Bab 43: Clinxton Si Pengamat
Warna merah di langit tampak semakin pekat. Awan-awan cumulonimbus tampak memayungi bumi, menjatuhkan butiran air dengan skala tinggi sekaligus petir yang tampak membelah langit. Di dalam hutan yang tampak kacau, terlihat gerombolan manusia berlari dengan kecepatan tinggi, adapula yang terlihat terbang di ketinggian rendah.
"Capt! Ada segerombolan dypterra di belakang!" seru pemuda bersurai ungu yang tengah terbang rendah.
Pemuda lain yang berlari paling depan sekaligus memimpin kelompok itu menoleh kebelakang. Surai karamel sebahunya itu menyibak dengan anggun tatkala ia menggerakkan kepala. Pemuda yang dipanggil "Capt' itu memincingkan mata, guna mengetahui seberapa banyak monster serangga yang mengikuti mereka.
Dari kejauhan tampak monster dengan fisik mirip lalat, namun berukuran 20 kali lebih besar mengejar mereka. Ada kurang lebih 15 dypterra yang mengejar mereka. Suara dengungan terdengar melengking setiap kali monster-monster itu mengepakkan sayap. Kaki-kaki sebesar ranting berwarna hitam dan berbulu jarang terlihat bergoyang mengikuti gerakan tubuh sang monster. Mengejar gerombolan manusia tersebut dengan brutal.
"Twins, basmi mereka!" perintah sang kapten dengan tegas.
"Oke!" Suara melengking sepasang anak kembar berjenis kelamin laki-laki terdengar menyahuti. Kedua bocah dengan surai mirip warna langit sore itu keluar dari barisan. Mereka berlari kebelakang kelompok lalu berdiri bersisian, seolah-olah membentuk barikade guna melindungi teman-teman mereka yang telah pergi lebih dulu.
Kepergian dua bocah itu disambut oleh rasa khawatir beberapa orang dalam kelompok, salah satunya bocah bersurai putih dengan mata yang berbeda warna. Bocah itu menoleh kearah kedua bocah yang tampak antusias menghadapi para monster lalat, lalu kembali memandang pemuda bersurai karamel yang berlari disampingnya.
"Kau yakin mereka akan baik-baik saja, Ivan?" ujar bocah itu menyebutkan nama sang pemimpin dengan lugas. "Maksudku, mereka masih anak-anak."
Ivan melirik si bocah heterochromia lalu mendengus pelan. Suara geraman terdengar dari arah barat dan terdengar semakin dekat menuju kearah merekan. Tangan kanan pemuda itu dengan cepat menarik pedang lalu menebaskannya ke leher beruang yang hendak menerjang dirinya. Dalam hitungan detik, kepala beruang itu langsung tergeletak diatas tanah dan berakhir menjadi bola dadakan di kaki anak-anak yang berlari dibelakang mereka. Suara tawa para pemuda itu terdengar riang, seolah-olah mereka tidak pernah berada didalam hutan penuh hewan buas yang tengah terbakar oleh api.
"Kau berucap seolah-olah dirimu adalah orang dewasa." Ucapan Ivan memang terdengar santai, namun berhasil membuat bocah bersurai putih itu merengut tak senang. "Santailah, Clinx, kita disini untuk menyelamatkan keluargamu, bukan?"
Clinx mendengus kesal. la benci situasi dimana dirinya dianggap sebagai anak kecil-walaupun memang kenyataannya begitu. la lebih senang saat dirinya masih menjadi seekor naga. Hanya mengamati dunia berjalan dan menjaga keseimbangan alam tanpa harus bertindak sebagai pelakon didalamnya. Bisa mengelana ke berbagai masa sebagai entitas kekal, tanpa harus terikat dengan ruang maupun masa. Tidak perlu merasa lapar maupun bosan, karena ia hanyalah entitas alam rasa nafsu. yang tak memerlukan
Namun sekarang dunianya telah berbeda. Clinxton telah terlahir sebagai anak manusia, bukan hanya manusia, manusia setengah iblis. Bahkan punya saudari kembar yang kini tengah mencoba memporakporandakan seluruh negeri.
Memang hanya daerah yang berada dibawah tanah Callesius saja yang merasakan kekacauan ini, namun tentu saja negara lain ikut merasakan dampaknya. Langit memerah selama sehari penuh ini pasti juga ikut dirasakan negara-negara yang ada di seluruh dunia. Dan mereka semua pasti akan bertanya-tanya, mengapa langit bisa memerah bagai darah?
