Bab 33: Penyihir Hitam Gadungan.

Ha!

Seberapa kuat aku mencoba tidak membuat dalam masalah di kehidupan baruku, tetap saja masalah itu datang sendiri seperti hantu. Datang tak diundang, pulang tak diantar. PERSIS HANTU!

Pertama puluhan pembunuh bayaran yang dikirim Kaisar, dan sekarang pria ini. Great! Amazing! Fantastic!

Lagian mengapa pula dukun gadungan ini masih mengejarku? Dan dia mendapatkan ingatan dari kehidupan pertama?

Oh ya, kalian pasti tidak ingat dengan pria yang kulawan ini. Pria berambut mahoni ini adalah penyihir hitam yang menipuku di kehidupan terdahulu. Namanya Flynn. Dia bukan warga asli Callesius, lebih tepatnya dia buronan dari negara tetangga, Kekaisaran Orizon. Dulunya ia seorang bangsawan, anak kedua dari bangsawan berpangkat viscount yang menguasai sebuah wilayah setingkat kota.

Flynn seseorang yang ambisius. Dia menginginkan gelar viscount milik kakak lelakinya, padahal ia telah menyandang gelar baron dan kapten di salah satu pleton pasukan kekaisaran. Namun gelar itu belum memuaskannya, ia menginginkan pangkat yang lebih tinggi.

Akhirnya ia bersekutu dengan iblis demi mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan sang kakak. Sempat membuat beberapa masalah di Orizon, bahkan hampir merengut nyawa keponakannya demi menjatuhkan kakak lelakinya. Namun ia berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Tetapi sehari sebelum eksekusinya, Flynn berhasil kabur dengan meminta bantuan Leviathan. Flynn adalah salah satu pengikut paling setia milik Leviathan, sehingga iblis mengiyakan permintaan Flynn. Dan kini, pria ini hidup secara nomaden demi menghindar dari kejaran pihak keamanan Orizon.

Pertama kali aku bertemu dengannya saat sedang mengikuti Ayah, melakukan kunjungan di Kepulauan Polster, Kerajaan Nevoir. Seingatku hal itu terjadi setelah hasil penerimaan siswa akademi diumumkan, yang berarti usiaku 15 tahun kala itu.

Saat itu sifat Ayah masih brengsek, dia mengajakku sebagai formalitas saja. Dan tentu saja, setelah sampai disana, dia terus membangga-banggakan Sophie ke khalayak ramai dan mengabaikanku begitu saja. Aku jenuh dengan situasi itu, langsung meninggalkan ruang pertemuan dan pergi ke hutan untuk melawan monster.

Ya, kebiasaanku ketika gabut itu melawan monster. Entah itu yang kecil atau besar, aku melawan semuanya. Aku akan semakin senang jika harus melawan dengan monster tingkat tinggi, seperti serfotiá, tigryss, dan loenil. Karena melawan monster sebesar itu memerlukan waktu yang lama dan aku hanya bisa menenangkan diri dengan meninju atau berkelahi dengan sesuatu.

Aku bahkan pernah berkelahi dengan sebuah sapu, saking stress dan marah karena dikurung didalam kamar selama dua bulan. Kalau dipikir-pikir, itu terdengar konyol. Tetapi sayangnya, benar-benar kulakukan.

Flynn tiba-tiba muncul dari balik pohon, layaknya kemunculan misterius seorang penyihir jahat didalam dongeng. Kalau dipikir-pikir, itu terdengar konyol. Oke, berhenti, Snow! Mau konyol atau tidak konyol itu urusan penulis, oke?!

Meh, kembali lagi ke topik utama. Pria berusia akhir 40 an itu bersandar pada pohon sembari memperhatikanku melawan seekor dypterra. Dengan gaya yang keren dan kalem, ia berkata bisa membantuku untuk membunuh Sophie. Diriku yang saat itu dibutakan oleh amarah, langsung mengiyakan begitu saja. Dulu aku begitu percaya padanya hingga tidak menyadari semua jasa yang ia berikan itu palsu.

Jasa palsunya yang pertama adalah memberiku sihir hitam, padahal sihir hitam itu milikku sejak awal. Kedua, dia membantuku meraih tingkat arch, padahal sejak lahir aku telah mencapai tingkat itu.

Aku jadi heran, apa diriku sebodoh itu hingga tidak menyadari bahwa semua jasanya itu palsu?

Tapi tidak semua jasa yang pria ini berikan palsu sih. Ada satu jasanya yang nyata bahkan berefek hingga kehidupanku yang sekarang. Apakah itu?

