chapter 4

"Selamat pagi Emerald!" sapaku berusaha terdengar ramah, walaupun aku sendiri sudah takut kalau ia tetap berdiri dan fokus menumbuhkan bunga tanpa membalas sapaanku.

Peri itu menoleh dan menatapku. Aku segera melambaikan tanganku ke arahnya dan tersenyum semanis mungkin.

"Maaf untuk perkataanku yang kemarin. Aku tidak bermaksud menuduh kok, hanya saja hal itu reflek keluar dari mulutku kemarin. Maaf karena aku tidak mencoba untuk mengerti pera--"

"Kau ini ngomong apa sih?"

Seolah memasang ekspresi terbodoh yang pernah kulihat, aku berhasil dibuat melongo karenanya. Wajah datar penuh tanda tanya itu malah membuatku semakin kebingungan.

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan mencoba menjelaskannya dengan lebih terperinci, sekali lagi.

"Yang kemarin, saat kau meninggalkanku. Kau meninggalkanku karena marah aku menuduhmu menyukai ...," aku memberi jeda sebentar lalu berdehem, "Ace kan?"

Emerald tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya setelah aku mengakhiri perkataanku.

Emerald... kenapa?

"Kau serius meminta maaf hanya karena itu? Oh tidak, kau serius menganggapku meninggalkanmu hanya karena itu?"

Aku mengangguk pelan meski kurang yakin. Apa yang salah?

"Kau lucu sekali. Baiklah, maaf karena belum sempat menjelaskannya padamu kemarin. Ya, aku memang sedikit tersinggung karena kau menganggapku menyukai Ace. Tapi kemarin aku meninggalkanmu karena aku mendapat sinyal dari Ratu, kalau ada hal penting yang perlu dibahas oleh peri penduduk asli, maksudku, mereka yang bukan berasal dari dunia manusia," jelasnya panjang diiringi dengan tawa kecil.

Aku memalingkan wajahku ke arah lain karena malu. Ternyata seperti itu kejadiannya. Oh demi apapun, pantas saja Emerald tertawa keras seperti tadi.

"Natasha, apa kau mau melihat bidang pembangunan?"
Aku menatapnya dan menggeleng pelan.

"Tidak perlu. Hari ini aku ingin mempelajari sihir. Kau bisa mengajarkanku, kan?"

Emerald mengangguk semangat.

"Baiklah, aku akan mengajarmu mengendalikan sihir. Kemarin sudah kutunjukkan, kan? Cara membuat mahkota bunga terjatuh?"

"Ya, tapi yang kau ajarkan berbeda dengan yang tertulis di buku sihir. Kau sama sekali tidak mengajarkanku tentang teknik pengaliran mana dan mantra sihir."

"Oh... kau mau langsung ke tahap itu ya? Kemarin aku mengajarkanmu seperti itu karena sihir yang dikeluarkan dalam skala kecil seperti apa yang kucontohkan padamu tidak perlu menggunakan mana dari dalam tubuh. Di area bidang perkebunan ini, sudah ada mana udara yang bisa kau serap dan pergunakan untuk membantumu dalam bekerja. Dan juga untuk mantra, mantra tidak akan digunakan kalau kau hanya menggunakannya untuk bekerja, kecuali untuk melawan monster atau makhluk lainnya."

Aku mengangguk-anggukan kepalaku sambil ber-oh ria. Rupanya seperti itu. Sihir yang kupelajari menggunakan mantra adalah sihir yang digunakan sebagai perlindungan diri sekaligus perlawanan. Bukan sihir untuk bekerja.

Aku memutuskan untuk mencoba sihir tanpa mantra, terlebih dahulu. Aku sempat mengingat kejadian tidak mengenakkan kemarin, saat mahkota bunga mawar yang seharusnya berterbangan malah tetap berdiri tegak dan terkesan mengejekku karena tidak berhasil melakukannya.

Emerald mulai menumbuhkan beberapa bunga mawar di hadapanku lalu mengingatkanku untuk kembali membayangkan bahwa angin yang berembus di sekitarku bisa menerbangkan seluruh mahkota bunga mawar di depanku ini.
Aku menghela napas dan memejamkan mataku. Kubayangkan angin tersebut datang di bawah kendali tanganku. Kuarahkan tanganku pada bunga-bunga mawar yang sedang bermekaran hingga semua mahkota bunganya tercabut dan terbang dibawa angin.

Aku membuka mataku saat mendengar suara tepuk tangan Emerald yang kini berseru heboh.

"Hebat hebat! Kau berhasil menerbangkan semuanya!"
Aku balik menatap bunga gundul itu tak percaya. Senyum di wajahku terbit tanpa bisa kutahan.

Akhirnya kalian takluk juga! Haha, kalian tidak akan bisa mengejekku lagi setelah ini.

