Bab 6: Teman Bertugas Untuk Cerry.

Selamat membaca! Jangan lupa  vote-nya ya!

*****

Aku terbangun dari tidurku, setelah semalaman puas menangisi mimpi yang amat indah bagiku. Kulihat kearah cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela gorden. Hari ternyata sudah pagi.

Aku terbangun dini hari sekitar pukul dua pagi, setelah memimpikan Ibu. Dan setelah itu aku langsung menangis hingga pukul empat pagi, lalu tertidur lagi. Mimpi itu terasa nyata, atau itu mungkin memang kenyataan? Entahlah, aku pusing memikirkannya. Terlebih lagi pesan Ibu kemarin, saudara kembar? Jangan benci orang yang sudah menjebak Ibu?

Untuk yang pertama aku percaya-percaya saja. Toh, Ibu memang memiliki banyak rahasia, dan kemungkinan aku memiliki saudara lain selain Sophia adalah 60%. Aku jadi penasaran, saudara kembarku laki-laki atau perempuan ya?

Dan untuk pesan kedua, jangan membenci orang yang sudah menjebak Ibu. Itu sulit, aku tidak bisa. Jika aku bertemu orang itu, aku pasti akan memutilasinya saat itu juga. Memangnya siapa orang itu sampai Ibu tidak menyuruhku untuk membencinya? Apa dia dekat denganku?

Atau mungkin ... orang itu adalah Ayah?

"Pusing," gumamku sembari memegangi kepalaku. Memikirkan segala hal itu membuatku pusing, terlebih lagi aku habis menangis selama dua jam non-stop.

Mulutku terasa asam dan tenggorokanku kering. Aku butuh air. "Cerry!" pekikku.

Tidak ada yang muncul. Biasanya Cerry akan datang sekali aku panggil, karena kamar kami tidak terlalu jauh.

"Cerry!!!" aku berteriak agak keras dari sebelumnya. Lagi-lagi, dia tidak muncul. Astaga, kemana gadis itu?!!

Merasa kesal tidak ditanggapi, aku mencoba turun dari kasurku. Tepat setelah kedua kaki menyentuh lantai, alas lantai itu membuatku terkejut. Aku menundukkan kepala melihat kearah kakiku berpijak.

"Lantai marmer?" bukankah lantai kamarku itu terbuat dari semen?

Aku mendongakkan lagi kepalaku. Mataku bergulir menatap setiap inchi kamar ini. Kamar bernuansa merah dan putih, dengan ruangan yang lebih luas dari kamarku sebelumnya, dan juga lebih mewah. Sangat jauuuhh berbeda dengan kamarku yang lebih "sederhana" digedung belakang.

Aku menepuk jidatku setelah sadar aku sedang berada dimana. "Bagaimana aku bisa lupa soal kemarin," ucapku diakhiri helaan nafas lelah.

Kemarin, Ayah dan Ibunda Lily bertengkar karena Ibunda Lily ingin memindahkan kamarku ke mansion utama. Tetapi Ayah menolak, beralasan karena aku bukan murni keturunan McDeux. Biasalah karena mataku berwarna merah bukan biru jernih seperti Sophia.

Disaat itulah mereka mulai cekcok. Dan tentu saja, aku bersama Sophia hanya menonton mereka berdua sembari memakan camilan layaknya tengah menonton drama teater. Jujur saja, menyenangkan melihat Ayah dimarahi oleh Ibunda Lily.

Hitung-hitung mereka selama ini selalu adem ayem, sedikit pertengkaran tidak masalah lah ya. Hihi, katakanlah aku anak yang durhaka, tapi aku memang suka melihat Ayah merasa tersiksa karena harus bertengkar dengan Ibunda Lily.

Akhirnya Ayah menyetujuinya setelah Ibunda Lily mengancam akan menceraikan Ayah. Terlalu berlebihan memang, tapi sangat memuaskan saat melihat ekspresi Ayah yang terlihat syok saat itu. Pada hari itu juga, pelayan seketika sibuk mempersiapkan kamar untukku di mansion utama atas perintah Ibunda Lily. Barisan pelayanpun terbentuk digedung belakang menyambung kekamar baruku karena bergantian membawa barang-barang dan gaun milikku.