Jawabannya adalah bersekutu dengan salah satu dari tujuh iblis penguasa dunia bawah, Leviathan. Terbukti dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, hari dimana aku berduel dengan Betty. Sosok bayangan hitam yang berdiri dibelakang tubuhku saat itu adalah bayangan dari Leviathan yang diutus untuk mengawasiku.

Haahh ... mengapa giliran hal yang membawa malapetaka begini malah lancar-lancar saja jika berada didekatku. Giliran sesuatu yang baik seperti membantu orang lain malah payah jika aku melaksanakannya. Aku memang dilahirkan untuk menjadi penjahat, huhu.

Manik darah pria itu berkilat. Kilatan perak muncul dari samping kepala Flynn lalu melesat kearahku. Reflek, aku menyingkir ke samping sembari menepis pedang pria itu untuk melepas kunciannya. Sebilah karambit yang terbuat dari esensi elemen hitam menancap tepat di tempatku berdiri tadi. Sedetik kemudian, karambit itu langsung pecah, berubah menjadi abu.

Flynn terkekeh, "Reflekmu semakin bagus, Tuan Putri."

"Aku bukan Tuan Putri," desisku tak senang.

Dia memanggilku tuan putri sebagai ejekan, bukan sebagai identitas. Karena tuan putri pada umumnya terkenal manja dan lemah lembut. Selain itu, keinginanku menjadi putri mahkota begitu besar, sehingga ia memanggilku seperti itu.

Dulu aku begitu tersanjung setiap kali dia memanggilku tuan putri, padahal dia sedang mengejekku dan mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menjadi putri mahkota. Mau di kehidupan dulu ataupun sekarang. Titel itu tidak akan menjadi milikku, sampai kapanpun.

"Mengapa tidak?" tanya Flynn memiringkan kepala sembari memutar-mutar pedang ditangannya dengan wajah polos. "Datanglah ke Dunia Bawah, kau akan menjadi Putri Utama disana."

Aku mengernyitkan dahi. Aku menjadi Putri Utama disana? Memangnya dia pikir aku istri Lucifer? "Omong kosong!"

"Omong kosong?" tanya Flynn membalikkan kata-kataku. "Bagaimana hal itu omong kosong? Lucifer Yang Terkutuk bahkan memintaku untuk membawamu ke Dunia Bawah sekarang. Dan tentu saja, tanpa luka sedikitpun."

Ia mulai merapalkan mantra, lengan-lengan bayangan berwarna hitam mulai muncul dari balik punggungnya seperti tentakel. Aku segera menghindar lalu memotong tentakel lain yang mengarah padaku. Setiap kali terpotong, tentakel itu akan berubah jadi abu dan tumbuh kembali. Tidak ada yang berbahaya dari tentakel itu, karena tentakel tersebut memiliki tekstur yang lunak.

Ditengah-tengah pertarungan, ia kembali melontarkan kalimat yang membuat keningku semakin mengerut. "Selama dua kehidupan pun kau tidak sepenuhnya mengenaliku ya?"

Hah?

Aku kembali memotong salah satu tentakel yang diikuti munculnya dua tentakel lain. Tentakel itu mengincar kakiku membuatku menghindar, dengan lompat ke belakang. Akhirnya kedua tentakel itu menghantam tanah hingga berlubang sebelum menghilang jadi abu.

"Maksudmu?!" pekikku.

Hampir semua tentakel yang berada dibalik punggung pria itu menyerangku. Dengan gerakan brutal, aku memotong, menebas, dan membelah setiap tentakel yang mencoba menyentuhku. Dalam hitungan detik semua tentakel itu berubah menjadi abu dan hanya menyisakan dua tentakel dibalik punggung Flynn.

Kedua tentakel itu saling menatap satu sama lain, seolah-olah mereka memiliki pikiran dan tidak tersambung dengan tubuh Flynn. Kemudian, kedua tentakel itu langsung bergetar dan meresap kembali kedalam tubuh Flynn.

Aku menghela nafas berat sambil menurunkan pedangku. Manik merahku menatap Flynn yang tengah bertopang dagu dengan tajam. Pria itu memandangiku dengan pandangan penuh penilaian lalu menggaruk dagunya sendiri.

"Sudah kuduga membawamu pergi itu sangat sulit," monolog Flynn masih dengan menggaruk dagu.

Ia kemudian, mengubah posisinya menjadi berkacak pinggang. "Tidak bisakah kau bersikap seperti tuan putri yang manis dan langsung ikut denganku saja? Aku cukup lelah hari ini karena harus menyingkirkan lebih dari 90 pembunuh bayaran yang diarahkan padamu. Orang gila mana pula yang nekat menyewa bla ... bla ... bla ..."