Perlahan-lahan seluruh pemimpin dunia akan mencari asal-usul mengapa langit memerah bagai darah. Dan tentu saja mereka semua akan tahu begitu para intelijen masing-masing negara melaporkan, jika pusat kekacauan ini adalah Snorett.
Skenario terburuk muncul didalam otak Clinxton. Mungkin bagi para pemimpin negara yang tidak agamis, tidak akan terlalu memikirkan persoalan ini dan menganggapnya sebagai fenomena alam. Namun bagi para pemimpin yang berasal dari negara yang menjadikan agama sebagai dasar kehidupan, pasti akan mengutuk Snorett dan menginginkan gadis kecil itu untuk dieksekusi
Clinx tidak bisa membiarkan saudarinya mati lagi, tidak untuk kedua kalinya. Kalau memang Snorett harus mati, setidaknya mereka berdua harus bertemu terlebih dahulu dan menghabiskan waktu bersama.
Sebagai Choryrth-raja para naga-, Clinxton telah menjalani hidup yang sangat lama. la bahkan tidak perlu memikirkan umur karena tubuh naganya tidak akan bisa pernah menua. Bahkan saat diciptakan ia tidak pernah merasakan masa kecil dan langsung bisa berpikir dengan matang sebagai naga dewasa. Dimana ia hanya hidup untuk melihat hitam dan putih bersinggungan dan menciptakan kehidupan baru dan menjaganya untuk tetap seimbang. Dunia ini sudah sangat sering mengalami kehancuran, sering sekali. Entah itu karena ulah alam, manusia, atau makhluk hidup lain. Kehancuran ini akan terus terjadi hingga kiamat yang sesungguhnya terjadi.
Kapan 'kah kiamat itu terjadi? Entahlah.
Walaupun Choryrth adalah salah satu entitas kekal, namun ia tidak tahu kapan kiamat itu terjadi. Bukan tidak tahu, melainkan belum tahu. Bisa saja sebagai Choryrth, ia berkelana menuju masa dimana kiamat itu terjadi. Namun Clinx tidak berani, ia takut untuk melihat dunia yang selama ini ia jaga keseimbangannya lenyap begitu saja. Selain itu, ia takut menyapa kematian lebih cepat jika berada di waktu dimana dunia tamat.
Choryrth memang tidak terikat ruang, namun masih terikat dengan waktu. Jika dunia kiamat, ia pasti akan spontan ikut lenyap akibat jalur waktu yang terputus atau berada di pemberhentian terakhir. Choryrth hidup di dimensi yang mana waktu menjadi syarat agar fisik terbentuk, istilahnya adalah dimensi keempat. Manusia tidak dapat melihat keberadaan Choryrth lantaran mereka hanyalah makhluk dimensi ketiga. Ibaratnya segala bentuk di dimensi ketiga adalah bayangan dari bentuk fisik di dimensi keempat.
Jika begitu, berarti Choryrth juga memiliki wujud di dimensi ketiga, bukan? Tidak Choryrth tidak memiliki wujud dimensi ketiga.
Mengapa, begitu? Lantaran Choryrth hanyalah entitas yang tidak memiliki bentuk fisik yang keras, Ibaratnya, Choryrth tidak beda jauh dengan jin maupun hantu yang tidak bisa kita lihat, namun mereka bisa melihat kita yang berada di dimensi ketiga.
Mungkin karena itulah Tuhan tidak lagi menjadikannya sebagai entitas kekal. Karena ia tidak lagi takut kepada Tuhan, melainkan takut kepada hari akhir yang telah menjadi ketetapan Tuhan. Dan melahirkannya sebagai seorang anak laki-laki dari wanita berdarah setengah iblis. Beruntung masih ada darah bangsawan didarahnya, jika tidak, mungkin Clinx sudah menjadi bahan bulan-bulanan warga.
Hidup sebagai manusia menurutnya terasa membosankan. Di kehidupan pertama, dia hanya menjelajahi dunia yang telah ia ketahui bagaimana wujud dan segala tetek-bengeknya. Hanya mencari harta karun, menjelajahi samudera, dan melawan monster. Walaupun ia ditemani oleh banyak orang. entah mengapa rasa jenuh itu tidak menghilang sama sekali la merasa ada yang hilang dalam dirinya.
