Chapter 19

Wanita Salju

Aku tak mengira hari itu akan tiba. Badai salju terus turun dari pagi hingga malam. Badai salju turun dengan lebat membuat salju semakin menumpuk dli luar.

Membuat para penduduk tidak keluar rumah. Sebab salju yang tebal menutupi seluruh rumah.

Aku hanya bisa memandang ganasnya alam dari jendela kamarku. Semua orang mengunci diri didalam rumah yang hangat. 

" Hiyori,,," panggil Zen

" Zen,,, lagi-lagi kau masuk tanpa izin.." ngerutuku

" Ayo ikut aku,,,"

" kemana..? diluar sedang ada badai salju..."

" gunakan pakaian hangatmu, kita akan keluar..."

" Kau gila..? diluar sangat dingin..."

" percayalah padaku.." ujar nya dengan serius.

Aku tak tahu apa yang terjadi. Aku hanya menuruti perintahnya dengan memakai pakean hangatku yang tebal dan melapisi dengan mantel musim dinginku.

" aku sudah siap..." seruku.

Zen pun berjalan menghampiriku dan memelukku dengan kuat. Aku tak tahu apa yang di pikirannya. Aku pun menutup mataku dan hembusan salju yang dingin sedikit kurasakan.

Sedetik kemudian aku merasakan kakiku menginjak tumpukan salju.

" Zen,,," seruku melihat kami berdua sedang ada diluar.

" Apa ini bukit belakang..? " tanyaku.

Zen hanya memandangku dengan serius. Ia membuka jubahnya besar itu dan menutup diriku didalamnya. Aku hanya memeluknya dari samping.

" teruslah berpegang padaku.." pintanya

" Apa yang terjadi..? " tanyaku terus.

Namun Zen tetap tak menjawab. Pandangannya lurus kedepan. Aku mengikuti arah pandangannya.

Sejauh mata memandang hanya ada gugusan salju.

Samar-samar dari jauh terlihat seorang manusia. Ia semakin mendekat ke arah kami. Aku bisa dengan jelas melihat bahwa ia seorang wanita yang menggunakan kimono putih yang panjang.

" Wanita salju..." pekikku

" Zen,, kita harus pergi ada wanita salju di sana.." kataku dengan panik

" itu ibuku... kau ingat yang  pernah aku ceritakan? Aku terlahir dari wanita salju dan seorang manusia.." ujar Zen dengan pelan. Aku hanya menelan sesak salivaku.

Aku ingat apa yang dikatakan Zen. Tapi melihat dengan jelas didepan mataku membuatku ketakutan.

Apalagi mengingat tentang dongeng-dongeng yang menceritakan wanita salju. Mereka akan membunuh para pendaki yang tersesat digunung bersalju

" tenanglah, ibu tak akan menyakitimu.." seru Zen kembali.

Wanita itu makin lama makin dekat dan kini ia sudah berada di depan kami berdua. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut panjang hitam yang terurai dan kulit yang seputih salju dan bibir merah merona.

" Zen..." panggilnya

" siapa dia..? " tunjuk Ibunya Zen padaku

" Dia kekasihku.." jawab Zen seraya merangkulku dengan erat. Ibunya memandang tajam ke arahku.

" Tinggalkan dia.." seru Ibunya lagi.

Aku kaget mendengar perkataan ibunya terhadapku. Belum sempat aku berkata ibunya sudah kembali berbicara.

" ibu tak ingin kau seperti ibu,, Zen. Ibu tak ingin kau sedih.."

" Tidak bu, Zen bahagia bersama Hiyori..."

" Oh, jadi namanya Hiyori..."
Aku hanya mengganguk. Aku semakin merapatkan pelukanku pada Zen.

" Ibu sudah mencari wanita yang akan menjadi istrimu kelak kau bisa tinggalkan manusia ini.."

" Ap..Apaa yang ibu katakan? Meninggalkan Hiyori? Itu tidak mungkin.." marah Zen. Mendengar itu rasanya aku mau menangis. Hatiku terasa sakit.

" Manusia itu tidak akan hidup lama beda dengan kita, kau akan kesepian setelah itu.." ujar Ibunya Zen.

" Jika ibu datang hanya ingin berkata seperti itu,, lebih baik aku pergi. Apapun yang terjadi aku akan bersama Hiyori.."

" Tidak,, kau tak bisa keras kepala seperti itu.."

Raut wajah ibunya Zen mulai berubah. Aku sedikit takut melihatnya. Dan juga aku takut melepas Zen.

" Apa ibu lupa aku hanya seorang Hanyo (setengah manusia setengah siluman) " ujar Zen

Note: jika tahu anime inuyasaha maka seperti itu atau drama korea Goblin atau gu family book.😉

" Aku masih bisa memilih hidupku menjadi seorang manusia seutuhnya atau siluman .." ujar Zen kembali

" Zen,,, jangan membantah kata Ibu, kau akan menyesal jika menolak " marah ibunya Zen.

" Jika ibu ingin melihat Zen bahagia. Maka ini pilihan Zen.."

Ibuya Zen semakin tidak terima dengan keputusan anak lelakinya itu. Aura di sekelilingnya semakin berubah. Badai salju semakin lebat dibuatnya.

" Kita lihat seberapa jauh kau akan sanggup bersama wanita itu.." ujar Ibunya Zen seraya perlahan menghilang dari pandangan kami.

Tubuhnya semakin menghilang bersamaan dengan salju yang turun dengan lebat. Tubuhku mulai merasakan kedinginan.

Bahkan air mata yang dari tadi ku tahan akhirnya mengalir keluar dari pelupuk mataku.

" Hiyori..." ujar Zen mengangkat wajahku yang sembab

" Apapun yang terjadi, aku akan tetap disisimu.. kau harus percaya denganku.."

Aku hanya mengganguk pelan. Aku percaya dengannya tapi tidak ibunya. Aku punya perasaan buruk terhadap perkataan ibunya Zen.

" jangan menangis.." ujar Zen. Ia kembali mengecup bibirku dan aku pun membalasnya. Aku tak ingin kehilangan dirinya dan moment ini.

😣😣😣

Entah mengapa Aku sedikit sesak ketika menulis adegan ini😥😥...
Spoiler: siapkan hati dan perasaan untuk chapter berikutnya😶😶

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top