Chapter 5
Obon
Besok lusa adalah festival obon, kami sekeluarga ikut merayakannya juga.
Obon merupakan acara yang di adakan saat musim panas di jepang dalam rangka menghormati mendiang keluarga atau arwah leluhur.
Di tokyo pada umumnya obon di adakan dari tanggal 13-16 juli, akan tetapi di daerah-daerah jepang di adakan pada tanggal 13-16 agustus.
Meskipun berbeda tergantung daerahnya, dipercaya bahwa arwah nenek moyang kembali ke dunia ini selama jangka waktu yang singkat tersebut. Untuk itu berbagai macam persiapan di lakukan selama obon agar para leluhur dapat ke dunia ini dengan lancar dan kembali ke dunia sana dengan tenang.
Hari ini kami mempersiapkan berbagai macam hal untuk merayakan obon, seperti sesajen yang diletakkan di atas meja, dengan berbagai jenis bunga, buah-buahan, hingga kue khas jepang. Pada festival obon kali ini kami akan menyambut arwah dari Kakekku yaitu Yoda Matsumoto yang telah meninggal 3 tahun yang lalu ketika sakit.
Tak lupa kami menyajikan makanan favorit kakek berharap arwah keluarga atau leluhur dapat pulang dengan riang ketika di sambut dengan makanan favoritnya.
Dan juga kami akan mengunjungi makam leluhur dan membersihkannya tak lupa aku juga menyiapakan lampion obon agar para leluhur bisa menemukan rumahnya kembali dengan melihat cahaya dari lampion.
" apa semua persiapan sudah di siapakan Hiyori..? " tanya nenek padaku
" aku rasa semuanya telah ada Nek, " jawabku
" jangan lupa untuk memasang lampion di halaman rumah "
" tentu saja, aku akan meminta Zen membantuku "
Aku pun pergi menemui Zen yang sedang membantu Paman Kenta.
" Haii,, Paman, apa yang sedang Paman lakukan? " sapaku
" Oh, Hiyori,,, kami sedang membuat lampion " jawab Paman Kenta
" kebetulan, nenek memintaku untuk memasangnya nanti, bisakah kita memasangnya sebentar malam? "
" tentu saja, jika kami sudah selesai membuatnya sebentar kau boleh langsung memasangnya tapi Paman rasa besok siang baru selesai "
" Oh,begitu,, Heyy Zen maukah kau membantuku memasangnya? " tanyaku pada Zen, ia hanya mengangguk.
Hari yang di tunggu pun tiba. Hari pertama menyambut obon dimulai, kami sekeluarga membuat dekorasi yang terbuat dari timun dan terong yang di tusuk dengan sumpit kayu atau tusuk gigi.
Dekorasi ini disebut dengan Shoryo Uma (kuda arwah). Biasanya para wanita di keluarga kami yang membuatnya.
" Ya ampun Hiyori,,,, Sudahlah kau tak pandai membuatnya " Keluh nenek, entah bagaimanapun aku mencoba membuatnya selalu saja hasilnya gagal
" Lebih baik kau melihat saja Hiyori " timpal Bibi Mizuki
" Tapi,, Bibi, aku juga ingin membantu "
Ya... Timun yang kami buat melambangkan Kuda untuk dikendarai mendiang agar segera datang ke dunia ini dan Terong melambangkan Sapi untuk di kendarai pelan-pelan kembali ke dunia sana.
Hari kedua saat obon dimulai. Nenek membuat tumpukan tangkai Rami yang di sebut dengan Ogara kemudian dibakar. Ritual ini dikatakan untuk para leluhur bisa kembali kedunia ini dengan bimbingan dari asap yang keluar dari api.
Berkat asap ini para leluhur dapat tiba di rumah tanpa tersesat sehingga asap ini disebut berperan sebagai Penunjuk Jalan.
Hari ketiga perayaan obon pagi-pagi sekali kami pergi berziarah ke makam Kakek dan para leluhur kami.
Kami berdoa dan membersihkan makam-makam tersebut, memberi air, bunga dan dupa sebagai persembahan untuk para leluhur.
