chapter 19
Aku meneriaki dirinya agar berhati-hati dan saling berjanji untuk tidak terbunuh di dunia ini. Dengan segenap kekuatanku yang tersisa, aku terbang menjauh dan masuk ke dalam pepohonan yang rindang, bersembunyi di balik dedaunan yang lebat.
Misiku belum selesai, tapi aku sudah babak belur seperti ini. Sambil terus mengumpat, aku merogoh kantong seragamku dan menemukan sebuah ramuan obat untuk mengobati luka gores dan luka bakar yang bersemayam di tubuhku saat ini.
Setelah selesai dan merasa lebih baik, aku kembali memutar otakku agar dapat mencapai istana tanpa diketahui musuh. Aliran sihir yang ada dalam tubuhku sepertinya sudah tidak dapat digunakan lagi. Karena itulah, otakku yang menjadi tumpuan segala rencanaku kali ini.
Dengan segenap keberanian, aku memilih jalur darat untuk mencapai pintu istana. Demi apapun, aku bersumpah bahwa aku akan menemukan Ratu dan menyelamatkan Ace.
Aku mengendap-endap dan sebisa mungkin terus bergerak di bawah bayangan pohon rindang. Bersembunyi di semak-semak, menahan napas saat ada peri lain yang lewat dan berkeliaran di atas sana. Berulang kali aku mengucap doa agar mereka tak melihat ke bawah. Dan kuharap dewi Fortuna memang bermaksud membantuku, tidak seperti sebelumnya.
Cukup memakan waktu lama dan menguras tenaga. Sekitar tiga puluh menit lamanya aku menghabiskan waktu untuk berjalan dari tempatku bersembunyi hingga mencapai bagian bawah istana. Bau hujan mulai tercium, ada rasa lega yang kudapat, dan mulai melupakan penderitaan yang baru saja kualami.
Aku sudah memutuskan untuk tidak menggunakan jalur udara dalam keadaan apa pun. Kalau aku melakukan hal itu, resiko untuk ketahuan dan terlihat di antara ratusan musuh lebih besar. Aku menghela napas, lalu mulai mempersiapkan diri untuk memanjat sulur-sulur tanaman yang merambati bagian bawah istana.
"Ini akan menjadi sebuah awal yang melelahkan," gumamku lagi.
Memanjat, bukanlah perkara yang mudah untukku. Berulang kali aku hampir terjatuh dan terpaksa mengepakkan sayap sepelan mungkin agar dapat menyeimbangkan diri. Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Setiap kali aku kehilangan pijakan, aku mencoba untuk menetralkan napasku yang mulai tidak beraturan. Jelas saja, hal ini sangat menakutkan bagi seorang gadis yang tidak pernah memanjat sepertiku.
Beruntung, tidak ada peri yang melihat pergerakanku saat merangkak ke atas hingga aku mencapai puncaknya. Aku kembali mengingat masa pertama kali aku berada di dunia ini. Emerald yang melepas peganganku hingga kakiku menapak di atas batang pohon beraroma hujan ini.
Aku memicingkan mata dan bersembunyi di balik sulur tumbuhan yang cukup besar untuk menyembunyikanku. Tidak ada penjaga istana seperti biasanya. Hal ini sudah membuatku yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi di dalam istana. Apalagi jumlah peri pengguna sihir istana terbilang banyak, kalau sampai tidak ada yang menjaga, itu artinya mereka memang sedang sibuk melawan musuh, setidaknya ini hipotesis yang dapat kuberikan berdasarkan penglihatanku saat ini.
Dengan perlahan, aku berjalan dan menyusup masuk ke dalam istana. Lorong demi lorong kulalui sambil berharap dapat menemukan sesuatu yang kuharapkan sebelumnya.
"Kau tidak seharusnya melakukan ini!"
Aku terperanjat dan memutuskan untuk berhenti sejenak. Tidak salah lagi, itu suara Ratu Tiana.
"Apa maksudmu dengan tidak seharusnya melakukan ini? Kau harus tahu, hal ini kulakukan untuk membuktikan bahwa diriku kuat dan bisa lebih darimu. Tidak ada yang lain," balas suara yang kuyakini adalah saudari kembar Ratu Tiana.
"Ada banyak hal yang belum kuketahui tentangmu, Malca. Aku tidak pernah bermaksud untuk merendahkanmu seperti apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadapmu. Bahkan setelah bertindak seperti ini, aku tidak bisa melawanmu seperti apa yang kau mau."
Aku semakin merapatkan diri ke dinding, berusaha menguping pembicaraan itu sebisa mungkin, walau sampai saat ini belum ada informasi penting yang dikatakan oleh saudari Ratu Tiana yang ternyata bernama Malca.
"Omong kosong! Kau pikir untuk apa aku melibatkan manusia dalam usaha mendapatkan kepercayaan dan kekuatanku seperti ini? Tiana, kau harus melawanku dan aku akan menyelesaikan semuanya."
Pembicaraan mereka semakin seru, aku sangat menantikan informasi penting mengenai alasan yang pasti, bahwa manusia terlibat dalam masalah dunia ini. Apalagi ini hanyalah masalah antar saudara, tidak semestinya berujung seperti ini.
