chapter 10
"Setelah itu, hantu itu lari terbirit-birit karena takut melihat wajahnya sendiri."
Aku tertawa saat Regis mengakhiri cerita seramnya yang menurutku tidak seram sama sekali. Justru, aku malah tertawa karena membayangkan ada hantu yang bisa berlari.
"Apa ada cerita yang lainnya?"
"Waduh, kau ini dari tadi minta diceritakan terus. Sudah berapa cerita yang kuberikan huh? Lima ... tidak, enam cerita sudah kuceritakan padamu dan reaksimu hanya tertawa dan memberi komentar bahwa ceritaku lucu," omelnya sambil mengerucutkan bibir.
Aku kembali tertawa saat melihat ekspresi wajahnya itu. Apa anak ini berusaha terlihat seperti anak kecil? Sayang sekali, wajah anehnya itu tidak akan bisa membuat semua orang menganggapnya sebagai anak kecil lagi.
"Tapi kan, Emerald bilang Regis akan menemaniku hari ini. Jadi aku boleh minta diceritakan lagi, kan?" Aku membela diri dan tetap berusaha untuk menahan tawa melihat reaksinya yang selalu berlebihan itu.
"Sarapannya sudah jadi!"
Emerald berseru dari ruang makan, membuatku dan Regis bergegas menuju ruang makan dengan terburu-buru.
Aku dan Regis adalah penggemar masakan buatan Emerald. Biasanya, kami akan berebut makanan dan adu cepat makan, siapa yang terakhir selesai, dia yang akan mencuci seluruh peralatan makan yang dipakai.
Aku memakannya dengan cepat dan memenangkan pertandingan ini. Dengan wajah tertekuk yang terkesan dibuat-buat, Regis menunjukkan rasa kecewanya dan mencuci semua peralatan makan yang kami pakai. Aku dan Emerald tertawa saat melihat tingkahnya yang begitu kekanakan saat ia mendengus dan mengumpat berkali-kali.
Mungkin karena ia sudah mengerjakan hal ini selama tiga hari. Ya, sudah bisa ditebak, aku yang selalu memenangkan pertandingan ini.
Hari ini sudah memasuki hari ketigaku menjalani perawatan dari Ace. Dan aku mungkin akan menceritakan sedikit pengalamanku selama tiga hari ini.
Pada hari pertama, aku dilanda kebosanan yang teramat sangat, karena hanya menghabiskan waktuku dengan duduk diam di rumah sambil menunggu perawatan dari Ace. Ketika Ace datang, suasana tidak semakin membaik dan malah semakin memburuk. Ia memperburuk suasana dengan segala tindakannya yang kelewat santai dan menyebalkan. Hanya bertanya dengan pertanyaan yang sama yaitu, 'bagaimana keadaanmu' lalu memberiku sepaket obat-obatan aneh yang harus kuhirup sampai habis.
Tidak seperti Regis, ia hanya duduk diam dengan sejuta kemisteriusan di wajahnya. Satu kata untuknya, mengesalkan!
"Kau melamunkan apa huh? Sedang ingin mengerjaiku karena kalah lomba makan darimu? Lihat saja, besok aku yang akan menang!"
Aku mendengus saat mendengar omelan Regis yang selalu membuatku teringat akan omelan nenek sihir yang tidak ada habisnya.
"Terserah apa katamu. Yang jelas, hari ini aku yang memenangkan pertandingannya," balasku acuh.
"Natasha, apa hari ini Ace memberitahumu mau datang jam berapa?" tanya Emerald.
Aku mencoba mengingat-ingat percakapanku dengannya kemarin.
Beberapa detik kemudian, aku menggeleng pelan. "Tidak. Biasanya ia mulai datang saat siang hari. Tapi aku tidak tahu pasnya."
"Anak itu memang seperti itu ya. Jadi kesimpulannya, Ia tetap tidak banyak omong dan terkesan misterius, buka begitu?"
Aku mengangguk setuju. Ace itu, benar-benar misterius!
"Natasha, aku dan Regis akan kembali bekerja, apa kau tak apa kami tinggal?"