Kami sekeluarga menutup kunjungan kami dengan berdoa di depan makam.
Zen tampak tersenyum ke arah kabut putih di depan makam tanpa sepengetahuan kami. Setelah kami berdoa, gantian Zen yang ikut berdoa dan tiba-tiba saja bunga yang berada di altar makam tampak sedikit membeku.
Setelah berdoa di makam kami pulang kerumah untuk makan bersama untuk mengenang mendiang keluarga.
Kami banyak bercerita banyak hal saat Kakek masih hidup bahkan kejadian saat aku menjahili kakek ketika aku masih kecil, nNenek berkata saat kecil aku sangat nakal.
Walau aku tak mengingat kejadian tersebut rasanya aku rindu pada Kakek.
Saat hari obon terakhir adalah hari pelepasan untuk berpisah dengan para leluhur, kami melakukan pembakaran pada Ogara berharap para lelulur dapat dibimbing kembali oleh asap yang di bakar menuju dunia sana.
Keesokan harinya sekelompok anak-anak di desa datang berkunjung ke penginapan kami.
" Selamat siang,, " sapa mereka
" Siang,, Wahh ada apa ini rame-rame ke sini " sambut Bibi Mizuki
" kami ingin bertemu dengan cucu Nenek Matsumoto yang datang dari tokyo " kata seorang anak dari mereka
"Oh,, Hiyori ya, tunggu sebentar Bibi akan memanggilnya "
Bibi Mizuki pun masuk kedalam rumah dan memanggilku yang sedang menjaga Toru.
" Hiyori,, ada yang mencarimu di luar "
" Siapa Bi? Rasanya aku belum punya kenalan di sini " jawabku dengan heran
" Pergilah, kau pasti senang bertemu dengan mereka " kata Bibi Mizuki dengan tersenyum.
Aku pun berdiri dan bergegas keluar melihat sosok orang yang mencariku, aku bingung dan heran siapa mereka
" Selamat siang Kak Hiyori..." sapa anak-anak itu
"Si,,,Siang,, apa kalian yang mencariku? "
" benar,, "
" ada perlu apa..? " tanyaku
" kami ingin mengajakmu pergi ke kuil sebentar malam " kata salah satu anak dari mereka
" untuk apa? "
" kau akan tahu " jawab seorang bocah laki-laki dari mereka
" aku tak akan pergi jika kalian tidak memberitahuku tujuan kita kesana"
" kau boleh, mengajak teman anehmu itu " katanya lagi
" Maksud kalian Zen ya..?"
"iya,, kami selalu mengajaknya tapi dia selalu menolak makanya kali ini kami akan mengajakmu " tukas mereka
" oh, begitu, mungkin kalian akan melakukan hal aneh makanya Zen tidak mau ikut "
" berarti kamu juga sama denganya,, Penakuttttt "
" Penakuttttt " ledek mereka semua
" ArgGhHHH,,, kalian benar-benar bikin kesal, baiklah setelah makan malam aku akan ikut dengan kalian ke kuil " tukasku
" jika kau masih ingat kenangan masa kecilmu saat bermain bersama teman-temanmu, kau akan tahu tujuan kami mengajakmu " timpal seorang dari mereka
Tiba-tiba aku mengerti apa yang mereka maksud. Ya pada saat anak-anak aku juga melakukan kegiatan itu bersama-sama teman-temanku kegiatan yang selalu di lakukuan saat musim panas apalagi saat sebelum dan sesudah obon.
Tak lain adalah permainan 100 Cerita seram.
Saat sore hari aku mencari-cari Zen tapi ia tidak kunjungku temukan. Aku pun pergi menemui Bibi Mizuki untuk bertanya.
" Bi,, apa Bibi Mizuki melihat Zen..? " tanyaku
" tidak, Bibi tidak melihatnya Hiyori.."
" Benarkah? "
" iya, apa kau sudah mencarinya ?"