Mungkin karena terlahir kembali sebagai makhluk sosial, Clinx membutuhkan afeksi lebih dari sekedar pertemanan maupun percintaan, la membutuhkan hubungan yang mempersatukan dua konsep tersebut. Dan jawabannya adalah keluarga.
Jika bukan karena pesan dari sang ibu, mungkin sudah dari dulu Clinx mendatangi Snorett dan hidup bersama keluarga McDeux Sebagai anak laki-laki, posisinya pasti akan dibutuhkan untuk ditempa menjadi kepala keluarga atau posisi lain yang menguntungkan, la juga akan memiliki dua adik perempuan yang manis dan orang tua yang lengkap.
Maksud dari lengkap adalah memiliki ayah dan ibu, ibunya memang sudah mati, tapi masih ada ibu tiri yang dapat menggantikan posisi Hailey. Toh, Lilianne bukanlah wanita jahat. la baik, sangat baik, hanya saja takdir dituliskan untuknya begitu pelik. Justru ia merasa kasihan terhadap wanita itu. Lilianne bisa saja menjadi wanita mandiri yang dapat berdikari di kaki sendiri, tetapi ia malah terjebak didalam sangkar yang dibuat oleh Alexander.
Apakah Clinxton membenci Alexander? Tidak, sama sekali tidak.
Untuk Alexander, ia sedikit paham dengan tindakan yang pria itu lakukan. Clinxton paham, Alexander tidak pernah membenci ibunya, grand duke muda itu justru membenci dirinya sendiri. Dua kehidupan cukup bagi Clinx untuk memahami tindak-tanduk pria itu, dan sangat jelas bahwa Alex membenci kepribadiannya yang begitu kacau.
Tepukan pelan dipundak ia rasakan. Clinxton menoleh, mendapati seorang gadis seusianya tengah tersenyum manis. Senyuman manis gadis itu dibingkai oleh surai lembut berwarna merah muda yang dicepol dua, menambahkan kesan imut pada tampilannya.
"Chill out, bro! Ellard dan Elois akan baik-baik saja. You can trust my word-"
DUARR!!!
Suara ledakan terdengar nyaring dari arah belakang. Dari kejauhan tampak dua kelebat fitur manusia berwarna oranye tampak berlari menuju mereka. Tak membutuhkan waktu lama, si kembar kembali bergabung ke dalam kelompok.
"See! I told you they can make it!" Gadis bercepol itu berucap girang, la berbalik ke belakang sambil mengarahkan telapak tangannya kearah Elois yang berlari dibelakangnya. "Good job, guys!"
Tanpa pikir panjang Elois menyambut tangan gadis itu. la mengibaskan poninya penuh kesombongan, seolah-olah sehabis menyelamatkan seluruh dunia dari kiamat. "That was easy for me, Clara. Kau terlalu memuji."
"Ha! Dasar perayu ulung!" seru Ellard yang berada disisi lain kelompok terdengar tak terima. "Jangan percaya dia, Clara! Dia hanya membunuh dua dypterra, sementara sisanya adalah pekerjaanku!"
"Apa?! Tidak, Clara! Dia bohong! Dialah yang hanya membunuh dua dypterra!" sanggah Elois dengan cepat, secepat langkah kakinya berlari.
"Hei! Jangan memutarbalikkan fakta!"
"Kau yang memutarbalikkan fakta!"
Clinxton memutar bola matanya malas. Lagi-lagi ia harus mendengar pertengkaran si kembar yang berusaha memperebutkan satu-satunya anak perempuan seusia mereka. yang ada di kelompok itu. Sementara yang diperebutkan hanya tertawa kecil, menanggapi pertikaian antara saudara kembar itu sebagai candaan semata. Padahal nyatanya tidak.
"Eugh, bau busuk ini membunuhku," keluh seorang pemuda bersurai pirang yang berlari dibelakang Ivan.
"Apa yang kau harapkan dari bau dypterra? Jangan terlalu banyak mengeluh, kau seperti perempuan, Fischl," balas Ivan acuh tak acuh.
Bau anyep bekas pembakaran monster-monster tadi menguar didalam hutan tempat mereka berlari. Si kembar-Ellard dan Elois-adalah penyihir api yang menguasai teknik sihir tingkat menengah, wajar jika Ivan tidak segan-segan menurunkan mereka untuk menghadapi belasan monster tersebut.