"Tidak apa-apa. Mungkin Ace sebentar lagi akan datang," jawabku sambil melambaikan tangan ke arah mereka berdua.
"Oh ya, aku harus memberitahumu sesuatu agar kau tidak bertindak bodoh."
Aku merasa sedikit tersinggung mendengar pernyataan Emerald yang terang-terangan itu. Aku tahu aku memang bodoh, tapi apa ia tidak bisa membuat ucapannya lebih halus daripada kata bodoh?
Aku memutar bola mata kesal. "Memangnya ada apa?"
Regis dan Emerald saling bertatapan dengan tatapan yang serius. Aku turut bingung, seserius apa masalah ini sampai Regis bisa berekspresi selerti itu? Apa dia sudah disogok oleh Emerald agar berakting seperti itu di depanku?
"Sejak hari pertama perawatanmu, terjadi perlawanan secara diam-diam. Tidak bisa disebut perlawanan sih, karena korbannya hanya berkisar satu sampai dua orang yang tidak sengaja berkeliaran di malam hari. Beberapa pemimpin bidang sudah bergantian melakukan penjagaan ketat mulai kemarin dan juga malam ini. Kuharap kau tidak gegabah dan berusaha kabur di malam hari hanya untuk memenuhi keinginanmu jalan-jalan atau alasan lainnya karena hal itu bisa membahayakan nyawamu," jelas Emerald panjang lebar.
Aku terperangah kaget, tidak mengira akan ada penyerangan diam-diam seperti ini layaknya seorang teroris yang bertindak saat malam hari, atau mungkin lebih mirip jika kusebut sebagai maling.
"Baik, sebisa mungkin aku akan tetap berada di rumah."
"Pokoknya kau harus hati-hati. Aku tidak mau melihatmu sakit lalu terlihat lemah seperti ini," tambah Regis sambil memeletkan lidahnya.
Kurang ajar! Dia pikir aku selemah apa?
"Hati-hati juga Nata. Kau sendirian lho. Dan kalau Ace berbuat macam-macam, bilang padaku ya, nanti aku yang akan menghajarnya," tambahnya lagi Regis sambil mengayunkan tinjunya di udara.
Aku yang awalnya ingin meninju wajahnya beralih menjadi tertawa kecil sambil mencibir. "Memangnya kau bisa melawannya?"
Ekspresi wajahnya berubah menjadi pura-pura kesal. "Tentu saja, aku ini kuat, jangan meremehkanku dong!"
Regis terus mengoceh sampai pada akhirnya Emerald menyeret paksa Regis dan meninggalkanku yang masih tertawa melihat tingkah mereka.
***
Hari ini, hari keenam perawatanku. Itu artinya, besok adalah hari terakhir Ace merawatku. Setelah memeriksa keadaanku tadi, ia mengatakan bahwa kondisiku makin membaik dengan wajah mengesalkannya. Tidak tersenyum, bahkan terlihat datar tanpa ekspresi. Nada bicaranya pun tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Ia hanya tersenyum saat melihatku marah dan kesal, karena ia tidak mau menjelaskan secara detil bagaimana perkembangan kesehatanku.
Di saat aku kesal, kenapa ia malah tersenyum?
Ah, lagi-lagi aku memikirkannya.
Aku tarik kata-kataku saat berkata bahwa Regis mengesalkan. Regis selalu bisa membuatku tertawa dengan lelucon-leluconnya. Suasana akan menghangat saat dia datang dan mendingin kembali saat dia pergi. kalau aku membandingkan Regis dengan Ace, sudah jelas jawabanku adalah, bersama Regis lebih baik dibanding bersama Ace.
Aku mendengus, lalu memutuskan untuk melanggar peraturan aneh buatan Ace. Dia melarangku untuk pergi ke mana pun dan walau hanya di area sekitar perumahan. Lihat, kan? Betapa mengesalkannya dia?
Karena hari ini sudah memasuki hari keenam, maka tidak ada salahnya buatku untuk melanggar peraturannya yang ia tulis di beberapa lembar kertas seakan-akan peraturan tersebut tidak ada habisnya, terlalu banyak.