Dan berakhirlah aku dikamar ini. Cerry pasti telah dipindahkan ke asrama pelayan oleh Ibunda Lily. Aku berharap dia tidak dirundung atau diperlakukan buruk oleh pelayan lain.

Aku berjalan dari kasurku kearah meja rias. Aku melihat kearah mejanya yang sudah dipenuhi oleh kosmetik milikku dan yang Ibunda Lily belikan, tentu saja kosmetik pemberian Ibunda Lily lebih banyak dari milikku. Pasti Ibunda Lily menekan para pelayan untuk membereskan kamarku sebelum malam tiba, agar aku bisa langsung tidur. Kasihan sekali mereka.

Aku kembali mendongakan kepala melihat kearah cermin. Kedua lenganku bertumpu pada meja rias sementara aku melihat bayanganku dicermin. Wow, wajahku terlihat sangat kusut. Sklera mata memerah, pipi sembab dan mataku membengkak. Sempurna, aku terlihat seperti habis ditinggalkan seorang lelaki.

Cklek!

"Permisi," tak lama suara pintu tertutup terdengar.

Aku melihat kearah pintu kamarku. Seorang gadis berpakaian pelayan masuk kedalam kamarku, tengah membelakangiku, walau wajahnya tak terlihat aku tahu dia siapa. Siapa lagi kalau bukan Cerry.

Cerry membalikkan badannya, dan saat kedua mata kami bertemu. Dia terlihat terkejut saat melihatku sudah berdiri didepan meja rias. Aku tersenyum manis kearahnya. "Selamat pagi, Kak Cerry!" sapaku riang.

Ekspresi Cerry masih ekspresi terkejut. Ia mendekatiku dengan gerakan patah-patah membuatku mengernyit bingung atas tingkahnya.

"Kak kenap— Hey!" aku terkejut saat Cerry tiba-tiba bersujud dihadapanku.

"Maafkan saya, Nona!" ucapnya setengah terpekik.

"Hey! Ada apa—"

"Saya bersalah karena datang terlambat, Nona! Tolong hukum saya, Nona!" Aku terlonjak akan pekikkannya yang semakin keras.

"Hey! Bangunlah, aku tidak akan—"

"TIDAK, NONA!" aku hampir terlonjak kebelakang karenanya. Dia ini kenapa sih?

"Pelayan hina seperti saya harus dihukum karena terlambat melayani Anda, Nona," ujarnya diselingi isak tangis.

Astaga aku tidak sekejam itu, apalagi ini Cerry. Bagaimana aku bisa menghukum orangku yang sangat setia seperti dia?

"Bangunlah, Cerry, aku baik-baik—"

"JANGAN SEPERTI INI, NONA!! NONA TERLALU BAIK PADA PELAYAN HINA INI!! JADI TOLONG, HUKUM SAYA!!!" Mataku membulat melihat kearahnya. Ini sudah keempat kalinya dia memotong kalimatku. Lagipula dia ini kenapa? Masochist 'kah?

"Bangunlah Cer—"

"TIDAK, NONA! SAYA HARUS DIHUKUM!!" Oke ini yang kelima. Dan aku semakin yakin dia masochist.

"BANGUNLAH, CERRY!!!" seruku cepat.

"TIDAK, NONA!" Dia tetap kuku bersimpuh diatas lantai. Astaga, dia ini memang ....

"BANGUN SEKARANG, CERRY KREON!! INI PERINTAH!!" Pada akhirnya aku harus menggunakan metode pemaksaan.

*****

Aku berjalan keluar dari walk in closet sembari mengobrol dengan Cerry. Tubuhku telah terbalut gaun lolita berwarna putih dan merah bata. Tak lupa rambutku diikat tinggi seperti ekor kuda, dengan jepit rambut berbentuk bunga azalea di ikat rambutnya.

Aku mendudukkan kursi dimeja rias sembari Cerry merias wajahku. Sesekali ia memperbaiki ikatan rambutku serta menambahkan beberapa jepit berbentuk bunga pada beberapa bagian rambutku.

"Nona," panggilnya kubahas dengan deheman.

"Grand Duchess berpesan pada saya akan datang kekamar Anda untuk memilihkan pelayan pribadi," ujarnya sembari merapikan helaian rambutku yang tercecer saat akan diikat.

Dahiku mengernyit tak setuju. "Untuk apa? Aku memilikimu, itu sudah cukup," ucapku.