" aku sudah mencarinya di sekeliling rumah tapi tidak ada "
" mungkin ia sedang berisitirahat di kamarnya"
" Benar juga, aku belum mencarinya kesana.. sudah ya Bi, aku pergi ke sana dulu. "
Aku pun pergi menuju kekamarnya Zen, setelah di depan pintu aku rasanya sangat Gugup. Benar, ini pertama kalinya aku pergi kekamarnya Zen.
Aku pun mengela nafas panjang dan mengetuk pintu.
Tokk,,Tokk,,Tokk,,
" Hay Zen, ini aku Hiyori " sapaku
Pintu pun langsung di buka oleh Zen
" Ya,, Hiyori ada apa? " tanyanya
Rupanya ia masih tetap menggunakan jubahnya walaupun ia di dalam kamarnya sendiri.
" aku ingin mengajakmu ke kuil yang berada di hutan sebentar malam "
" Oh, benarkah? "
" Yaa,, anak-anak desa mengundang kita ke sana setelah makan malam "
" oh, mereka " ujar Zen dengan datar
" oh ya, mereka bilang pernah mengajakmu tapi kau menolaknya "
Zen hanya mengangguk
" baiklah kali ini, kau harus ikut ya, kita berdua akan pergi dan juga jangan lupa bawa lilin dan korek api ya,, aku akan membawa senter "
" baiklah, aku akan menyiapkannya"
Selepas makan malam, aku dan Zen sudah pergi menuju kuil di hutan belakang rumah, suasananya sangat mencekam hanya suara jangkrik yang terdengar apalagi kemarin kami baru saja merayakan festival Obon.
" Lihat, anak-anak itu belum datang " seru Zen
" apa mereka mengerjaiku? Kemana sih anak-anak itu.. menyuruhku ke sini tapi mereka tak ada satupun di sini "
" apa kau ingin menunggu mereka? " tanya Zen
" iya,, kita tunggu saja sebentar di kuil mungkin mereka akan segera datang "
Aku dan Zen pun duduk didepan kuil sambil menyalakan lilin yang kami bawa agar anak-anak yang datang bisa melihat cahaya ini bahwa kami sudah tiba di sini.
" apa yang akan kau lakukan dengan anak-anak itu ? " tanya Zen
" Oh, mereka akan mengadakan Hyaku Monogatari" jawabku
"Hyaku Monogatari ..? apa itu ?"
" itu,, artinya 100 cerita seram sebuah permainan anak-anak saat musim panas seperti ini di mana masing-masing anak akan menceritakan cerita seram secara bergiliran dengan di temani cahaya lilin, biasanya di lakukan di gedung sekolah atau seperti daerah Kuil " jelasku
" bukankah itu menyeramkan? " ujar Zen
" memang benar, aku biasanya memainkanya bersama teman-teman saat masih sekolah, sebenarnya itu cukup menyenangkan " celutukku dengan tertawa
" Tapi mengapa mereka belum juga datang ya.. " sambungku
Tiba-tiba terdengar bunyi yang cukup keras
SraKKkk.... SraKKK...
" apa itu..? " teriakku dengan kaget
Aku pun menyorotkan senter ke sekeliling kuil yang gelap tertutup cahaya bulan tapi tak ada yang terlihat
" lebih baik kita pulang saja " ajak Zen
" tidak,, aku rasa anak-anak itu sedang mengerjaiku "
" kau tidak takut nanti muncul Youkai..? " tanya Zen
(dalam bahasa jepang Yoikai artinya
Siluman jika kalian suka nonton anime jepang yang gengre supranatural pasti tahu,, seperti anime Inuyasha)
" takut sih,, tapi aku akan mencari tahu asal suara tersebut " rasanya aku penasaran.
Aku pun berjalan menyusuri area kuil, aku yakin anak-anak itu sedang bersembunyi dari tadi di sini hingga tiba-tiba saja. Sesuatu muncul di tepatt depanku hingga aku terkejut
" KyAaaaa,,,, " teriakku
Aku pun mencoba berbalik namun alhasil aku hampir kehilangan keseimbangan dan...
BruUkk...
aku pun membuka mataku dan tersadar aku sedang terjatuh kedalam pelukan dada bidangnya Zen.