Lagi pula matahari sudah tenggelam, digantikan bulan dan bintang yang menghias angkasa. Aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan di malam hari agar tidak ketahuan oleh siapa pun, termasuk si biang keladi yang membuatku seperti ini, Ace.
Dan juga, berita penyerangan yang sempat membuatku takut keluar rumah sudah jarang terdengar, dan setelah kudengar penjelasan Emerald, penjagaan sudah tidak seketat hari pertama dan kedua penyerangan. Itu artinya, malam ini akan baik-baik saja.
Seakan mendukung keputusanku untuk melawan peraturan aneh Ace, langit malam hari ini tampak cerah dan bulan bersinar lebih terang dari biasanya. Tidak akan ada hujan malam ini, pikirku.
Sebersit senyum tipis terbit di wajahku. Ya, keputusanku sudah bulat. Seharusnya, tidak ada yang menghalangi tindakanku hari ini.
Setelah mengunci rumahku dan menaruh kuncinya di bawah keset, aku menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada peri yang melihat aksiku kali ini. Untuk kedua kalinya, aku merasa tindakanku memang didukung penuh oleh alam. Mungkin alam mengerti perasaanku yang kebosanan setengah mati dan tidak bisa keluar rumah selama lima hari belakangan ini.
Aku memutuskan untuk pergi ke sustu tempat yang sering Regis ceritakan. Ia bilang, di sana adalah tempat yang indah dan bisa menenagkan pikiran jika kau duduk sendirian di sana. Hamparan aneka macam bunga yang terlihat indah dengan lampu seperti lampion di sekitarnya menyala terang, menambah suasana penuh kedamaian. Belum lagi, air mancur yang dibangun di tengah hamparan bunga itu. Sungguh indah, begitu hasil deskripsi Regis yang berhasil menarik perhatianku.
Membayangkannya saja aku sudah mulai merasa senang, jadi kuputuskan untuk cepat-cepat sampai ke sana sebelum ada peri yang memergokiku keluar rumah.
Setelah berputar-putar beberapa kali demi mencari lokasi keberadaan destinasi favorit Regis, akhirnya usahaku tidak berujung sia-sia. Kuakui, apa yang dikatakan Regis bukanlah sebuah kebohongan. Aku menatap tempat itu tak percaya dan terbang cepat mengelilinginya.
Sambil tertawa kecil dan menahan diri untuk tidak berseru heboh, aku mulai membaur diantara hamparan bunga yang indah. Aku tidak pernah melihat keindahan seperti ini selama lima belas tahun hidup di dunia. Wangi-wangian harum khas bunga yang begitu membuatku tenang. Juga udara sejuk di sini yang membuatku lupa bahwa dunia ini adalah dunia mimpi.
Dunia ini terlalu nyata untuk disebut sebuah mimpi. Dan kalau memang mimpi, ini mimpi terindahku dan merupakan sebagian keberuntunganku bisa bermimpi dan merasakan sensasi-sensasi yang tak pernah kurasakan saat menjalani hidup.
Suara semak-semak yang bergesekan sesikit menbuatku was-was. Apa ada peri di sekitar sini yang berusaha menguntit?
Aku mulai merasa takut. Bagaimana kalau peri itu ternyata Ace? Apa dia akan menghukumku karena ia berhasil memergokiku melanggar peraturannya?
Aku menggeleng sambil memejamkan mataku erat-erat. Setelah menarik napas dan membuangnya, kuberanikan diri menatap semak-semak yang menjadi sumber kecurigaanku.
Saat melihatnya terus bergerak, aku semakin yakin dan berteriak lantang, "Siapa di sana?"
Tepat sekali, setelah aku bertanya, sesosok peri menampakkan wajahnya diantara semak-semak. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena rambutnya yang tertutup angin itu berkibar menutup sebagian wajahnya.
Aku merasa takut. Jangan-jangan, dugaanku benar.
"Ace?"
************************************
published : 07 September 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top