Pria itu mengomel, terdengar sama menyebalkan seperti di kehidupan dulu. Selagi ia lengah, aku menciptakan anak panah berukuran kecil yang langsung melesat kearahnya. Anak panah itu pangsung berhenti tepat didepan wajah Flynn, lalu pecah begitu saja. Pria berambut merah mahoni itu menatapku datar sekaligus tajam.

"Aku datang kemari dengan maksud baik, bahkan memusnahkan semua pembunuh bayaran itu untukmu. Apa ini bentuk terima kasihmu padaku, Snorett Serena McDeux?"

Dulu, aku pasti akan sangat takut jika Flynn marah seperti ini, tetapi sekarang tidak berefek apapun. Aku sadar, yang selama ini ia lakukan hanya untuk membangkitkan sisi iblisku dan membuatku membuat banyak kekacauan.

Dikehidupan lalu, Flynn memerankan figur seorang ayah untukku. Seseorang yang selalu ada dan membantuku disaat apapun. Bahkan, ia memelukku ketika terkena mimpi buruk dan menghiburku ketika sedang sedih. Walaupun palsu, setidaknya akting yang ia lakukan 100% lebih baik daripada Ayah. Bahkan perlakuan Ayah yang sekarang tidak bisa menandingi perlakuan Flynn di kehidupan dulu.

Jika dia memiliki istri dan anak, pasti keluarga itu akan menjadi keluarga kecil yang paling bahagia didunia. Sayangnya, ia lebih memilih menjual jiwanya pada iblis dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk Leviathan.

"Aku tidak pernah memintamu membantuku!" bantahku sambil melayangkan belati es padanya.

Belati tersebut melesat lalu menancap pada bahu Flynn. Pria berambut merah mahoni itu menggeram penuh akan amarah saat merasakan dingin dan pedih bersarang pada pundaknya.

"Kau tahu es bukanlah lawan yang sepadan untuk sihir hitam, Nona McDeux." Tepat setelah berucap, belati tadi langsung meleleh, diikuti dengan luka tusuk itu menutup dengan sendirinya.

Aku mendecih, "Memangnya kau pikir aku peduli?"

Tanpa basa-basi, aku menyerang Flynn dengan brutal hingga pria paruh baya itu kesulitan. Pedangku yang tadi hanya berlapis es, sekarang dibaluri dengan aura hitam. Campuran sihir es dan sihir hitam adalah paduan cukup mematikan. Buktinya, Flynn yang termasuk master dalam bidang sihir hitam dibuat tak berkutik melawanku.

Ia setengah mati menghindari sabetan pedang yang kuarahkan padanya. Aku kembali menyabet perut pria itu kala ia lengah, Flynn langsung menangkis pedangku dengan tangan kosong menyebabkan tangan pria itu terluka. Ia mengerang kesakitan memegangi tangannya yang terlihat memiliki sabetan punggung tangan.

Punggung tangan pria itu seolah-olah terbelah, karena garis panjang tercipta dari pergelangan tangan hingga pangkal jari kelingking. Berbeda dengan luka pada umumnya, luka itu terlihat membeku dan timbul jarum-jarum es dipinggir lukanya. Tak lupa, darah pria itu menghitam lalu membusuk karena efek sihir hitam yang ada pada pedangku.

Kuturunkan pedangku ke sisi tubuh, lalu mendekati Flynn yang mengerang kesakitan hingga bersimpuh di tanah. Suara pria itu terdengar pilu dan menyakitkan. Luka Flynn membusuk dan membeku, apa yang bisa lebih buruk dari itu?

Aku mengangkat pedang tinggi-tinggi, hendak memotong leher pria itu. Jujur, aku sangat menyayangi pria ini, tetapi membiarkannya hidup begitu saja akan menciptakan bahaya. Lebih baik aku membunuhnya dan membebaskannya dari Leviathan dan dunia iblis.

Kutebaskan pedangku ke bawah, tepat kearah tengkuk Flynn yang tengah menunduk. Pria itu membeku ditempat, ia tak sempat merespon apa yang akan terjadi padanya. Pedang esku berkilat, namun—

PTAARR!!!

Pedangku terlempar dan menancap pada pohon dengan gagang pedang hancur sehingga tidak bisa digunakan lagi. Ringisan keluar tanpa bisa dikontrol ketika rasa perih menerpa tanganku. Aku menoleh kearah pepohonan rimbun yang tak jauh didepanku. Diantara dua pohon cemara, berdiri seorang wanita dengan rambut biru kelasi dan mata merah menyala.