"Apa itu?!" pekik seorang gadis remaja bersurai pirang kenari Telunjuknya mengarah keatas, menunjuk segerombolan titik-titik putih yang bergerak di langit merah.
Fischl yang sebelumnya mengeluh langsung mendecih. Ia melirik gadis tersebut sinis lalu berujar, "itu namanya bintang, udik. Dasar norak!"
Dahi milik gadis yang dipanggil udik itu tampak mengerut tak senang. Tanpa segan ia menabok kepala Fischl dengan tangan kanan. "Mana ada bintang bergerak secepat itu, bodoh!"
"Itu namanya bintang jatuh!" sanggah Fischl tak mau kalah.
Clinx berdecak melihat keributan itu, Manik merah-birunya beralih memandang Ivan yang tampak enggan memisahkan kedua sejoli bersurai pirang itu. Wajah Ivan tampak kaku, hanya fokus pada tujuannya saat ini.
Selama dua kehidupan, Clinxton hanya melakoni posisi sebagai pengamat, la mengamati segala hal yang terjadi di dalam kelompok asosiasi petualang yang ia ikuti ini. Jika dihitung dari kehidupannya yang dulu, kurang lebih 20 tahun ia telah berada disisi Ivan. Kapten asosiasi mereka yang merupakan mantan bangsawan dari Kekaisaran Aupair. Keluarga pria itu dulunya adalah pemimpin salah satu county di Aupair, namun karena adanya sabotase yang dilakukan oleh pihak Tsar membuat satu keluarga mereka dicoret dari gelar kebangsawanan.
Konon katanya, keluarga Ivan adalah pengikut setia Tsar, sebelum Tsar yang memimpin saat ini. Tsar sebelumnya digulingkan dari kekuasaan oleh saudara laki-lakinya sendiri, maka dari itu sebagai pengikut setia Tsar sebelumnya, keluarga Ivan langsung dicoret dari daftar bangsawan Aupair dengan berbagai upaya pembunuhan, dan berakhir dideportasi ke Kekaisaran Avalor. Sebagai anak pertama, alih-alih membangun kembali keluarga mereka, Ivan memilih untuk menjadi petualang dan berakhir membangun kelompok asosiasi sendiri.
Dan disinilah Clinxton sekarang menjadi anggota asosiasi yang didominasi oleh remaja. tanggung dan anak kecil dibawah umur. Entah ia harus senang atau sedih terhadap sifat Ivan yang asal merekrut anggota, tanpa memandang umur maupun sifat mereka. Tetapi percayalah, di masa depan kelak asosiasi mereka akan menjadi asosiasi paling populer diantara asosiasi lain. Bahkan memiliki guild informasi sekaligus asasin mandiri di berbagai negeri.
Entah atas dorongan apa, Clinx memandang kearah langit. Manik heterochromia-nya terpaku pada titik-titik putih yang bergerak amat cepat di atas langit yang memerah, mirip seperti bintang jatuh. Ia memincingkan mata saat menemukan hal ganjal pada ekor bintang-bintang tersebut. Seolah-olah ada sayap yang mengepak dibelakang bintang-bintang itu.
Pergerakan Clinxton berhenti tatkala menangkap sehelai bulu putih jatuh kearahnya. Tangannya yang panjang meraih bulu itu dengan sekali lambaian. Dengan seksama manik heterochromia miliknya memandang bulu putih itu. Bulu itu berwarna putih bersih dengan panjang sekitar 10 sentimeter dan lebar 5 sentimeter. Pupil bocah itu melebar tatkala menyadari dari mana bulu itu berasal.
Clinx yang berhenti berlari ikut menghentikan seluruh kegiatan asosiasi. Ivan yang melihat perubahan raut Clinxton saat mengamati bulu tersebut, mendekati bocah itu. "Ada ap-"
"Oh, itu!" Pemuda yang sebelumnya terbang rendah memekik kencang. Ia berdiri dibelakang Clinxton sembari mengacungkan jari telunjuknya kearah bulu tersebut dengan raut wajah penuh keterkejutan. "ITU BULU DARI SAYAP DENGEL KAN??!!!"
*****
Clinxton lari pontang-panting menerjang apapun yang ada dihadapannya. Monster maupun binatang buas yang sedari tadi mengincarnya berakhir terpenggal, membeku, maupun berubah menjadi abu hitam berbau anyir. Bocah bersurai putih itu mempercepat langkah kakinya begitu mengetahui kaum dengel sampai turun tangan untuk menghentikan Snorett.