"Nata, coba kau lakukan hal itu sekali lagi, tapi kali ini dengan mata terbuka."

Aku mengangguk penuh rasa percaya diri dan kembali mengayunkan tanganku saat Emerald kembali menumbuhkan bunga mawar tak jauh dari tempatku berdiri.
Apa yang kulihat, terjadi seratus persen akurat dengan apa yang kubayangkan sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, aku berhasil menerbangkan seluruh mahkota bunga tersebut, hanya saja kali ini aku melakukannya dengan mata terbuka, tidak kupejamkan seperti yang sebelumnya kulakukan.

Lagi-lagi Emerald berseru heboh dan memberi tepuk tangan yang kurasa sangat berlebihan. Dengan antusias, ia menyuruhku untuk mencoba ikut menumbuhkan bunga. Aku tidak menolak dan segera mencobanya.

Sedikit berbeda tetapi tidak terlalu sulit. Di percobaanku yang ketiga, aku berhasil menumbuhkan bunga dandelion, yang kulihat pertama kali saat aku terbangun di dunia ini. Tidak bisa menahan senyum dan rasa banggaku, aku ikut berseru heboh dengan Emerald sampai peri lainnya ikut menoleh ke arah kami dengan wajah kebingungan.

Emerald berdehem dan mengingatkanku untuk tidak berisik, padahal sudah jelas sekali dia yang memulai keributan tadi.

"Ada satu sihir lagi yang harus kau pelajari sebelum kunyatakan lulus dapat menggunakan kemampuan sihir untuk bekerja di sini."

"Apa?"

Emerald menunjuk petak-petak tanah yang setiap petaknya ditumbuhi bunga dan tanaman yang berbeda jenis. Di sekeliling petak tersebut dialiri aliran air, yang membuatku yakin, sihir selanjutnya adalah sihir mengendalikan air untuk menyiram tanaman.

Tanpa berkata apa-apa lagi, ia menyeretku ke dekat aliran air dan terbang sedikit lebih tinggi, agar dapat melihat seluruh tanaman dalam satu petak tanah itu.

"Yang ini juga mudah. Kau cukup membayangkan seperti yang sebelumnya sudah kau praktekkan."

Aku kembali mengangguk dan berusaha mengendalikan air yang mengalir di sekitar petak tanah itu.
Percobaan pertama, air hanya terangkat setinggi setengah meter.

Percobaan kedua, air berhasil kukendalikan tapi berakhir jatuh di tempat yang salah.

Percobaan ketiga, air berhasil kukendalikan, tapi terlalu banyak air yang kuambil sehingga Emerald mengrahkannya kembali ke tempat pengaliran sebelum air tersebut jatuh mengenai tanaman di bawahku.
Aku menggeram kesal. Tidak semudah seperti mengendalikan angin. Air terasa lebih berat dan lebih susah dikendalikan dibanding mengendalikan angin.

Emerald kembali menyemangatiku dan memberi sorakan penuh semangatnya. Mau tak mau, aku ikut membalas semangatnya dan mencoba untuk mengendalikan air sekali lagi.
Beruntung, dewi Fortuna mau membantu keberuntunganku. Aku berhasil membagi sihir yang kukendalikan menjadi hujan kecil yang kini menyentuh tanah dan membasahi tanaman dalam petak tersebut.

Emerald bertepuk tangan untuk kesekian kalinya dan berteriak heboh.
"Nata! Kau sudah lulus dan menjadi pekerja tetap di bidang perkebunan, selamat!"

Teriakannya yang begitu kencang itu membuat peri lainnya ikut-ikutan bersorak dan menyelamatiku. Banyak mahkota bunga yang berterbangan di sekitarku, sebagai tanda selamat, yang malah membuatku ingin menangis haru.

Di dunia manusia, tidak akan ada ucapan selamat seperti ini untukku. Tidak akan ada banyak teman, tidak akan ada banyak manusia lainnya yang menyelamati keberhasilanku.

"Nata?"

Panggilan Emerald sukses menyadarkanku.

Masa bodoh dengan mereka yang membenciku, kini aku sudah memiliki mereka yang mau menerimaku apa adanya.

"Terima kasih semuanya. Mulai hari ini aku akan bekerja di bidang perkebunan."

Peri lainnya menyambutku ramah dan memperkenalkan diri mereka masing-masing. Tentu saja, aku sangat senang dengan keantusiasan mereka, juga sikap kepedulian yang tak pernah kudapatkan selama lima belas tahun hidup di dunia.

************************************
Published : 28 Juli 2018

Demi apapun ! Ini pertama kalinya aku telat update T_T

Aku lupa sungguhan huhuhu

Maaf ya, untuk kalian yang sedang menunggu cerita ini, aku mohon maaf karena telat update. Dan semoga suka dengan kelanjutannya^^

See you next week

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top