Chapter 18

Daichi

Pagi ini matahari bersinar dengan terang di cuaca yang masih dingin ini.

Cuaca panas seperti ini memberikan sejenak udara yang sedikit hangat saat diterpa cahaya matahari.

Entahlah dimusim dingin seperti ini. Hubunganku dengan Zen semakin dekat satu sama lain. Tak ada perasaan canggung seperti saat pertama kali berjumpa.

" Hiyori,,, " panggil Bibi Mizuki

" Ya Bi,,, "

" ada Daichi diluar mencarimu..."

" Kenapa Kak Daichi tidak masuk saja..." tanyaku heran

" dia bilang mau menunggumu diluar,,,"

" Mmm,, baiklah " ujarku seraya beranjak pergi keluar.

Sebelum itu aku mengambil mantelku dan mencari Zen. Aku tahu ia pasti merajuk kalau aku pergi tidak memberitahunya. Namun ia sedang keluar bersama Paman Kenta.

" Kak Daichi,, kok tumben tidak masuk,,," tanyaku

" gak kok, hari ini aku Cuma ingin mengajakmu jalan-jalan.. "

" Ayo pergi..." tarik kak Daichi pada tanganku. Ia membawaku masuk kedalam mobil yang terpakir di depan rumah kami.

" aku baru tahu Kak Daichi bisa mengendarai mobil.."

" hehehe,, kau saja yang tidak tahu.. " sahut Kak Daichi

Mobil pun melaju di cuaca yang sedang bagus ini. Selama  perjalanan aku menanyakan mengapa Kak Daichi tidak bekerja lagi sebagai seorang dokter.

Kak Daichi hanya menjawab kalau ia sedang cuti.

Kak Daichi membawaku ke kota sebelah untuk melihat festival musim dingin yang diadakan.

Banyak sekali acara yang diadakan dan hiburan untuk pengunjung. Kami berdua menikmatinya dengan semangat. Jarang sekali festival seperti ini ada didesa.

" Aku pikir, Kak Daichi canggung untuk bertemu denganku sejak hari itu,, " ujarku saat kami dalam perjalanan pulang

" tentu saja,, aku akan bersabar hingga saat itu tiba.. "

Aku hanya terdiam mendengarnya. Sebenarnya aku ingin mengatakan pada Kak Daichi kalau aku menyukai Zen.

Namun aku tidak tega menyakiti perasaannya. Aku tak ingin persahabatan kami hancur.

Kak Daichi pun mengantarku kembali kedepan rumah. Dari jauh aku sudah melihat Zen berdiri didepan rumah. Padahal saat ini salju sudah mulai turun. Kak Daichi hanya memincingkan matanya melihat Zen. Mobil pun berhenti di depan rumah.

" Untuk Hari ini terima kasih Kak Daichi.." ujarku seraya keluar dari mobil. Kak Daichi pun ikut keluar dari mobil. Ia hanya sekilas memandang Zen.

" Hiyori,, istirahatlah,,, lain kali aku akan mengajakmu ke tempat-tempat indah seperti itu lagi.." seru Kak Daichi padaku. Ia berdiri didepanku membelakangi Zen.

" Ah, Ya..." jawabku dengan gagap karena sekilas aku melihat wajah Zen yang udah cemberut.

Tanpa aba-aba Kak Daichi menarik tanganku dan menyentuhkan bibirnya pada bibirku. Aku tersentak mencoba menghentikan perbuatan Kak Daichi didepan Zen.

Zen dengan marah mendekat ke arah kami. Ia menarik tubuh Kak Daichi jauh dariku dengan kuat hingga Kak Daichi terpental. Tak sampai di situ Zen melayangkan tinjunya pada wajah Kak Daichi.

" Zen, hentikannn...  " teriakku melihatnya seperti itu.

Zen menghentikan pukulannya dan memandang ke arahku dengan sendu.

" Hentikan... " ujarku kembali

Namun Kak Daichi yang tidak terima ia bangun dan memukul wajah Zen dengan pukulannya membuat Zen agak tersungkur ke belakang.

" HENTIKANNN.. " teriakku dengan keras menghampiri mereka berdua

" Kau lumayan keras memukul wajahku, Youkai..." hardik Kak Daichi pada Zen

" Itu karena kau sudah membawa Hiyori tanpa izinku.." balas Zen

" Huh,, kau harus sadar diri dengan ucapanmu.." ujar Kak Daichi

" Zen hentikan jangan memukul orang seperti itu aku tidak suka,, "

" Kak Daichi aku minta maaf atas perbuatan Zen, aku rasa sebaiknya Kak Daichi kembali saja sekarang. ..." tuturku

" Kau tak perlu minta maat untuk orang seperti dia Hiyori,, baiklah kali ini aku akan memanfaatkanmu Youkai,,, " ujar Kak Daichi dengan tajam.

Kak Daichi pun berjalan kembali ke mobilnya dan melaju pergi meninggalkan kami.

Aku memandang Zen dengan kesal dan kasian padanya.

" Hiyori,, maaf.." keluhnya

" Jangan melakukan itu,, aku tidak suka kau memukul orang, berjanjilah padaku untuk tidak melakukannya..."

" Aku janji.. " ucap Zen dengan lirih seraya memelukku dengan erat..

" Maaf,, " keluhnya kembali. Aku menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan menenangkan perasaanya.

Tanpa sepengetahuan Kami nenek dan yang lainnya ternyata mengintip kami bertiga yang sedang bertengkar

" Aku mendukung Hiyori dan Zen..." ucap Bibi Mizuki

" Kau tidak boleh seperti itu istriku,, kau harus mendukung kedua pria itu.." sahut Paman Kenta..

" bagaimana Nek,,? " tanya Bibi Mizuki. Nenek hanya diam dan berjalan pergi.

" itu masa muda mereka..." sahut nenek ketika pergi.

Paman Kenta dan Bibi Mizuki hanya tertawa mendengarnya.

😆😆😆
Siapkan hati dan perasaan kalian di chapter selanjutnya😅😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top