Segala pemikiran buruk tentang Snorett yang dieksekusi gantung maupun penggal menghampiri kepala mungil bocah itu, yang terburuk Snorett bisa saja dibakar hidup-hidup oleh kaum campuran itu. Sungguh, apakah normal bagi bocah 10 tahun yang baru bisa kencing lurus, memikirkan tubuh saudarinya sendiri terpanggang dalam bara api hingga berubah menjadi abu?
Tidak 'kan?
Clinxton benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ia bahkan meninggalkan anggota asosiasinya jauh dibelakang sana dan mengikuti suara ledakan yang tak kunjung berhenti. Suara ledakan bukan berasal dari bom, apalagi kembang api, sangat jelas itu adalah ledakan akibat unsur putih dan hitam yang terus-menerus bertabrakan.
Entah apa yang hominid-hominid bersayap itu lakukan kepada saudarinya, tetapi ia berharap Snorett tidak terluka se-inchi pun.
"Bocah sial! Pelan-pelan, BODOH!!!" Umpatan Fischl terdengar jauh dibelakangnya. Barangkali ia berkali-kali tersandung karena harus mengejar langkah kaki Clinx, yang entah mengapa berubah menjadi dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
Namun seolah tuli, Clinxton malah semakin mempercepat laju larinya. Kali ini ia melompati sebuah batu raksasa dengan sekali lompatan dan menebas dahan yang jatuh kearahnya dengan sekali tebasan. Kayu lapuk itu langsung pecah berkeping-keping begitu menghantam tanah.
Jantung bocah itu berdetak sama cepatnya dengan langkah kakinya bergerak. Setelah hampir dua jam berlari tanpa henti, akhirnya manik heterochromia tersebut berhasil melihat puncak dari permasalahan terjadi. Tanpa merapalkan mantra, Clinxton mengundang angin dingin yang mengangkat tubuhnya keatas sebuah batu yang menghalangi jalan mereka.
Begitu sampai diatas, bocah bersurai putih itu tiba-tiba membatu. Manik berbeda warna milk Clinxton disuguhi oleh berbagai macam kekacauan yang hampir serupa dengan kiamat. Seluruh hutan dilalap sang jago merah, tanah bergoncang hebat, tak lupa angin ribut menumbangkan berbagai macam hal yang menghadang jalan mereka. Bahkan bergelimpangan mayat ksatria yang berusaha menjaga warga sipil dari serangan monster.
Sementara di kejauhan, tampak kubah hitam yang terukir eksogram berbentuk kepala kambing dan rune terkutuk melayang diatas sebuah tenda yang sudah reyot terbakar api. Puluhan manusia bersayap tampak melancarkan formasi dan menyerang kubah hitam tersebut dari segala sisi. Para dengel itu seolah-olah menari mengelilingi kubah menggunakan rune penyucian, tak lupa menyerang kubah itu menggunakan panah suci milik mereka.
Ledakan tercipta tatkala panah suci itu menabrak kubah hitam yang melindungi Snorett dari dunia luar. Retakan semakin melebar setiap kali para hominid bersayap itu menggempur kubah menggunakan panah mereka.
"Hei, kiddo! Apa yang terjadi diseberang sana?" Ivan berseru didepan batu yang menghalangi perjalanan mereka, dengan kedua tangan disisi mulut serta kepala yang mendongak.
"Hell."
*****
Clinxton Julian McDeux
The First Son of Dexter's Dukedom
(Age = 10 tahun)
Huhu, akhirnya ada waktu lagi buat nulis😭
Jadi bagaimana? Sudah terjawab rasa penasaran atas saudara kembar Snow yang hilang selama dua kehidupan?
Mohon maaf atas visualnya gak nyambung, karena Clinx seharusnya naga malah jadi rubah😭 Nyari foto bocah rambut putih, mata merah-biru susah banget soalnya, jadi pake seadanya aja. Mon maap kalo keliatan gak niat🙏
Mungkin segini aja kali ya, cuap-cuap kita kali ini. Jujur, Orca pen banget bahas soal dimensi keempat sebelum Clinx reinkarnasi jadi manusia. Cuman lebih baik jangan dulu deh, takut malah nge-spoiler satu buku sama sequel-nya.
So, OrcaBye semuanya!😘😘😘
Sabtu, 21 Oktober 2023
Orca_Cancii🐳
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top