"Kalau itu akan membuatmu tenang, aku tidak masalah. Tapi kau harus tahu apa yang kau lakukan itu salah."
"Salah? Kau masih menganggapku salah? Kau pikir apa yang kulakukan semua ini untuk melawan mereka? Untuk menghancurkan hidup mereka? Tidak, mereka justru hidup lebih bahagia di dunia ini! Itu sebabnya aku mengambil manusia yang terpancing oleh permainan buatanku dan menjadikannya pasukan untuk membuktikan, bahwa aku lebih dari mampu untuk mengalahkanmu, anak yang selalu dibanggakan!" Suara Ratu Malca terdengar berapi-api.
Aku ikut terguncang. Jadi benar, ini semua adalah sebagian dari permainannya. Lalu, siapa manusia yang terpancing duluan oleh permainanya hingga merembet dan berakhir di tangan seorang gadis sepertiku?
Juga alat apa?
Alat apa yang membawa semua manusia ke dunia ini?
"Lalu, kau juga akan menggunakan kekerasan terhadap seorang manusia, apalagi kau menyuruh saudaranya sendiri untuk menyiksanya, apa itu termasuk tindakan yang baik? Kau tahu, itu akan menimbulkan trauma di antara kedua bersaudara itu. Kau kejam," balas Ratu Tiana, masih dengan nada berwibawa dan anggun, seperti biasanya.
"Ada cara untuk menguji kesetiaan mereka satu sama lain. Di dunianya, mereka hidup rukun, tapi diam-diam sang adik selalu iri dengan kakaknya sendiri. Sedangkan sang kakak berusaha untuk menghibur adiknya yang selalu merasa kalah darinya. Sang adik berdoa, agar ia dapat mengalahkan kakaknya dan membuatnya merasa terpuruk suatu hari nanti, dan doanya itu dikabulkan."
"Kau mencoba untuk menceritakan sebuah dongeng untukku? Biar saja, itu bukan urusanmu, itu masalah mereka sepenuhnya, tak perlu untuk menguji kesetiaan mereka dan mengakibatkan keduanya babak belur seperti itu," balas Ratu Tiana tampak tidak terima.
Aku positif yakin. Kedua saudara itu pastilah Ace dan Ray. Hanya saja aku tidak tahu, siapa kakak dan siapa adiknya. Hal ini semakin memusingkan. Kenapa Ratu Malca malah membawa-bawa cerita kehidupan Ace dan Ray?
Apa hubungannya dengan Persaudaraan mereka?
"Ibunya meninggal karena ulah sang Kakak," cetus ratu Malca yang membuat napasku terasa berat.
"Tidak sepenuhnya salah, tapi memang, sang kakak gagal menyelamatkan ibunya sendiri. Sejak saat itu, keadaannya berbalik. Sang Kakak selalu murung dan mengurung diri, dan sang adik yang berprestasi di dunia luar."
"Lalu apa yang kau lakukan terhadap keduanya?"
"Aku tak melakukan apa pun. Mereka sendiri yang melakukannya hingga masuk ke dunia ini," balasnya terdengar meremehkan lawan bicaranya.
"Malca, dunia manusia bukan untuk main-main. Kita punya segalanya di sini, seharusnya kau bersyukur dan tidak melibatkan ratusan manusia masuk ke dunia ini untuk menyelesaikan masalah kita. Malca, beri tahu aku bagaimana caranya agar mereka keluar dari dunia ini." Suara tegas milik Ratu Tiana kembali mendominasi.
Jantungku semakin berpacu dengan cepat, aku harus mendengar bagian akhir pembicaraan mereka.
"Tidak ada cara."
"Apa maksudmu dengan tidak ada cara?"
"Aku membuat suatu permainan, dengan sebuah benda di dunia manusia yang cukup menarik perhatianku."
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Cepat beri tahu bagaimana caranya mereka kembali," tegas Ratu Tiana lagi.
"Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Tapi sungguh benda itu yang berhasil menarik ratusan manusia ke dunia ini. Tujuanku membawa mereka ke sini adalah untuk menjadikan mereka pasukan, dengan harapan awal mereka semua berada di pihakku. Tapi rupanya beberapa manusia mengambil arah lain, yang malah mengabdi padamu dan menikmati dunia ini tanpa melakukan timbal balik denganku."
"Cukup! Katakan saja bagaimana dan seperti apa benda itu," potong Ratu Tiana.
Kali ini suaranya terdengar tidak sabar dan lebih keras dari sebelumnya.
"Mereka menamainya Snow Globe. Permainan akan berakhir saat salah satu dari kita ada yang mati dan terhapuskan dari dunia ini."
************************************
Published : 9 November 2018
Hai semua^^
Update kali ini, sudah berisi rahasia besar dari Snow Globe sendiri. Hmm aku memang gak bermaksud mengejutkan, karena semua pasti akan beranggapan seperti itu saat membaca judulnya. Iya kan?
Cerita ini memang kutulis dengan alur yang santai dan gak akan muter-muter alias ribet seperti alur POM.
See? Snow Globe tidak seberat itu.
^maaf di atas aku malah curcol.
Oke segitu aja, terimakasih bagi kalian yang vote dan comment serta mendukung Rina dalam menulis cerita. Terimakasih banyak, tanpa kalian, Rina juga tidak bisa menulis.
See you^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top