chapter 16
Aku mengatur napasku dan merapikan penampilanku yang berantakan sebelum memasuki ruangan Ratu Tiana. Aku sudah tidak memikirkan resiko yang akan kuterima jika melakukan hal seperti ini, dengan percaya dirinya ingin bertemu dengan ratu Tiana tanpa penampilan yang layak dan tanpa ada janji sebelumnya.
Pintu ruangan itu terbuka perlahan dan memperlihatkan secercah cahaya dari dalam ruangan. Terdengar suara penuh wibawa dari sang Ratu yang mempersilakanku masuk.
Tanpa basa-basi, aku langsung mengatakan tujuan kedatanganku setelah Ratu Tiana mempersilakanku menyampaikan berita apa yang kubawa. Ekspresinya terkejut, tapi is cukup tenang untuk mengembunyikan hal itu. Ratu Tiana berdiri dari persinggahannya dan memerintahkan beberapa peri dengan kemampuan sihir kelas atas untuk menerima perintahnya.
"Salah satu pengguna sihir terbaik kita sedang dalam bahaya. Malam ini, kita akan berangkat dan mengembalikan dirinya kembali ke tempat asalnya, membebaskannya dari suasana kelam Dark Land!" seru sang Ratu yang disambut dengan seruan penuh semangat dari peri lainnya.
Aku terpana, nyaris menangis, karena Ratu masih berbaik hati dan dengan cepatnya memutuskan sebuah keputusan dalam waktu yang singkat. Malam ini juga, kami akan berangkat ke sana. Ratu juga mempersilakanku ikut dengan tim penyelamat ini.Aku tidak bisa bernapas lega, karena aku turut serta dalam misi penyelamatan Ace. Tapi demi peri aneh yang selalu kurepotkan itu, aku akan membawanya kembali dalam kondisi terbaiknya.
Ratu Tiana memanggil peri pemimpin bidang, Aqua, Lou, Emerald, dan Pixe untuk ikut serta dalam misi penyelamatan ini. Aqua dan Lou akan tetap tinggal di Bright Land bersama ratu Tiana untuk menjaga keamanan warga, sedangkan Emerald dan Pixe mendapat tugas untuk menyelamatkan Ace bersama kami. Aku menatap Emerald dengan mata berbinar. Akhirnya, aku bisa merasa lebih tenang saat tahu bahwa Emerald mendapat tugas yang sama denganku.
Emerald menghampiriku yang kubalas dengan sebuah senyum lebar.
"Hei, pasti berat untukmu menyaksikan kejadian itu."
Senyumku memudar. "Sungguh mengerikan," balasku sambil menunduk, memikirkan bagaimana keadaan Ace saat ini.
Emerald menepuk pundakku berulang kali. "Ini bukan salahmu. Lagi pula, dengan adanya dirimu Ace masih mungkin untuk diselamatkan. Kalau kau tidak ada, mungkin tidak akan ada yang tahu kalau Ace diculik."
"Tapi mereka tidak akan menyerang kalau aku tidak ada di sana."
"Kau masih saja berpikir seperti itu? Biar kujelaskan sedikit tentang watak peri yang berasal dari Dark Land. Mereka menghalalkan segala cara dan licik untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Jadi mau kau menguntit atau tidak pun aku yakin seratus persen kalau dua peri Dark Land itu akan membawa Ace."
"Tapi salah satu peri itu juga saudaranya! Apa saudara akan melakukan hal itu sebegitu kejamnya?"
"Tidak ada yang bisa memastikan hal itu, Natasha. Saudara atau tidak, tidak ada yang tahu segala pemikirannya. Bukankah di duniamu banyak hal yang lebih parah terjadi? Sebagai contohnya, seorang ibu yang rela membunuh anaknya sendiri, seorang ayah yang menyuruh anak balitanya untuk beker--"
"Cukup. Aku tahu, tidak perlu dijelaskan lagi," potongku karena hal tersebut tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.
"Maaf. Kalau begitu, kau seharusnya mendapatkan beberapa informasi penting dari dua peri itu, kan?" tanya Emerald, mengalihkan topik pembicaraan yang membuatku sedikit lega.
"Tidak begitu jelas apa maksudnya. Ray sempat menyebutkan kata permainan beberapa kali. Sebelum mengatakan sesuatu yang lebih penting, Ray mengetahui keberadaanku terlebih dahulu, lalu penyerangan terjadi."
"Tidak ada yang lain?"
"Entahlah. Ray berusaha menarik perhatian Ace agar Ace mau bergabung di pihaknya. Ia menjanjikan sebuah informasi penting tentang dunia ini. Maksudku, tentang kenapa manusia bisa berada di dunia peri seperti kami," jawabku dengan mata menerawang.
Seandainya aku tidak ketahuan, mungkin aku bisa tahu maksud dari kata-kata Ray. Mungkin aku bisa mengerti rahasia dunia ini yang sejak sebulan ini kudiskusikan bersama enam anggota lainnya.
"Jadi tentang hal yang selama ini kita cari ya?"
"Ya. Aku hampir mendengar informasi itu kalau saja aku tidak tertangkap," balasku sambil memutar bola mata.
"Kau sudah menyampaikan hal ini pada Ratu?"