Dapat kulihat bayangan Cerry dikaca tengah tersipu malu. Manisnyaa~ Ia berdehem menormalkan ekspresinya. Ia mengangkat dagunya sembari menutup mata seolah-olah akan menceramahiku tetapi rona merah dipipinya belum menghilang.

"Dengarkan saya, Nona. Untuk seorang putri bangsawan tingkat Grand Duke sudah seharusnya memiliki lebih dari satu pelayan pribadi, minimal tiga pelayan. Karena Putri Grand Duke masih sekelas dengan Putri Imperial Kekaisaran, karena itu Anda memerlukan lebih dari satu pelayan. Nona Sophia bahkan memiliki empat pelayan pribadi, seharusnya Anda juga begitu. Apalagi Anda adalah putri pertama kediaman ini," jelasnya dengan nada penuh wibawa yang membuatku sedikit merinding.

Sebenarnya Cerry ini seorang gadis yang berwibawa, namun hanya didepanku dia terlihat petakilan dan banyak tingkah. Saat menghadiri acara yang mengharuskan aku membawanya dulu, dia selalu bersikap tenang dan menunjukkan wajah datar. Kalaupun dia mengenakan gaun pada umumnya, pasti banyak yang mengira dia seorang Nona Bangsawan. Auranya sangat kuat untuk seorang dari rakyat jelata, dan tentu saja auranya itu terbentuk karena pelatihan keras dari Ibuku.

Dihadapan orang lain dia terlihat tenang, kalem, dan tidak banyak bicara, bahkan kadang kali ia terkesan dingin yang mampu membuat orang merinding. Tetapi entah mengapa, dihadapanku dia terlihat sangat menyebalkan dan pecicilan. Terkadang aku berpikir, apakah Cerry pengidap bipolar atau DID?

"Oh iya, Cerry," seruku mengalihkan pembicaraan.

Ia berdehem sebagai balasan. "Ada apa, Nona?."

"Apakah .. kau kesulitan pindah ke asrama pelayan?" tanyaku. Cerry terlihat tengah berpikir keras.

Aku berdehem lalu menambahkan kata-kataku. "Misalnya kau dirundung atau dikata-katai, kalau begitu kau bisa mengadu padaku."

"Hmm, tidak sih, Nona. Tapi ....,"

"Tapi?"

"Saat pertama kali masuk kesana, semua orang menatap saya dengan pandangan takut. Setiap kali saya lewat mereka langsung berbisik, membicarakan betapa menyeramkannya saya. Lalu setiap saya lirik atau pandangi, mereka pasti akan gelagapan atau ketakutan seperti habis melihat hantu. Apa saya semenyeramkan itu, Nona?" ujarnya dengan wajah polos.

Jawabannya iya.

Cerry ini kadang suka tidak sadar bahwa dia berbakat dalam berpedang dan pintar menggunakan belati. Salah satu alasan aku memilihnya sebagai pelayan prbadiku karena kemampuan berpedangnya. Setiap kali aku berlatih, aku selalu latihan bersamanya. Karena Ayah tidak mau memanggilkan guru profesional untukku, jadilah aku dilatih olehnya.

Dia seorang pelayan pribadi sekaligus pelatih berpedang, berkuda, memanah dan segala hal yang berkaitan dengan itu. Kemampuannya yang mumpuni dan cara pengajarannya yang simpel membuatku cepat mengerti materi. Jadilah aku sekarang ahli berpedang karenanya. Sungguh seorang wanita cerdas.

Tetapi sisi buruknya, Cerry memiliki reputasi jelek dimata pelayan yang lain. Pelayan lain beranggapan bahwa Cerry seorang perempuan tiran dan keji, karena mampu membentuk seorang sword master yang merupakan gadis iblis sepertiku, secara tidak langsung menjinakkanku.

Jadilah mereka memandang takut Cerry setiap bertemu dengannya, tak kadang menjauhi Cerry setiap berada didekat mereka. Belum lagi tatapan mata Cerry yang terkesan tajam dan menusuk. Membuat orang merinding saat ditatap atau dilirik olehnya.

Tapi baguslah, setidaknya aku tidak perlu khawatir jika Cerry dirundung pelayan lain. Yang ada malah pelayan itu yang takut dirundung oleh Cerry.

