkatnya, belum ada yang membangunkanku atau bisa jadi, aku yang belum bisa dibangunkan oleh nenek sihir.

Aku kembali melihat keadaan sekitar yang sepi. Maksudku, di malam hari seperti ini, hanya ada lampu yang menyala dari setiap rumah dan pintu yang terkunci rapat. Namun ada hal yang berbeda. Aku menemukan seorang peri yang sedang berdiri di balkon rumahnya, menatap ke langit sambil menikmati angin malam. Aku dapat melihatnya dengan jelas, karena rumahku berseberangan dengan rumahnya, hanya selisih satu rumah ke kanan.

Hanya saja aku tidak ingin tahu siapa dia. Karena dari gelagatnya, sudah bisa kusimpulkan, peri itu sedang serius berpikir dan juga aku tidak bisa melihat wajahnya, karena rambut cokelat acak-acakan itu tertiup angin hingga menutupi sebagian wajahnya.

Tanpa kuduga, peri itu menoleh ke arahku hingga tatapan kami bertemu. Aku tersentak kaget, ini pasti karena ulahku yang terlalu lama memerhatikan orang. Setahuku, kalau kita memerhatikan orang terlalu lama, orang itu akan menoleh ke arah orang yang memerhatikannya, dan ya, hal itu baru saja terjadi padaku.
Aku memalingkan wajahku darinya yang masih terus menatapku.

Wajahnya begitu familiar dan ketika aku mencoba untuk mengingatnya, sebuah nama melintas di pikiranku, membuat diriku panik meski aku tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan gelagat aneh.

Jadi, rumahnya dekat dengan rumahku?

Ah, hal itu juga menjelaskan, kenapa ia bisa ada di sekitar rumahku dan menyuruhku masuk kemarin. Peri laki-laki yang terkenal pintar itu, cukup membuatku penasaran dengan sikapnya. Begitu aneh dan tidak dapat ditebak. Yah, mau bagaimana juga aku baru bertemu dengannya selama dua hari, dan ini pertemuan ketigaku dengannya, meski hanya bertatap muka saja.

Indera pendengaranku berhasil menangkap suara, tidak salah lagi, itu suara pintu yang ditutup. Kuberanikan diri untuk melirik ke arah rumahnya dan sesuai dugaanku, Ace sudah kembali masuk ke rumahnya. Entah kenapa, aku malah menghela napas lega dan merasa lebih tenang.

Memangnya, ada masalah apa sampai aku harus panik jika ada dia?

Apa mungkin ia memiliki semacam sihir perlindungan diri?

Kalau iya, apa dia menganggapku musuh?

Aku kembali menggeleng pelan. Lama-lama, aku bisa dianggap gila karena keseringan menggeleng. Aku memutuskan untuk tidur dan menutup jendela, daripada memikirkan peri misterius itu yang malah dikagumi banyak peri lainnya. Padahal, dia begitu misterius dan tidak jelas.
Kenapa juga dia memiliki banyak fans?
Apa jangan-jangan, dia seorang artis sebelum masuk ke dunia ini?
Jadi, aku satu-satunya gadis yang tidak tahu apa-apa tentangnya?

************************************
Published : 10 Agustus 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top