chapter 14
"Keluarlah, dasar makhluk tak tahu diri!"
Ucapannya itu membuat tubuhku terasa mati rasa.
Siapa yang ia maksud?
Apa ia tahu keberadaanku yang menguntit?
Jadi, sebenarnya pedang itu ditujukan padaku?
Aku merasa takut, sungguh! Perubahan suasana di sekitarku turut berubah, menjadi lebih dingin dan mencekam. Sial, apa aku ketahuan?!
Ace berjalan berputar dan memeriksa beberapa pohon, membuatku semakin yakin, kalau ia mencari penguntit yang sedang iseng menguntitnya. Sial untukku, karena sudah mau melakukan hal aneh terhadap peri yang sama anehnya dengan segudang tindakan misteriusnya. Aku terus menahan diri untuk tidak bergerak sedikit pun dan tidak menimbulkan suara agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Aku memang bersikeras untuk tak menampakkan diri di hadapannya yang mulai kehilangan kesabaran itu. Pikiranku mulai kacau balau, sebenarnya, yang ia cari itu siapa?
Dalam sekali helaan napas, aku memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyianku dengan sebuah harapan Ace akan memaafkanku karena tahu bahwa yang menguntitnya adalah aku. Meski kepercayaan diriku ini terlampau tinggi, aku tidak bisa menahan resiko untuk tetap diam dan menyaksikannya marah-marah sendiri seperti orang gila hanya karena menunggu orang tak jelas, yang mungkin adalah aku sendiri.
Hampir saja aku membuka mulut dan terbang mendekat, sebuah ledakan terjadi membuatku terlempar beberapa meter menjauhinya.
"Kau sudah menunggu rupanya," ujar sosok misterius itu yang kuyakini sebagai penyebab ledakan itu.
Ada rasa lega sekaligus takut karena bukan aku yang dicari oleh Ace, melainkan pemuda berseragam hitam dengan rambut pirang itu. Setelah kuperhatikan lebih saksama, aku sadar, pemuda itu berasal dari Dark Land.
"Penyerangan?!" pekikku tanpa bisa menahan diri untuk tidak bersuara.
Bersyukur, karena mereka berdua larut dalam obrolan penuh basa-basi sebelum saling menyerang hingga tidak menyadari bahwa baru saja ada pekikan cempreng yang lebih terdengar seperti pekikan kuda dari pada seorang gadis.
Aku memerhatikan keduanya sambil terus menganalisis keadaan. Seharusnya, tim patroli datang dan mereka yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tindakan penyerangan ini.
Tapi kenapa malah Ace yang berangkat untuk memeranginya?
Dan lagi, kenapa Ace yang menemuinya?
Apa perlawanannya kali ini, memang disengaja?
"Kau tak perlu seperti itu padaku Ace. Dari dulu, kita memang selalu berbeda pendapat. Aku lemah dan kau kuat. Perbedaan antar saudara, hingga salah satunya berhasil menarik perhatian seseorang yang sama-sama kita sayangi. Bisa kau bayangkan bagaimana menjadi yang tidak menarik? Sungguh menyakitkan. Kau pasti paham akan hal itu, kan?" ujar si rambut pirang.
"Lalu maksudmu mengundangku ke sini untuk apa?" balas Ace acuh, seakan-akan ia tak mau mengerti alasan kedatangan lawannya.
"Aku ingin kau berada di pihakku, karena pihak kami mengetahui segalanya dan kami memiliki keunggulan serta persenjataan yang lengkap untuk membinasakan Bright Land. Dari pada aku membunuh saudaraku sendiri, akan lebih baik jika aku mangajakmu bergabung dan menyatukan kekuatan bukan?"
Aku terkesiap kaget. Mereka bersaudara tetapi berbeda pihak. Seingatku, Ace adalah manusia dan tak ada sangkut pautnya dengan dunia ini. Kenapa bisa ia dan saudaranya terdampar di dunia ini dan berbeda pihak? Hal ini sungguh berada di luar jangkauan perkiraanku.
"Kalau itu, aku tetap akan berada di sini. Lagi pula tidak ada yang tahu bahwa kita bisa mati di dunia ini," balas Ace yang menurutku kelewat santai.
Pemuda pirang itu tertawa keras sambil memegangi perutnya. Ia melanjutkan, "Dugaanmu memang benar. Sekalinya kau mati di dunia ini, kau tetap akan kembali ke dunia asal, tapi dengan satu syarat. Kau dapat kembali setelah ada pemain di sini yang berhasil menyelesaikan permainan."
Alisku bertaut bingung. Apa maksudnya, dengan permainan?
"Bagaimana kau menyimpulkan dunia ini adalah permainan?"
"Kau tidak akan mengerti kalau kau terus hidup di dalam kenikmatan dan keindahan dunia ini, apalagi di Bright Land. Seharusnga kau juga tahu apa penyebab perpecahan ini terjadi. Apa dari situ kau belum bisa menyimpulkannya? Oh jangan kecewakan aku Ace, kau begitu pintar dan aku begitu bodoh, tak mungkin kau melewatkan perkiraan seperti itu."