"Ya, kau menyeramkan," ucapku santai sembari memutar wajahku kekanan dan kekiri, memeriksa apa ada yang kurang dengan penampilanku.

Cerry mengerucutkan bibirnya sembari menggumam tak suka. "Padahal Nona lebih menyeramkan,"gerutunya.

Aku tergelak mendengar gerutuannya. Ekspresi cemberut Cerry sangat imut berbanding terbalik dengan ekspresi datar sehari-harinya. Aku semakin yakin dia seorang pengidap DID.

"Yang Mulia Grand Duchess Lilianne dan Nona Muda Sophia memasuki ruangan!"

Teriakan penjaga diluar berhasil mengejutkan kami. Sontak kami langsung menoleh kearah pintu bersamaan. Cepat sekali mereka datang.

*****

Disinilah aku sekarang, duduk disofa kamarku yang bisa dibilang sangat luas. Aku duduk ditengah-tengah Ibunda Lily dan Sophia, sementara Cerry berdiri dibelakangku, diapit oleh pelayan pribadi Ibunda Lily dan Sophia. Meja didepan kami telah tersedia berbagai cemilan dan tiga cangkir teh.

Aku menyomot maccaroon yang ada didepanku. Begitupula Sophia yang mengambil sebuah cupcake vanila, sementara Ibunda Lily meminum tehnya dengan anggun.

Aku melirik kearah Sophia dan Ibunda Lily secara bergantian, keduanya terlihat memukau. Sophia mengenakan gaun lolita berwarna biru langit yang memiliki desain sama sepertiku dan rambutnya diikat separuh dengan sebuah pita berwarna biru muda. Sedangkan Ibunda Lily, mengenakan gaun mermaid tail berwarna putih dengan gradasi merah dibawahnya, tak lupa rambutnya dikepang sanggul dan dihiasi aksesoris berbentuk bunga mawar disela-sela kepangannya.

Aku kemudian mengalihkan pandanganku kedepan sembari mengunyah maccaron berwarna merah tadi. Dihadapan kami terdapat sejejer pelayan yang kira-kira ada enam orang. Seperti yang Cerry katakan, Ibunda Lily memintaku untuk menambah minimal dua orang lagi sebagai pelayan pribadiku. Dan saat ini aku sedang memilih.

Semua pelayan yang Ibunda panggil untukku adalah pelayan yang baru bekerja. Rata-rata dari mereka baru bekerja dua atau tiga hari dikediaman ini. Otomatis, mereka belum sepenuhnya melihat sifat burukku. Bagus.

Semua wajah itu sangat kukenali, apalagi gadis berambut merah muda diujung. Dia adalah putri kedua Viscount of Chalon, Elina Leanor Caitlin.

Dimasa depan, dia akan menikah dengan Marquess of Cruisse, dan menjadi Marchioness of Cruisse. Elina adalah pusat penyebaran informasi para bangsawan, dia selalu menyampaikan hal-hal fakta tanpa berbohong sedikitpun. Dipastikan hal yang dikatakannya 100% benar, Elina tidak percaya rumor sebelum dia melihatnya sendiri. Dan dia adalah orang yang menyebar keburukanku.

Dulu dia tidak percaya dengan ucapan pelayan lain bahwa aku memiliki sifat yang sangat buruk. Namun setelah memperhatikan sifatku selama tiga tahun dengan kedua matanya sendiri, dia langsung menyebarkan keburukanku ke kalangan atas. Semenjak itulah aku mulai dipandang buruk, bahkan diusir dari pertemuan sosial kalangan atas.

Dia sangat tenang dan ramah, namun bisa menjadi seekor ular bila tidak diperlakukan dengan baik— seperti yang aku lakukan dulu padanya. Dan sekarang, aku akan menggunakannya sebagai kartu as-ku untuk memperkuat posisiku dikalangan bangsawan. Percayalah, hakim kekaisaran pun lebih percaya perempuan ini daripada saksi mata yang melihat keadaan secara langsung.

"Ibu lihat, kamu memperhatikan Elina terus, Snow. Apa ada masalah?" tanya Ibunda Lily lembut membuatku agak terlonjak.

Aku menoleh kearahnya sembari tersenyum lima jari. "Rambut kakak itu cantik," ucapku polos sembari menunjuk Elina.

Elina tersentak dengan ekspresi terkejut. Tak lama senyum manis tercetak diwajah cantiknya. "Terima kasih, Nona Muda," ucapnya tulus.