Wanita itu melayang beberapa senti diatas tanah dengan dua tangan menyemburkan sihir hitam. Aura hitam disekitarnya terasa sangat kuat dan tak terkalahkan. Dia Envy, salah satu Putri Dunia Bawah, saudari Leviathan.

Envy mendekatiku sembari tertawa. Tak lama kemudian, tawanya berhenti lalu melirik Flynn sinis. "Sudah kuduga kau tidak akan mampu membawanya. Dasar lemah!"

Flynn meringis kesakitan. "I-itu bukan salahku!" sangkalnya.

Ia bangkit dari duduknya dengan tangan kanan memegangi tangan kiri. "Ia terlahir kembali dengan ingatan masa lalu dan kekuatan yang tidak berkurang! Ditambah, dia juga semakin pintar!"

"Aku tahu!" decak Envy.

Wanita itu menciptakan sulur kehitaman yang kemudian membungkus tubuh Flynn. Flynn bergerak panik, ia mencoba memotong dan memberontak dari sulur itu, namun tak berhasil.

"H-hei! Hei! Jangan bunuh aku! Aku tahu aku gagal, tetapi tolong berikan aku kesempatan!"

Envy kembali berdecak, ia menatap Flynn nyalang. "Diamlah, bodoh! Aku kemari untuk membawamu kembali! Kau itu anak buah kakakku, mengapa pula malah membantu Lucifer bodoh itu?!"

Flynn terkesiap begitupula denganku. Wow, ke-frontal-an wanita ini patut diapresiasi. Mengatai Pangeran Utama Dunia Bawah bodoh, benar-benar tidak sayang nyawa.

"Walaupun begitu, aku tetap harus mengikuti perintah Lucifer Yang Agung!"

"Ah, benar juga," kekeh Envy sinis. "Kau itu manusia biasa dan juga bodoh, tentu saja kau mengikuti perintah semua orang yang ada di dunia bawah."

Tatapan Envy langsung berubah tajam sekaligus mengerikan. Sulur yang menggulung tubuh Flynn untuk mendekat kearahnya.

"Kalian para manusia sama saja dengan para hewan, bodoh dan budak bagi kami," ujar Envy keji.

Tatapan bengis itu beralih padaku. Aku langsung membeku kala mendapatkan tatapan mengerikan dari waniti itu. Aku dan Envy tidak se-level. Aku hanyalah setengah iblis, sementara Envy adalah putri para iblis dari dunia bawah. Begitupula dengan kekuatan kami, aku akan langsung kalah jika menyerangnya sekarang.

"Dengarkan aku, half blood."

Setitik keberanian muncul dari dalam diriku, sehingga dengan kurang ajarnya aku menjawab, "Aku mendengarkan."

Aku langsung melipat bibir ketika mendengar Envy menggeram hendak mengamuk. Envy berjalan mendekatiku yang entah mengapa, aku merasa setiap ia melangkah akan membawa kekacauan dan kehanciran. Aku masih terdiam ditempat saat ia menundukkan kepala kearahku.

Dengan terang-terangan ketatap manik merah menyala milik wanita itu. Membuat Envy kembali menggeram marah atas kelancanganku. Tangan Envy yang dihiasi kuku-kuku panjang dicat hitam, memegang leherku. Oh, dia mau membunuhku dengan mencekik atau hanya ingin menggertak?

"Aku tidak tahu apa yang bajingan sial itu sukai darimu, tetapi ... aku tidak akan segan-segan membunuhmu jika kau kembali lancang padaku."

"Aku tidak peduli," ujarku datar.

Rahang wanita itu mengencang begitupula cengekeramannya pada leherku. Cengkeramannya amat erat hingga membuatku sesak, namun masih bisa kutahan. Wajahku memerah karena pasokan udara yang menipis. Reflek, aku langsung meremas tangan wanita itu.

Ekspresi Envy terlihat bahagia saat melihatku mulai megap-megap. Manik merahnya mengecil, bibir tersenyum lebar, dan suara tawa bahagia terlantun diudara. Wanita ini tidak jauh berbeda dengan psikopat yang haus darah. Orang yang sama, yang menghasut Kaisar Aupair untuk melakukan genosida pada Kerajaan Yixian.

Bertahan, Snow. Sebentar lagi ... sebentar lagi pertolongan akan datang.

Pandanganku mulai mengabur. Saat semuanya mulai menggelap, suara tapakan kuda yang bergerombol terdengar diikuti dengan teriakan kesakitan Envy.

"Snow! Putriku!" Ah ... itu Ayah.

Kau telat bajingan.

*****

Eiyyo! Long time no see~~~

Sabtu, 11 Juni 2022

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top