Chapter 7
Mimpi
Aku pun langsung terbangun dari tidurku, jantungku berdebar-debar dengan cepat.
"apa tadi itu mimpi atau ingatan.. ?" kataku dalam hati
Aku pun beranjak dari kasurku berjalan keluar dari kamar, memastikan kejadian yang aku rasakan hanya mimpi
" Oh, Hiyori kau sudah bangun,, apa demammu sudah turun..? " tegur Bibi Mizuki yang melihatku keluar
" Demam...? "
" Ara... kau lupa ya? Kau pulang dari hutan dengan pingsan dan tubuh basah kuyup dan Zen yang menggedongmu " ungkap Bibi Mizuki
" Hah,, itu bukan mimpi...?. " gumanku lagi
" mimpi? Apa kau mimpi buruk saat demam? " tanya Bibi Mizuki
" ah, tidak bi.. aku akan kembali ke kamar, sudah ya.."
Bibi Mizuki hanya mengangguk. Aku pun kembali ke kamarku berusaha berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Aku kembali berbaring dengan wajah menatap langit-langit rumah.
Sekuat apapun aku mengingat aku tak bisa mengingat kejadian saat aku pingsan.
Saat makan malam tiba, aku benar-benar canggung jika harus bertemu Zen, tapi syukurlah ia masih tetap menggunakan jubahnya jadi aku tak perlu menatapnya lagi dengan memikirkan kejadian sebelumnya.
Keesokan harinya saat pagi hari aku sedang merawat bunga-bunga di pekarangan rumah. Dan Zen menghampiriku
" apa aku bisa membantumu ? " tanyanya membuyarkan pikiranku
" Oh, Zen... "
" bagaimana...? " tanyanya
" bagaimana apanya.. " jawabku dengan ketus
" apa kau marah padaku Hiyori..? "
Aku hanya mengangguk, dengan tetap fokus di pekerjaanku.
" apa aku salah mencintaimu? " ujarnya dengan lirih
" bukan itu maksudku.. "
" Lalu apa Hiyori..? "
" hanya saja... " jawabku terputus
" Apa...? "
" aku belum siap dengan perasaan ini,, " jantungku kembali berdebar-debar
" Apa ini yang pertama ? " tanyanya.
" pertama apa maksudmu..? "
" itu...saat hujan kita...."
Aku pun langsung berbalik ke arah Zen dan mendekatkan tanganku ke mulutnya, berharap ia tidak mengatakan kata yang tak ingin ku dengar.
" HuPpFff.... "
" berhenti mengatakannya lagi... " ujarku
Zen pun melepaskan tanganku turun dari mulutnya...
" baiklah,, aku tak akan mengatakanya.."ujar Zen
" Zen..." panggilku dengan tertunduk
" Ya,, ada apa? "
" Saat ini aku belum bisa menerima perasaamu Zen, aku harap kau mengerti "
" aku akan menunggu sampai saat itu tiba.. " balasnya
" kau akan lelah dengan menunggu.. "
" aku percaya padamu Hiyori.. "
" kalau begitu, aku ingin bertanya padamu, mengapa aku bisa pulang dalam keadaan pingsan? "
" Oh itu, saat aku menciummu, kau tiba-tiba saja pingsan dan tubuhmu mulai demam saat aku membawamu pulang " jelas Zen
" Oh, tidak, aku ingat, entah mengapa saat Zen kembali menciumku kepalaku tiba-tiba pusing itu saja yang aku ingat " ucapku dalam hati
Aku hanya memandang diam ke arah bunga-bunga yang ada di depan mataku. Setelah itu Zen pergi meninggalkanku sendiri. Aku terus diam dengan pikiraanku. Apa aku juga mencintai Zen? atau tidak ? atau aku hanya terbawa suasana saja.
Menjelang sore kami kedatangan tamu di penginapan kami. Bibi Mizuki memanggilku untuk menemuinya.
" selamat sore.. " sapaku
" kemarilah Hiyori.. " panggil nenek. Aku pun mendekat dan duduk di samping nenek
" kenalkan ini Bibi Nayoka, " kata nenek memperkenalkan wanita yang ada di depannya
" selamat sore Hiyori,, apa kau masih ingat dengan Bibi? " tanya wanita yang bernama Bibi Nayoka
" maaf Bi, aku tidak mengingat Bibi "
" Ara.. Hiyori, aku adalah ibunya Daichi "
" Daichi...? " tanyaku kembali
" kau benar-benar lupa ya Hiyori, saat kau berlibur waktu kecil di sini, kau sering bermain denganya.." tutur nenek
" ah, maksudnya Kak Daichi ya, aku ingat sekarang, maafkan aku Bi.." ujarku dengan malu
" tak apa, itu sudah lama pantas memang jika kau tak ingat " kata Bibi Nayoka
" jadi bagaimana Bi, bagaimana kabar Kak Daichi sekarang..? " tanyaku
" ia menitip surat ini padamu, lain kali datanglah berkunjung ke rumah, saat kau kembali ke sini kau belum datang mengunjungiku padahal waktu kecil kau sangat sering bermain di rumah " ujar Bibi Nayoka dengan tersenyum
" tentu saja, aku akan berkunjung ke rumah Bi.. "
" dia ini sejak tinggal disini masih malu-malu bersosialisasi dengan para tetangga" ungkap nenek
"nenek... " panggilku
" kalau begitu, aku permisi dulu ya Bi, aku akan membaca surat ini " pintaku. Seraya beranjak pergi meninggalkan Bibi Nayoka dan nenek.
Aku pun duduk di teras belakang rumah dan membuka isi surat dari Kak Daichi.
Hay Hiyori,,,
Apa kabar? Aku harap kau baik-baik saja, aku sudah mendengar dari ibu kalau sekarang kau menetap di Shirakawa. Aku tak sabar untuk menemuimu sudah sangat lama bukan? Kita tidak pernah bertemu saat terakhir kali kau mengunjungi Shirakawa. Besok lusa aku akan datang ke Shirakawa, aku harap kau mau menjemputku di halte bus. Aku akan marah jika kau tidak menjemputku.
Daichi
Ps: apa sekarang kau sudah menjadi gadis yang manis?
^-^
" mengapa kau tersenyum sendiri? " kata Zen yang tiba-tiba ada disampingku
" Ah, Zen kau membuatku terkejut " balasku
" surat apa itu? "
"Oh ini, surat dari Kak Daichi.. dia teman kecilku besok lusa dia akan datang ke desa dan dia memintaku untuk menjemputnya "
" apa dia seorang pria? "
" tentu saja, dari namanya saja kau sudah bisa menebaknya.."
" kalau begitu, aku ikut kau menjempuntnya "
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top