"Sama-sama, Nona Elina!" seruku dengan senyuman yang menunjukkan jejeran gigi putihku.

Elina tersipu malu sejenak, kemudian tersenyum manis kepadaku hingga kedua matanya menyipit. Astaga, dia manis sekali! Aku bertekad akan memilih pelayan berwajah manis untuk bekerja bersamaku, tentu saja sifatnya juga harus manis dan baik.

Aku kembali melihat kedepan dengan tangan saling tersemat menumpu daguku. Mataku bergulir tajam, menatap jejeran pelayan itu dengan tatapan penuh telisik. Elina sudah pasti kupilih, dia adalah kartu As-ku, Ma men. Sekarang tinggal dua orang lagi.

Mataku terpaku dengan pelayan berambut kuning kenari dan coklat. Kedua orang itu akan menjadi seseorang yang berjasa dan dihormati dimasa depan.

Pelayan berambut kuning kenari itu adalah putri tunggal Baron of Merion, Rachett Carol Merlin. Pewaris satu-satunya Baron of Merion. Dimasa depan dia berhasil mengangkat gelar keluarganya menjadi Count of Merion, karena menjadi penemu obat untuk penyakit mematikan, penyakit Lyme.

Selain itu, dia juga pebisnis yang memiliki banyak cabang perusahaan. Mulai dari rumah sakit, salon kecantikan, dan butik. Dia juga nanti akan berdiri dijejeran para menteri kekaisaran, sebagai Menteri Kesehatan, sekaligus perdana menteri wanita pertama di kekaisaran. Sungguh sebuah keberhasilan, jika aku bisa menariknya ke sisiku.

Yang terakhir adalah pelayan berambut coklat itu, dia adalah Tania Catherine. Tania berasal dari rakyat biasa, tidak ada hal spesial dari keluarganya. Tapi aku ingin menariknya ke sisiku bukan tanpa alasan. Tania dimasa depan akan menjadi Duchess of Exford, dan istri paling dicintai oleh Duke of Exford.

Dukedom of Exford sendiri adalah lumbung ksatria hebat kekaisaran. Hampir semua ksatria berbakat kekaisaran, berasal dari wilayah Exford. Di wilayah Exford juga terdapat akademi militer khusus orang-orang yang ingin menjadi ksatria. Akademi militer berada dibawah pengawasan Duke of Exford secara langsung.

Sebagai duchess, Tania pun cukup dihormati walaupun bukan dari kalangan bangsawan. Gadis itu berintegritas tinggi dan cinta damai. Ia tak suka mencari masalah dengan bangsawan lain dan berteman dengan semua orang dari berbagai kalangan. Sebelum Sophia dikenal khalayak ramai, dia adalah wanita yang paling dicintai oleh rakyat.

Rencanaku akan sangat sukses jika bisa menarik Tania ke sisiku. Selain dapat memperkuat kedudukanku dikalangan atas. Aku juga akan mendapatkan seseorang yang sangat loyal berada disisiku, ditambah masakan Tania sangatlah lezat. Semua camilan lezat dihadapanku ini dibuat dari tangan dinginnya. Indah sekali hidupku~

"Jadi, kamu sudah memilih?," tanya Ibunda lagi.

Aku menganggukkan kepala semangat sebagai jawaban. Tentu saja aku sudah memilih. Aku sangat hafal dengan sifat semua pelayan ini, dan tentu saja aku memilih pelayan yang menguntungkan bagiku.

"Kalau begitu, tunjukkan pada Ibu siapa yang kamu pilih, sayang?" Aku menganggukkan kepala lagi.

Tanganku bergerak menunjuk orang-orang yang kuinginkan berada disisiku. "Nona Elina, Nona Rachett, dan Tania!" ucapku lantang.

Sampai jumpa masa lalu suram penuh kemalangan~ Selamat datang masa depan indah penuh keberuntungan~

*****

Snorett's Servant
Cerry Kreon
(Umur: 15 tahun)
(160/56)

*****

Ditulis pada tanggal,
Sabtu, 25 September 2021.
Dipublikasikan pada tanggal,
Kamis, 7 Oktober 2021.

FB Page: Tika Riani
IG: @queenorca_
Twitter: @queenoforca

Orca_Cancii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top