Aku mengangguk. "Aku sudah menceritakan semuanya agar Ratu mau menyelamatkan Ace."
"Baiklah, semoga saja kita bisa mendapatkan Ace kembali dan ia bisa menjelaskan segalanya pada kita. Sebentar lagi kita akan berangkat, persiapkan kekuatanmu dan juga mentalmu. Kalau dengan cara halus kita tidak bisa membawa Ace kembali, kita akan membawanya dengan cara kasar."
"Kasar?"
"Bertarung Nata. Kita akan bertarung di luar perbatasan aman Bright Land."
***
Aku, Emerald, dan Pixe terbang di posisi tengah keberangkatan tim penyelamat. Kami memang diletakkan dalam posisi aman agar saat ada penyerangan yang tidak diinginkan, kami tidak segera terluka.
Secara pengetahuan, Emerald mengetahui lebih banyak tentang seluk beluk dunia ini, juga kekuatan sihir kelas menengah. Ia tidak terlalu mahir, tapi ia lebih bisa mengendalikan sihirnya dibanding pemula sepertiku. Pixe, pemimpin bidang kesehatan, ia menguasai sihir lebih banyak dan setara dengan penyihir kelas atas. Ia menguasai cara meracik ramuan dalam waktu singkat, yang pasti sangat dibutuhkan bila kami terluka saat bertarung.
Sedangkan aku sendiri, pengguna sihir pemula yang keras kepala, menyusahkan, dan ceroboh. Satu hal yang mereka butuhkan dariku adalah, informasi akan keterlibatanku dalam penyerangan yang menimpa Ace beberapa waktu yang lalu.
Aku menghela napas. Aku terlalu takut untuk menyaksikan hal buruk yang sudah menungguku di depan sana. Aku takut, bahkan hidup di dunia ini tidak selamanya membahagiakan. Kata demi kata yang diucapkan saudara Ace juga terus menghantuiku.
Apa maksudnya dengan permainan?
Apa aku sedang bermain dalam sebuah permainan yang tidak kuketahui apa maksudnya?
Bahkan, aku tidak tahu, bagaimana caranya aku bisa masuk ke dunia ini.
Lantas, kalau ini sebuah permainan, permainan macam apa yang sedang kumainkan sekarang?
Kapan aku bisa melihat kata Game over dan kembali ke dunia nyata?
Suara perintah Emerald membuyarkan seluruh lamunanku. Ia menunjukkan jalan selanjutnya, ke arah bawah, di mana ada sebuah hutan dengan pepohonan rindang yang mengerikan.
"Ini salah satu jalan yang jarang dijaga oleh Dark Land, karena mereka menganggap peri Bright Land takut akan kegelapan. Jadi akan lebih menguntungkan jika kita melewati jalur ini dari pada melewati jalur utama. Lagi pula, kita juga tidak tahu seberapa banyak peri Dark Land yang bisa menggunakan sihir. Singkatnya, kita tidak bisa melawan mereka tanpa mengetahui latar belakang mereka."
Aku menyetujui pernyataan Emerald dalam hati. Tim penyelamat mulai memasuki hutan satu per satu dan saling memastikan, apa ada anggota yang tertinggal.
"Perlu kuingatkan lagi tentang hutan ini. Dalam hutan ini, terdapat batas wilayah antara Bright Land dan Dark Land. Ada kemungkinan dalam perbatasan itu ada semacam sihir hitam atau mungkin di dalam area Dark Land juga memiliki sejenis perlindungan sihir dari Dark Land. Bright Land jarang bahkan nyaris tak pernah menyerang Dark Land, justru sebaliknya, Dark Land yang sering kali menyerang Bright Land, terutama saat ada manusia yang terdampar dan memilih untuk menetap di Bright Land."
Penjelasannya itu membuatku sedikit was-was dengan keadaan sekitar. Emerald begitu mengenal seluk beluk dunia ini. Kami memercayainya.
Selama perjalanan, suara ranting pohon yang bergesekan, suara binatang malam, dan kepakan sayap tim penyelamat menjadi iringan perjalanan ini. Hening dan tidak ada yang membuka mulut, terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing.
Tiba-tiba saja, pemimpin tim penyelamat ini berhenti, membuat kami --selaku anggota yang mengikutinya-- ikut berhenti.
Aku melihat peri lainnya mendongak ke atas, membuatku penasaran, apa yang sedang mereka lihat saat ini.
Aku turut mendongak dan melihat sebuah makhuk besar, yang terlihat seperti naga, berwarna hitam, besar, dan bersayap lebar. Aku tidak pernah melihat hewan seperti itu sama sekali.
"Itu penjaga Dark Land. Di depanmu, adalah lapisan pembatas antara Bright Land dan Dark Land," bisik Emerald, menjawab seluruh rasa keingin tahuanku.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
bisikku padanya sambil menunjuk-nunjuk hewan yang masih melayang di atas kami.
"Membunuhnya. Tidak ada cara lain selain membunuh penjaganya dan menerobos masuk ke dalam," balas Emerald yang membuatku menepuk dahi.
Aku lupa, kalau sudah sampai di sini, sepertinya saling membunuh adalah cara yang paling normal untuk melindungi diri.
************************************
Published : 19 Oktober 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top