" Zen.. " gumanku
Aku pun mengangkat wajahku memandang keatas tepat saat cahaya bulan kembali bersinar dari balik awan.
Aku kaget dengan apa yang kulihat. Tudung di kepalanya Zen yang selama ini tertutup kulihat terbuka.
Rupanya ia memiliki rambut bewarna silver, dengan kulit putih seperti salju dan matanya tampak memandang ke arah samping dengan serius.
Aku pun memandang ke arah Zen memandang, kulihat anak-anak desa itu sedang berkumpul di depan kuil dengan tertawa melihat kami.
Tapi aku rasanya tidak terlalu mempedulikan mereka dan kembali menatap wajahnya Zen. Rasanya aku terhipnotis sebentar.
Aku memandang wajahnya yang putih seperti Hidung, dagu, bibirnya serta matanya semuanya tampak indah.
" Matanya..." gumanku. Aku pun terperanjat melihat warna mata Zen yang tampak biru berkilauan seperti kristal menatap ke arahku.
" Kau tak apa-apa? " tanyanya
Tapi aku masih tetap mematung memandang wajahnya
" Hiyori..." panggilnya
Aku pun langsung tersadar mendengar panggilannya
" ah, iya aku tak apa-apa " kataku sembari melepaskan pelukanku padanya
" syukurlah, lihat anak-anak itu di sana " tunjuk Zen
"Hahahah,,, kalian benar-benar takut rupanya " ledek mereka
" Jadi, kalian mengerjai kami ?" tukasku
" tentu saja, kami sudah bersembunyi sejak tadi di belakang kuil untuk menakuti-nakuti kalian berdua " ucap seorang dari mereka
" kalian benar-benar keterlaluan aku tadi keget melihat boneka hantu kalian muncul di hadapanku " marahku
Zen pun berjalan mendekati mereka yang sedang menertawakanku. Ia berdiri membelakangiku dan memandang mereka.
Tiba-tiba saja anak-anak itu menangis dan berlari pergi meninggalkan kami
" apa yang terjadi..? mengapa mereka menangis? " tanyaku pada Zen
" aku Cuma sedikit memarahi mereka " ujar Zen dengar tersenyum simpul
Lagi-lagi senyumannya menghinoptisku dengan wajah yang sudah terlihat dari balik tudung itu
" Hiyori,, " panggilnya kembali
"ahh,itu.... " kataku yang tersadar dari lamunan
" apa? "
" wajahmu.....!!"
" wajahku...? "
" aku bisa melihatnya..."
Zen pun tampak kaget sepertinya ia tidak menyadari tudung di kepalaya terbuka.
" kau melihatnya ?" tanyanya
Aku mengangguk
" apa kau marah padaku? "
" marah untuk? " tanyaku heran
" tidak hanya saja..." ucapan Zen terputus
" aku menyukainya " tukasku
" aku suka dengan warna rambut silvermu dan warna mata birumu" sambungku dengan tersenyum
" benarkah,,?"
" tentu saja, mengapa kau menutupi wajahmu? Kau sangat tampan..." pujiku
Wajah Zen tampak merah Merona
" apa kau demam? " kataku sembari meletakkan tanganku ke dahinya
" kau sangat dingin, sepertinya kau sakit " timpalku
"tidak kok, aku sehat-sehat saja "
" apa kau akan menutup wajahmu lagi" tanyaku
"benar, aku tak bisa menunjukkan wajahku di cuaca seperti ini "
" oh, benar ini sangat panas di musim panas seperti ini, tapi apa kau tidak kepanasan? "
" aku baik-baik saja, ayo kita balik ke penginapan " ajaknya
Aku pun mengangguk. Akhirnya kami berjalan pulang, anak-anak desa benar- benar keterlaluan mengerjaiku tapi berkat mereka aku bisa melihat wajah Zen.
Sepanjang jalan aku hanya tersenyum-senyum kecil tanpa mengetahui sepasang mata bewarna biru sedang menatapku dengan tersenyum pula.
Bonus Karakter Hiyori
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top