"Aku memang pernah memperkirakanya, tapi dari pada disebut sebuah permainan, dunia ini lebih ke arah yang lebih nyata. Mungkin ini dunia lain atau dimensi lain dari dunia normal."
"Aku tahu segalanya tentang dunia ini, Ace. Kau harus tahu, tujuanku ke sini untuk membuatmu berada di pihakku dan mendapatkan informasi itu. Kalau kau tahu, kau pasti akan mendukung keputusan pemimpin kami, Dark Land."
"Jadi semua ini ulah dari Ratumu?"
"Menurutmu?"
Aku semakin pusing saat mendengar percakapan mereka. Aku tidak mengerti sama sekali, mungkin karena kapasitas berpikirku tidak setara dengan kedua saudara aneh itu. Ace tampak lebih serius dari biasanya saat mendengar penjelasan-penjelasan dari pemuda pirang yang mengaku sebagai saudaranya itu.
"Kalau kau tidak menjelaskan secara benar, aku tidak punya alasan lain selain tetap pada pendirianku," jawab Ace pada akhirnya.
"Tadinya aku ingin memberi tahumu di sini, sekarang juga. Tapi sepertinya kau membawa teman juga untuk menjagamu ya?"
Jantungku terasa berhenti seketika. Si pirang itu, mengetahui keberadaanku?
"Hai nona," ujar seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakangku dan membekap mulutku.
Sial, aku benar-benar ketahuan.
"Aku tidak membawa siapa pun ke sini. Jangan mengalihkan pembicaraan untuk membodohiku, Ray. Aku tidak sedang bercanda."
"Apa aku selalu bercanda jika berbicara dengan orang serius sepertimu? Apa perlu aku membawanya ke sini sekarang? Luca, bawa dia ke sini!"
"Kau membawa rekan?" tanyanya tak percaya.
"Kupikir, kau mengundangku ke sini hanya datang seorang diri, sepertiku," lanjut Ace.
Tapi sebelum aku mendengar Kelanjutannya, peri yang katanya bernama Luca itu menyeretku ke tempat mereka berada. Aku memejamkan mata dengan segudang rasa takut bercampur panik dan pasrah. Aku tidak berani menatap siapa pun dan memilih untuk terus memejamkan mata.
"Inikah yang kau sebut sebagai seorang diri?"
"Ray, lepaskan dia," balas Ace dengan nada mengintimidasi.
"Aku berani bersumpah, dia tidak ada hubungannya dengan semua ini," lanjutnya lagi.
Aku merasa sakit hati, terpukul, dan bodoh, karena sudah mengambil keputusan untuk masuk dalam masalah orang lain. Terlalu ceroboh, dan tidak memikirkan resiko akhir atas tindakanku sendiri.
Tapi kenapa Ace terus membelaku?
Aku memberanikan diri untuk membuka mata dan menatap mata Onyx nya yang ternyata sedang menatapku dengan datar.
Ekspresi macam apa itu?
"Kau mencoba mengelabuiku Ace? Kau memang pintar, tapi aku juga tidak senaif diriku yang dulu. Kau pikir aku tidak mengamati sekitar? Luca adalah rekanku yang sengaja kubawa agar ia bisa menyelamatkanku kalau saja penawaranku ini ditolak mentah-mentah olehmu atau yang paling buruk, berakhir saling menyerang seperti apa yang biasa kita lakukan. Dan dia, untuk apa kau membawa seorang gadis?"
"Sudah kubilang aku tidak membawanya dan dia tidak ada hubungannya dengan hal ini."
Suaranya meninggi, masih mencoba untuk membebaskanku.
Peri bernama Luca ini mencengkeram kuat lenganku. Aku tidak bisa kabur kalau ia terus memegangiku seperti ini.
"Kalau tidak ada hubungannya, Luca, bunuh dia!"
Jantungku terasa berhenti berdetak untuk kesekian kalinya. Keringat dingin ikut meluncur dari pelipisku dan aku yakin, wajahku sudah seputih mayat.
Peri bernama Luca itu tiba-tiba saja mengayunkan pedang sihir apinya ke arahku. Aku memejamkan mata, pasrah menghadapi takdirku karena tindakan bodoh yang sudah kulakukan sebelumnya.
************************************
Published : 05 Oktober 2018
Halo semua^^
Terima kasih banyak untuk dukungan berupa vote dan komen kalian. Juga kalimat kalimat penuh dukungan yang bertujuan untuk menyemangatiku dalam melanjutkan cerita ini.
Hmm... aku perlu bantuan evaluasi tentang cerita ini. Sejauh ini, apa ceritanya berantakan dan mudah ditebak? Apa ceritanya kelewat aneh?
Mungkin kalau kalian merasa ada yang kurang, kalian bisa menyampaikan unek unek dengan komen langsung di part yang dirasa cukup mengganggu.
Oke, sekali lagi terima kasih dan sampai jumpa minggu depan^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top